Wabah Bubonic 'Black Death' yang Pernah Bunuh 50 Juta Orang Muncul Lagi

7 Juli 2020 20:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sebuah lukisan yang mengilustrasikan sebuah wabah di London, Inggris  Foto: Getty Images/Hulton Archive
zoom-in-whitePerbesar
Sebuah lukisan yang mengilustrasikan sebuah wabah di London, Inggris Foto: Getty Images/Hulton Archive
ADVERTISEMENT
Pemerintah China meningkatkan kewaspadaan untuk menghadapi wabah bubonic atau penyakit pes atau yang dahulu disebut 'Black Death'. Pasalnya, China melaporkan adanya satu kasus wabah bubonic di Mongolia Dalam.
ADVERTISEMENT
Seorang pasien dari Bayannur, kota di Mongolia Dalam, yang berprofesi sebagai seorang penggembala saat ini sedang dalam karantina dan berada dalam kondisi stabil. Pemerintah telah mengeluarkan peringatan Level 3 dari total empat level peringatan.
Black Death adalah wabah yang pernah menjadi pandemi paling mematikan di dunia. Pada abad ke-14, wabah Black Death membunuh sekitar 50 juta orang di Afrika, Asia, dan Eropa. Namun, saat ini penyakit tersebut sudah bisa dikendalikan dan mudah diobati.
Wabah yang disebabkan oleh infeksi bakteri ini sekarang bisa ditangani dengan antibiotik. Gejalanya meliputi demam tinggi, menggigil, mual, lemas, pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau selangkangan.
Lukisan ilustrasi penguburan mayat terdampak Wabah Pes di London pada tahun 1665. Foto: Getty Images/Hulton Archive
Kasus bubonic terbaru pertama kali dilaporkan sebagai dugaan adanya wabah pes pada Sabtu (4/7) di sebuah rumah sakit di Bayannur. Setelah pasien yang merupakan penggembala, kasus kedua dilaporkan dialami seorang remaja berusia 15 tahun yang melakukan kontak dengan marmut, dilansir BBC.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, belum jelas bagaimana atau mengapa pasien itu bisa terinfeksi. Namun, peringatan Level 3 dari China telah melarang masyarakat berburu dan memakan hewan yang bisa membawa wabah, seperti marmut. Selain itu, pemerintah meminta publik untuk melaporkan kasus yang dicurigai.
Kasus penyakit pes muncul secara berkala di seluruh dunia. Seperti Madagaskar, di sana ada lebih dari 300 kasus selama wabah pada 2017. Lalu, pada Mei 2019, dua orang di negara Mongolia meninggal karena wabah, yang diduga muncul setelah seseorang memakan daging marmut, sejenis tikus, dalam keadaan mentah.
Pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Ulan Bator, ibu kota Mongolia, mengatakan bahwa daging dan ginjal marmut mentah dianggap sebagai obat tradisional untuk kesehatan yang baik.
ADVERTISEMENT
Namun, hewan pengerat yang umumnya dikenal sebagai pembawa bakteri, umumnya dikaitkan dengan kasus wabah di negara ini. Berburu marmut juga merupakan tindakan ilegal.
Ilustrasi wabah pes. Foto: flicker/Erin Mallinson
Meskipun begitu, wabah Black Death diyakini tidak akan menyebabkan pandemi atau menyebar ke seluruh dunia seperti yang pernah terjadi di masa lampau.
"Tidak seperti di abad ke-14, kita sudah memiliki pemahaman tentang bagaimana penyakit ini ditularkan," jelas Dr Shanti Kappagoda, dokter penyakit menular di Stanford Health Care, dilansir Heathline.
"Kami tahu cara mencegahnya. Kami juga dapat merawat pasien yang terinfeksi dengan antibiotik yang ampuh,” tambahnya.