Waspada Stroke Usia Muda, Dokter Ingatkan Pentingnya Pantau Hipertensi Mandiri

24 Oktober 2023 17:47 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi cek hipertensi di rumah sakit. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cek hipertensi di rumah sakit. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Anak-anak muda zaman sekarang tampaknya dihadapkan dengan risiko kesehatan yang problematik. Selain nyeri sendi, risiko terkena stroke juga meningkat akibat gaya hidup kurang sehat di era modern.
ADVERTISEMENT
Hal itu diungkapkan oleh Prof. Dr. dr. Yudha Taruna, Sp.S., Anggota Dewan Pembina Perhimpunan Hipertensi Indonesia, dalam media briefing bertajuk “Angkat Lengan Baju, Turunkan Risiko Stroke”, di Jakarta Selatan, Selasa (24/10).
Stroke sendiri adalah kondisi medis serius yang terjadi ketika aliran darah ke otak terganggu. Hal ini dapat terjadi karena penyumbatan pada pembuluh darah (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik).
Berdasarkan laporan Global Stroke Fact Sheet dari Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) yang terbit pada 2022, stroke menjadi salah satu penyebab utama kecacatan serta penyebab kematian terbesar kedua di seluruh dunia. Laporan tersebut juga menyatakan bahwa risiko stroke seumur hidup telah meningkat hingga 50 persen dalam 17 tahun terakhir, dan saat ini satu dari setiap empat orang diperkirakan akan mengalami stroke selama hidupnya.
ADVERTISEMENT
dr. Yudha mengatakan, stroke bisa terjadi secara tiba-tiba dengan kondisi parah, seperti kesulitan berbicara atau memahami pembicaraan, kelumpuhan atau kelemahan pada satu sisi tubuh, dan kehilangan koordinasi. Salah satu penyebab utama stroke adalah hipertensi.
“Kalau kita bicara stroke, faktor risiko utamanya adalah hipertensi, khususnya di Indonesia. Kalau kita bicara hipertensi itu merupakan satu faktor risiko yang menyebabkan seseorang mati muda, atau kalau lolos mati muda pun menjadi tua yang gak sehat,” ujar dr. Yudha.
Prof. Dr. dr. Yudha Taruna, Sp.S Foto: Habib Allbi Ferdian/kumparan

Hipertensi penyebab stroke

Hipertensi adalah kondisi ketika tubuh memiliki tekanan tinggi hingga 140/90 mmHg atau lebih. Hipertensi merupakan penyakit silent killer. Sebutan ini merujuk pada beberapa penyakit yang tidak menunjukkan gejala besar dan luput dari perhatian banyak orang, tetapi dapat menyebabkan kerusakan permanen dan merenggut nyawa.
ADVERTISEMENT
Salah satu penyebab hipertensi adalah genetik atau keturunan. Jika memiliki keluarga dengan riwayat penyakit ini, kemungkinan Anda dapat mengidapnya juga. European Heart Journal mengungkapkan bahwa tekanan darah tinggi diwariskan pada generasi selanjutnya kemungkinannya mencapai 30 hingga 50 persen.
Selain keturunan, gaya hidup yang buruk juga bisa menyebabkan hipertensi, seperti pola makan tidak sehat, kebiasaan merokok, dan konsumsi minuman beralkohol memberi dampak yang buruk pada tubuh. Selain itu, terlalu banyak konsumsi garam atau natrium dapat memicu tekanan darah tinggi.
Sementara menurut WHO, obesitas dapat meningkatkan 2-4 kali lipat risiko hipertensi. Bahkan, ada 28 persen kasus hipertensi pada perempuan dan 26 persen pada laki-laki yang mengalami kelebihan berat badan. Ini karena Jaringan lemak yang berlebih dalam tubuh seseorang yang mengalami obesitas menyebabkan resistensi pada pembuluh darah meningkat. Kondisi ini kemudian menyebabkan jantung bekerja lebih keras dan tekanan darah pun meningkat.
ADVERTISEMENT
Masalahnya, aktivitas penyebab hipertensi seperti merokok, stress kerja, dan obesitas ini banyak dialami oleh orang dewasa produktif zaman sekarang. Inilah yang menyebabkan usia muda saat ini rentan terkena hipertensi dan stroke. Selain itu, kurangnya aktivitas fisik juga bisa meningkatkan risiko tersebut.
“Kemudian obesitas juga masih menjadi masalah. Mental health jadi problem. Jadi di Indonesia, saya tidak bisa menyebut satu atau dua faktor, tapi berbagai isu mengenai gaya hidup semuanya memengaruhi. Terakhir kita polusi udara. Saya gak tau ya seberapa kuat hipertensi tetapi sangat kuat memengaruhi darah. Polusi udara berisiko meningkatkan orang terkena demensia.”
ADVERTISEMENT

Pentingnya memantau tekanan darah untuk cegah stroke

Karena hipertensi merupakan faktor utama stroke, maka memantau tekanan darah secara berkala di rumah sangat penting untuk terhindar dari serangan stroke. dr. Yudha mengatakan, stroke umumnya terjadi pada malam dan pagi hari, ketika tensi darah seseorang ada dalam kondisi tinggi.
“Sebaiknya punya alat tensi di rumah. Kenapa? Karena saya gak pernah pengalaman serangan (stroke) itu di depan saya, serangan itu di rumah. Ini karena pengukuran (darah) sekali di klinik, tidak menjamin apa-apa,” papar dr. Yudha.
OMRON Complete, alat untuk mengukur tekanan darah dan EKG. Foto: Habib Allbi Ferdian/kumparan
Yang menarik adalah, dalam sebuah studi yang dilakukan oleh OMRON, perusahaan elektronik yang berpusat di Jepang, menemukan bahwa melakukan pemeriksaan tekanan darah secara teratur di rumah dapat mengurangi risiko stroke hingga 54 persen. Studi yang dilakukan pada November 2021 hingga Oktober 2022 juga mengungkap bahwa pasien hipertensi yang rutin memeriksa tekanan darah di rumah dapat mengurangi tekanan darah mereka dengan rata-rata 10 mmHg.
ADVERTISEMENT
“Perawatan medis yang cepat dapat meminimalkan kerusakan otak dan meningkatkan peluang pemulihan. Setidaknya ada sepuluh faktor yang dapat diobati, seperti tekanan darah tinggi, detak jantung yang tidak teratur (fibrilasi atrium), merokok, diet, dan olahraga, dapat mencegah hingga 90 persen stroke. Namun, yang tidak kalah penting adalah pencegahan dengan memeriksa tekanan darah secara rutin di rumah,” papar dr. Yudha.
Untuk membantu memanajemen kesehatan kardiovaskular berbasis perawatan pencegahan, salah satunya bisa menggunakan alat monitoring tekanan darah seperti OMRON Complete. Ini adalah alat monitoring tekanan darah lengan atas dengan teknologi EKG built-in untuk mengukur tekanan darah dan EKG secara bersamaan.
OMRON Complete diklaim memiliki kemampuan untuk mengukur kedua faktor risiko stroke dalam satu alat, memudahkan pengguna untuk melacak kondisi kesehatan dan mengetahui kapan harus mencari pengobatan.
ADVERTISEMENT
“Memantau tanda-tanda vital seperti tekanan darah dan elektrokardiogram secara teratur sangat penting untuk mengidentifikasi dan mengelola kondisi tanpa gejala seperti hipertensi dan irama jantung yang tidak normal serta memungkinkan pencegahan dan intervensi dini,” ujar Tomoaki Watanabe, Direktur OMRON Healthcare Indonesia.
“Hipertensi sering disebut sebagai silent killer karena banyak yang tidak menyadari. Jadi satu-satunya cara untuk mengetahuinya adalah dengan memonitor tekanan darah secara teratur.”
Selain itu, OMRON juga memperkenalkan fitur baru untuk memperkirakan risiko stroke, yakni Stroke Risk Calculator yang bisa diakses di website OMRON, QR code, dan aplikasi OMRON Connect. Kalkulator ini dapat memperkirakan risiko seseorang terkena stroke dalam 5 hingga 10 tahun ke depan.
Stroke Risk Calculator memungkinkan pengguna berusia 20 hingga lebih dari 90 tahun mendeteksi lebih awal risiko stroke mereka berdasarkan 20 pertanyaan yang telah teruji secara ilmiah dalam waktu 3 menit. Selain itu, pengguna juga mendapatkan informasi penting tentang bagaimana mereka dapat mengurangi risiko stroke.
ADVERTISEMENT
Kalkulator dikembangkan oleh Auckland University of Technology, Selandia Baru, dengan bantuan lebih dari 300 ahli stroke terkemuka dari 102 negara yang menjadikan proyek ini sebagai inisiatif kesehatan tentang bagaimana mereka dapat mengurangi risiko stroke.
"Pola makan, kebiasaan, dan gaya hidup yang buruk semuanya berkontribusi terhadap risiko stroke. Dengan visi 'Going for Zero', OMRON memperkenalkan Stroke Risk Calculator ini dalam aplikasi OMRON Connect sehingga pengguna dapat dengan mudah mengakses untuk mengukur risiko terkena stroke, dan mengambil tindakan pencegahan sebelum terlambat," ujar Alexis En, Director, Marketing and Digital Health, OMRON Healthcare Singapore.