Wanita Ini Alami Kondisi Langka 'Telinga Kalkun' Bau Busuk Akibat TBC

8 Maret 2021 8:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kondisi medis langka telinga kalkun akibat Tuberkolusis.  Foto: JAMA/American Medical Association
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi medis langka telinga kalkun akibat Tuberkolusis. Foto: JAMA/American Medical Association
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seorang wanita berusia sekitar 50 tahunan didiagnosis dengan kasus ‘telinga kalkun’, di mana infeksi tuberkulosis pada kulit menyebabkan telinga kanannya membengkak secara perlahan selama bertahun-tahun hingga mencapai ukuran sangat besar.
ADVERTISEMENT
Istilah telinga kalkun mengacu pada infeksi daun telinga yang menyebabkan kulit menjadi kemerahan, bergelombang dan sulit disentuh.
Sementara perbandingan dengan kalkun mungkin mengacu pada bentuknya menyerupai daging di leher kalkun yang bergelombang.
Menurut laporan yang diterbitkan di jurnal JAMA Dermatology, dalam kasus kali ini si wanita telah mengalami infeksi yang dimulai pada masa kanak-kanak. Infeksi itu perlahan berkembang seiring berjalannya waktu, mengubah telinga yang bengkak menjadi warna coklat kemerahan.
"Dia berkukuh bahwa lesi telah ada sejak masa kanak-kanak tetapi secara bertahap membengkak dan mulai mengeluarkan cairan berbau busuk,” tulis peneliti sebagaimana dikutip Live Science.
Ilustrasi telinga. Foto: Flickr
Pada 2008, wanita itu mengunjungi klinik dan menerima pengobatan selama dua bulan. Ia dirawat dengan empat obat antibiotik untuk telinga kalkun. Dalam pengobatan selanjutnya, ia hanya dirawat dengan dua obat antibiotik saja selama tujuh bulan. Sejak saat itu ia tidak pernah melanjutkan perawatannya hingga pada 2020 dokter punya kesempatan untuk memeriksanya kembali.
ADVERTISEMENT
Infeksi yang dialami ternyata telah sembuh, telinganya menyusut ke ukuran normal dan hanya menyisakan kulit kecil bekas luka sebagai tanda infeksi.
Infeksi tuberkulosis (TBC) pada kulit disebabkan oleh bakteri yang sama yang menginfeksi paru-paru, yakni Mycobacterium tuberculosis. Menurut Indian Journal of Dematology, infeksi bakteri pada kulit relatif jarang terjadi ketimbang di paru-paru dan kelenjar getah bening.
Secara khusus, wanita telinga kalkun didiagnosis dengan lupus vulgaris, suatu kondisi di mana infeksi M. tuberculosis berkembang sangat lambat pada kulit, mengubah warna dan tekstur yang berlangsung selama bertahun-tahun.
Infeksi bisa terjadi ketika M. tuberculosis berpindah dari tempat lain di bagian tubuh ke kulit. Biasanya perpindahan dilakukan melalui darah atau sistem limfatik. Kondisi ini bisa terjadi ketika seseorang menerima vaksin TBC, Bacillus Calmette Guerin (BCG). Komplikasi diperkirakan hanya menimpa 5 dari setiap 1 juta vaksinasi, menurut laporan jurnal Case Reports in Dermatology.
ADVERTISEMENT