Waspada! Sampah Luar Angkasa Raksasa Masuki Bumi, Apakah Berbahaya?

6 Mei 2021 16:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sampah Luar Angkasa. Foto: Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Sampah Luar Angkasa. Foto: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Peneliti menyebut bahwa serpihan sampah luar angkasa dengan berat mencapai ribuan kilogram kini sedang memasuki Bumi dan diperkirakan akan mendarat di sebuah tempat dalam waktu beberapa minggu ke depan.
ADVERTISEMENT
Masalahnya, peneliti tidak bisa memprediksi di mana benda itu akan jatuh. Namun, jika melihat orbit objek, kemungkinan titik pendaratan berada di garis lintang sebelah utara New York, Madrid dan Beijing, atau sebelah selatan Chili, Wellington, dan Selandia Baru.
Dijelaskan Steven Freeland, Profesor Emeritus Hukum Internasional di Western Sydney University, puing-puing itu merupakan bagian dari roket Long March 5B yang diluncurkan China untuk stasiun luar angkasa.
Sebelumnya, sampah antariksa milik China juga pernah jatuh di Samudra Atlantik dan beberapa puing lain mendarat di Pantai Gading, Afrika. Itu menjadi sampah luar angkasa terbesar buatan manusia yang pernah jatuh ke Bumi.
Roket Long March-5 Y5, membawa wahana satelit Chang'e-5, lepas landas dari Pusat Peluncuran Luar Angkasa Wenchang, di Wenchang, provinsi Hainan, China. Foto: Tingshu Wang/REUTERS
Adapun sampah dari roket Long March 5B yang saat ini memasuki Bumi belum diketahui di mana dia akan mendarat, termasuk apakah bisa membahayakan penduduk atau tidak.
ADVERTISEMENT

Sampah luar angkasa

Pada tahun 1979, sampah antariksa terbesar dari SkyLab stasiun luar angkasa AS seberat 77 ton atau sekitar 77.000 kilogram juga pernah menghantam sebuah daerah di sekitar kota pesisir selatan Esperance Australia Barat.
Jatuhnya serpihan SkyLab di Esperance disambut baik oleh para pecinta luar angkasa. Dewan shire Esperance mendenda NASA karena dianggap membuang sampah sembarangan. Freeland mengatakan, meski tidak memakan korban, sampah antariksa yang jatuh ke Bumi tidak bisa dianggap sepele.
Sejak akhir 1970-an, puing antariksa yang jatuh ke Bumi terpantau semakin mengkhawatirkan. Kendati lebih dari 70 persen Bumi tertutup oleh lautan, masih ada peluang 30 persen puing antariksa jatuh di pemukiman penduduk atau mendarat di daratan. Dan jika peluang itu terjadi, maka konsekuensinya akan benar-benar menjadi bencana.
Sampah luar angkasa SkyLab yang jatuh di Australia. Foto: space
Setahun sebelum sampah SkyLab masuk ke Bumi, satelit penginderaan jauh milik Soviet, Cosmos 95, dilaporkan jatuh di wilayah tandus Barat Laut Kanada, menyebarkan puing-puing radioaktif seluas ratusan kilometer persegi. Operasi pembersihan memakan waktu berbulan-bulan, namun hanya sedikit puing antariksa yang ditemukan.
ADVERTISEMENT
Kanada memberikan sanksi denda kepada Uni Soviet senilai lebih dari 6 juta dollar atau setara Rp 86,6 miliar. Namun pada akhirnya Soviet hanya mampu membayar 3 juta dollar atau Rp 43,3 miliar. Beruntung, Cosmos 954 tidak mendarat di Toronto atau Kota Quebec, di mana paparan radioaktif bisa menyebabkan evakuasi skala besar.
Pada 2007, puing antariksa dari satelit Rusia nyaris menghantam pesawat komersial Chili yang terbang dari Santiago ke Auckland. Freeland menyebut, semakin banyak benda antariksa dikirim ke luar angkasa, semakin tinggi pula sampah antariksa yang jatuh ke Bumi.