Waspadai Faktor-faktor Penyebab Kanker Paru

31 Juli 2019 20:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi merokok. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi merokok. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Kanker paru merupakan satu dari tiga jenis kanker yang paling banyak diidap oleh penduduk Indonesia. Awal Juli 2019 ini Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, meninggal karena kanker paru. Kemarin, 30 Juli 2019, mantan Bupati Gowa, Ichsan Yasin Limpo, juga mengembuskan napas terakhirnya karena penyakit ini.
ADVERTISEMENT
Secara global, satu dari lima kematian pasien seluruh jenis kanker disebabkan oleh kanker paru. Angka kematian yang disebabkan jenis kanker ini bahkan bertengger di urutan tertinggi dibanding jenis kanker lainnya. Tercatat, sebanyak 1,7 juta orang meninggal setiap tahunnya karena kanker paru.
Sebenarnya faktor-faktor apa saja yang bisa menyebabkan timbulnya kanker paru pada tubuh seseorang?
Sita Laksmi Andarini, dokter spesialis paru yang juga merupakan pengurus pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), menjelaskan bahwa faktor risiko terbesar terjadinya kanker paru adalah paparan atau pajanan asap rokok. Selain itu, faktor lainnya adalah polusi udara yang tinggi.
Ilustrasi paru-paru Foto: bykst
Faktor risiko lainnya adalah tinggal atau bekerja di daerah yang terpapar karsinogen atau zat pemicu kanker, misalnya silika, radon, zat-zat hasil pertambangan, dan bahan kimia lainnya. Di samping itu, faktor genetik dan riwayat penyakit paru fibrosis juga bisa meningkatkan risiko seseorang untuk terkena kanker paru.
ADVERTISEMENT
“Misalnya dia tidak merokok, tidak terkena polusi, tapi dia rentan secara genetik adalah orang yang memiliki riwayat penyakit fibrosis paru sebelumnya,” papar Sita di acara Konferensi Pers yang diadakan PDPI dalam rangka memperingati Hari Kanker Paru Sedunia di Jakarta Timur, Rabu (31/7). “Kemudian riwayat susceptibility keluarga yang memiliki riwayat kanker itu risikonya lebih tinggi (juga),” tambahnya.
Sita juga menjelaskan bahwa ada orang-orang dengan pekerjaan tertentu juga memiliki tingkat risiko lebih tinggi untuk terkena kanker paru. “Pekerjaan contohnya kerja di tambang, kerja di pabrik silika, kerja di pabrik semen, keramik, kaca itu meningkatkan risiko terjadi kanker paru.”
Apabila orang-orang dengan pekerjaan tersebut merokok, maka risiko mereka untuk terkena kanker menjadi lebih tinggi lagi. “Kami pernah melakukan penelitian orang yang bekerja di tempat berisiko tinggi, kalau dia merokok, maka risiko kankernya 8 kali lipat lagi lebih tinggi dibandingkan yang tidak merokok,” beber Sita.
dr. Sita Laksmi Andarini, Sp.P (K), Ph.D, dokter spesialis paru di MRCCC Siloam Hospitals Semanggi dan pengurus pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). Foto: Farida Yulistiana/kumparan
Ketua Umum PDPI, Agus Dwi Susanto, dalam acara yang sama juga menjelaskan bahwa para perokok memang rentan terkena kanker paru. “Di Rumah Sakit (RSUP) Persahabatan, 86% penderita kanker paru adalah perokok. Secara internasional, jumlah perokok yang mengidap kanker paru sebanyak 85%.”
ADVERTISEMENT
Adapun terkait polusi udara, Agus menyampaikan bahwa 4 persen penderita kanker paru di RSUP Persahabatan terkait dengan faktor risiko utama yang berupa polusi udara. “Polusi udara yang menjadi penyebab seseorang terkena kanker paru, secara internasional persentasenya sekitar 3-5%.”