Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Waspada Aritmia Mengintai Semua Usia, Kenali Gejala dan Cara Menanganinya
20 Februari 2025 8:23 WIB
·
waktu baca 5 menit
ADVERTISEMENT
Kamu mungkin pernah merasakan deg-degan saat dihadapkan pada situasi tertentu, seperti sedang berolahraga, menghadapi ujian, atau dipanggil bos karena target enggak tercapai. Namun, kalau deg-degan itu tiba-tiba muncul saat beristirahat dengan intensitas yang cukup sering dan menyebabkan nyeri dada, bisa jadi itu tanda kamu terkena aritmia atau gangguan irama jantung .
ADVERTISEMENT
Aritmia merupakan salah satu dari gejala penyakit jantung. Aritmia diartikan sebagai gangguan irama jantung yang menyebabkan jantung berdetak tidak beraturan, bisa terlalu cepat (takikardia) atau terlalu lambat (bradikardia).
dr. Ignatius Yansen Ng, Sp.JP (K), FIHA, FAsCC., Konsultan Intervensi Jantung & Aritmia Eka Hospital BSD, mengatakan bahwa deg-degan sebenarnya merupakan suatu istilah yang menggambarkan kondisi seseorang merasakan denyut jantung dengan cukup jelas. Irama normal jantung manusia dewasa saat beristirahat adalah 60-100 detak per menit. Artinya, jika seseorang mengalami deg-degan tapi jumlah detak jantung masih ada di kisaran angka 60-100, kondisi ini bisa dikatakan normal.
Orang bisanya merasakan jantung berdebar saat malam hari atau menjelang tidur karena suasana yang lebih sepi dan rileks. Penting bagi kita untuk memantau irama jantung mengingat faktor risiko kesehatan yang disebabkan oleh aritmia cukup mengkhawatirkan. Aritmia diketahui dapat menyebabkan stroke, henti jantung, hingga kematian jika tidak ditangani dengan baik.
ADVERTISEMENT
Kemudian, yang membedakan antara serangan jantung dan gangguan irama jantung adalah dari gejala yang dirasakan. Pasien dengan serangan jantung biasanya akan merasakan nyeri dada, sesak napas, pusing dan keringat dingin, hingga sulit bernapas. Sementara itu, gangguan irama bisa terjadi secara mendadak, membuat jantung berhenti berfungsi dengan baik.
“Aritmia ada di sekitar kita dan dia bisa bikin seseorang mendadak collapse, seperti yang dialami oleh pemain sepak bola Cristian Eriksen yang tiba-tiba collapse di tengah lapangan. Beruntung saat itu disaksikan banyak orang dan kaptennya bisa melakukan CPR (Resusitasi Jantung Pari) dengan baik sehingga dia tertolong,” kata dr Yansen.
Saat ini, ada banyak alternatif yang bisa dilakukan oleh orang-orang untuk memantau detak jantungnya setiap hari secara mandiri, termasuk menggunakan smartwatch, tensimeter, hingga oximeter. Ini berguna karena saat terjadi gangguan irama jantung, semua bisa tercatat dengan baik di aplikasi, dan dokter bisa mendiagnosis serta melakukan serangkaian tindakan yang dibutuhkan untuk menjaga jantung tetap stabil.
ADVERTISEMENT
“Dilema pasien dengan aritmia adalah kalau diperiksa sedang tidak berdebar, maka tidak akan terlihat apa-apa. Jadi, kalau pasien datang ke poli karena berdebar, dan ternyata saat dicek normal, itu menjadi masalah. Sebab aritmia itu harus dicek saat kejadian. Namun, sekarang teknologi membuat orang bisa mendeteksi detak jantung setiap saat menggunakan berbagai device seperti smartwatch atau perangkat kesehatan seperti tensi darah mandiri, hingga oximeter,” kata dr Yansen.
Gejala
Ada berbagai jenis aritmia. Secara garis besar, aritmia terbagi menjadi dua, yakni detak jantung lambat dan cepat. dr. Yansen mengungkapkan bahwa saat ini aritmia atrial fibrilasi menjadi salah satu yang paling banyak diderita orang-orang, termasuk di Indonesia. Aritmia jenis ini penyebab utamanya adalah usia.
ADVERTISEMENT
Orang dengan usia 80 tahun, 10 hingga 15 persen pasti mengalami atrial fibrilasi atau gangguan irama jantung tidak beraturan. Aritmia atrial fibrilasi membuat gumpalan-gumpalan darah yang jika dilepaskan ke otak bisa menjadi stroke. Kejadiannya lima kali lipat dibandingkan dengan pasien tanpa aritmia atau atrial fibrilasi. Meski begitu, aritmia juga bisa dialami oleh anak muda, bahkan bayi sekali pun. Penyakit ini tidak memandang usia dan bisa menimpa siapa saja.
Adapun gejalanya aritmia meliputi:
Aritmia sendiri disebabkan oleh gangguan sinyal listrik yang menuju jantung. Agar dapat memompa, jantung mendapatkan impuls listrik untuk berkontraksi dan relaksasi. Saat impuls listrik terganggu, “perintah” untuk memompa jadi tidak optimal. Akibatnya, daya pompa jantung juga berkurang. Ini bisa menyebabkan darah yang dialirkan jantung ke seluruh tubuh tidak maksimal.
Saat organ-organ tidak mendapatkan asupan darah yang berisi nutrisi dan oksigen dengan baik, saat itulah gejala aritmia muncul. Misalnya saja, pompa darah yang tidak maksimal ke otak menyebabkan Anda mengalami pusing bahkan pingsan.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa hal yang menyebabkan sinyal listrik ke jantung terganggu, seperti:
Untuk memastikan apakah seseorang mengalami aritmia atau bukan, akan ada serangkaian tes yang dokter lakukan untuk memastikannya.
Beberapa pemeriksaan tersebut, yaitu:
Untuk penentuan diagnosis aritmia, dokter juga dapat merekomendasikan beberapa pemeriksaan lainnya, salah satunya studi elektrofisiologi.
Pengobatan aritmia
Tidak semua jenis aritmia perlu pengobatan. Sebab, beberapa di antaranya cukup ringan dan tidak memengaruhi kualitas hidup secara signifikan. Bahkan, bisa membaik dengan perubahan pola hidup menjadi lebih baik.
ADVERTISEMENT
Secara umum, terdapat 5 pilar pengobatan aritmia, yaitu:
Komplikasi aritmia
Komplikasi yang muncul dari aritmia sangat tergantung dari jenis gangguan irama jantung yang dialami. Beberapa peluang komplikasi, antara lain:
Jika seseorang sering mengalami deg-degan atau merasakan jantung berdebar kencang, segera konsultasi ke dokter spesialis jantung dan pembuluh darah. Memilih fasilitas kesehatan yang tepat dapat membantu memastikan diagnosis dan penanganan yang sesuai.