Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
6 Ramadhan 1446 HKamis, 06 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
WWF Indonesia Ajak Masyarakat Tak Konsumsi Hiu Saat Imlek
7 Februari 2018 15:26 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB

ADVERTISEMENT
Salah satu makanan yang identik dengan Perayaan Tahun Baru Imlek adalah sirip ikan hiu. Sirip ikan hiu biasanya disajikan dalam bentuk sup. Pengolahan sirip hiu bisa dilakukan di rumah dan ada juga yang dilakukan di hotel atau restoran yang mengadakan jamuan makan saat Imlek.
ADVERTISEMENT
Selain karena kebutuhan, mahalnya harga sirip ikan hiu membuat banyak yang tergiur untuk melakukan perburuan terhadap ikan hiu dan mengambil siripnya.
Menurut data WWF, pada tahun 2014-2016, jumlah konsumsi sirip ikan hiu di Jakarta saja bisa mencapai 12.622 kilogram per tahunnya .
Sementara itu, pada tahun 2016, Indonesia menempati urutan pertama sebagai negara eksportir sirip hiu. Sebanyak 16,8 persen total tangkapan hiu di dunia berasal dari Indonesia.
Karena itu, pada tahun 2018 ini, WWF Indonesia melakukan kampanye untuk meninggalkan tradisi menghidangkan sirip hiu saat Imlek dengan menggunakan tagar #ImlekBebasHiu di media sosial. Pada tahun 2018 Imlek akan jatuh pada Jumat pekan depan, 16 Februari.
Program ini merupakan terusan dari program penyelamatan hiu lainnya yang dilakukan oleh WWF, yaitu #SOSharks.
ADVERTISEMENT
Dalam kampanye di media sosial tersebut, WWF Indonesia membagikan infografik dan fakta-fakta mengenai ikan hiu dan sirip ikan hiu.
Salah satu fakta yang dituliskan oleh oleh WWF Indonesia mengenai konsumsi sirip ikan hiu adalah adanya kandungan merkuri dalam sirip ikan hiu yang bisa tertimbun dalam ginjal manusia dan mengakibatkan kerusakan.
Sebelumnya pada tahun 2017, WWF Indonesia sudah mengajak industri jasa makanan dan perhotelan di Indonesia untuk menghentikan penggunaan hiu, baik itu sirip, daging, maupun telurnya, sebagai bahan dasar makanan.
Upaya untuk menghentikan perburuan hiu ini dilakukan selain karena hiu termasuk hewan yang dilindungi di Indonesia sejak tahun 2014, hiu juga merupakan bagian penting dari ekosistem di lautan.
Andi Cornish, kepala Shark and Ray Initiative WWF International dalam siaran persnya mengatakan, “Menghilangkan hiu dari rantai makanan mengganggu keseimbangan ekosistem laut, yang dampaknya akan bermuara pada manusia.”
ADVERTISEMENT
Sebagai pemangsa atau predator teratas, hiu memiliki peran penting dalam siklus ekosistem laut. Satwa kharismatik ini mengendalikan populasi hewan laut dalam rantai makanan. Populasi hiu yang sehat menjadi jaminan terjaganya kelimpahan ikan-ikan konsumsi manusia.
Penangkapan besar-besaran terhadap hiu menyebabkan terganggunya keseimbangan rantai makanan dalam ekosistem laut . Ikan-ikan karnivora yang biasanya dimangsa oleh hiu akan bertambah banyak sehingga jumlah ikan-ikan kecil akan menurun secara drastis. Padahal, ikan-ikan kecil inilah yang biasa dikonsumsi manusia.
Tak hanya berkurangnya jumlah ikan kecil yang selama ini menjadi kebutuhan manusia, alga yang biasa dimakan oleh ikan-ikan kecil pun akan bertambah banyak sehingga mengganggu kesehatan karang.
Ketika karang rusak, ikan-ikan kecil terancam punah, demikian pun ikan-ikan besar. Dengan kata lain, berkurangnya populasi hiu dalam jumlah banyak akan berdampak negatif bagi ketahanan pangan kita.
ADVERTISEMENT