Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.3
19 Ramadhan 1446 HRabu, 19 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Virus Purba yang Membeku 48.500 Tahun Hidup Kembali, Apakah Berbahaya?
28 November 2022 9:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Ilmuwan berhasil membangkitkan tujuh virus purba yang ditemukan di es permafrost Siberia. Salah satu virus bahkan ada yang berusia 48.500 tahun.
ADVERTISEMENT
Virus itu dibawa ke laboratorium dan berhasil “dihidupkan” kembali. Meski sudah tertidur lama, mereka rupanya masih bisa menginfeksi bakteri.
Permafrost, atau bisa disebut dengan ibun abadi, adalah dataran yang tertimbun es dalam jangka waktu lama. Dengan suhunya yang sangat dingin dan selalu berada di bawah 0 derajat Celsius, es permafrost dapat mengawetkan spesimen biologi, mulai dari mammoth hingga virus.
Tak sekali dua kali arkeolog menemukan sisa tubuh mamalia purba yang terawetkan dengan baik. Dan ini bukan kali pertama pula ilmuwan berhasil menemukan virus kemudian dapat menghidupkannya kembali —meski kita belum bisa melakukan hal yang sama ke mammoth.
Pada penemuan kali ini, ilmuwan menemukan tujuh spesies berbeda yang berumur dari 27.000 hingga 48.500 tahun. Virus ini termasuk kategori Pandoravirus, yakni virus dengan ukuran yang cukup besar, dan bisa menginfeksi bakteri amoeba. Virus ini tidak berbahaya untuk manusia.
Virus 48.500 tahun ini adalah pemegang rekor virus tertua yang ditemukan di es permafrost hingga saat ini. Spesimen ini ditemukan di kedalaman 176 meter di dasar danau Yukechi alas di Yakutia, Rusia.
ADVERTISEMENT
Ilmuwan berhasil menghidupkan kembali virus ini, dan menginfeksikannya ke bakteri amoeba. Mengangkat kembali pertanyaan risiko pandemi masa depan dari virus tertimbun es.
Pandoravirus adalah genus virus raksasa, pertama kali ditemukan pada 2013. Ilmuwan mengiranya adalah bagian dari keluarga bakteri, hingga kemudian ditemukan bisa menginfeksi bakteri amoeba. Ukurannya sebesar 0,5 mikrometer membuatnya bisa dilihat hanya dengan mikroskop biasa, tidak seperti virus lain yang harus menggunakan mikroskop electron.
Jean-Marie, peneliti dari Aix Marseille University, Prancis, dan kolega memperingati di studi yang masih pra-publikasi di BioRxiv bahwa “virus zombie” masih belum dianggap benar-benar serius sebagai ancaman Kesehatan publik.
ADVERTISEMENT
Suhu rendah permafrost mempertahankan bentuk fisik virus seutuhnya. Ketika diekspos ke temperatur ruangan, tidak ada bagian virus yang rusak dan virus dapat berfungsi sepenuhnya.
Sebuah endemi antraks pada 2016 di Siberia, Rusia, yang membunuh 2 ribu rusa dan seorang anak diyakini adalah virus antraks yang menyerang dataran tersebut satu abad yang lalu, kemudian tersimpan di es permafrost, lalu bangkit dan kembali menginfeksi.
“Mengikuti laporan awal yang diterbitkan lebih dari 5 tahun yang lalu, penelitian ini menegaskan kapasitas virus DNA besar yang menginfeksi Acanthamoeba untuk tetap menular setelah lebih dari 48.500 tahun dihabiskan di permafrost yang dalam,” tegas peneliti diterbitkan 10 November 2022 ini.
Ilmuwan memberi contoh bahwa segala macam virus bisa terawetkan, “termasuk patogen manusia dan vertebrata yang terdokumentasi dengan baik seperti poxvirus, herpesvirus, dan asfarvirus, meskipun dalam proporsi yang lebih rendah daripada virus yang menginfeksi protozoa.”
ADVERTISEMENT
Pemanasan global akan meningkatkan risiko ini, dengan melepas lebih banyak virus dan sisa patogen ke atmosfer.