2 Cedera Pembunuh Karier Pesepak Bola & Pebasket di Mata Eks Fisioterapis Timnas

31 Juli 2023 18:12 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Neymar cedera saat Brasil bertemu Serbia. Foto: Kai Pfaffenbach/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Neymar cedera saat Brasil bertemu Serbia. Foto: Kai Pfaffenbach/REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Cedera adalah momok mengerikan bagi para atlet, termasuk pesepak bola dan pebasket profesional. Setidaknya, ada dua tipe cedera yang paling mengancam karier menurut penjelasan Asep Azis, fisioterapis yang berpengalaman mengurus timnas sepak bola dan basket Indonesia.
ADVERTISEMENT
Salah satu kesibukan Asep saat ini adalah menjadi fisioterapis untuk Developmental Basketball League (DBL) Camp. Namun, ia memiliki pengalaman bekerja di tim basket CLS Knight Surabaya selama 2008-2014, lalu lanjut ke Timnas Sepak Bola selama 2014-2021.
Baru-baru ini, Asep berbagi pengetahuan terkait cedera kepada kumparan. Ia menjelaskan bahwa cedera anterior cruciate ligament (ACL) dan cedera tulang rawan adalah musuh besar pesepak bola dan pebasket.
"ACL jika pemulihannya enggak bagus bisa jadi bikin pemain pensiun. Karena ACL pemulihannya butuh konsistensi dan harus punya mental yang kuat karena cedera ini memberi trauma bagi pemain untuk kembali ke titik penampilan terbaiknya," terang Asep.
Fisioterapis yang pernah menangani timnas, Asep Azis. Foto: Pribadi/Asep Azis
"Tapi menurut saya cedera paling parah adalah cedera tulang rawan. Tulang rawan berada di lapisan pelindung, misalkan di lutut, sebenarnya sampai sekarang belum ada obatnya tapi diupayakan dengan berbagai macam teknik operasi seperti mikrofraktur yang membuat peredaran darah kembali, tingkat keberhasilan 50-60 persen."
ADVERTISEMENT
"Tetapi ke depannya memungkinkan, kalau stem cell sudah legal, itu memperbesar harapan orang comeback dan pensiun dininya lebih rendah," tambah Asep.
Jadi, untuk pemulihan dua tipe cedera tersebut, Asep menerangkan bahwa kuncinya tak cukup pada tindakan medis, melainkan psikologis pemain juga harus dibantu.
"Pemulihan ACL normalnya 8-12 bulan, itu standar. Dulu orang kejar 6 bulan, tapi kalau dipaksakan tingkat cedera ulangnya tinggi. Kalau tulang rawan bisa 1-1,5 tahun, butuh kesabaran dan support dari keluarga, klub, pasti dalam proses pemulihan ada fase titik jenuh," jelasnya.
Pertandingan Final NBA 2023 antara Denver Nuggets vs Miami Heat di Ball Arena, Denver, Colorado, AS. Foto: Ron Chenoy/Reuters
Saat ini, Asep cukup sering berkutat dengan para pebasket usia SMA karena keterlibatannya di DBL Camp. Beberapa waktu lalu, ia juga bertolak ke Amerika Serikat bersama rombongan DBL Indonesia All Star 2023.
ADVERTISEMENT
Pebasket muda juga rentan terhadap cedera. Pria yang pernah menjadi fisioterapis timnas basket putra dan putri di SEA Games ini menjelaskan cedera yang umum terjadi di kalangan atlet muda.
"Rata-rata pasti pernah atau sedang mengalami cedera ankle. Dari cedera ankle, begitu tidak ditangani dengan baik, akan naik ke jumper's knee. Jadi, itu adalah masalah pada tendon, yakni ujung otot yang nempel di tulang, letaknya di bawah tempurung lutut karena beban yang diterima tendon lebih besar saat landing dan jumping," bebernya.
"Satu lagi di anak SMA dan SMP, ada cedera karena overuse. Hal ini menimbulkan munculnya tonjolan di tulang kering, biasanya karena bebannya melebihi kemampuannya," tuturnya.
Menpora RI, Dito Ariotedjo (kiri); dan Fisioterapis yang pernah menangani timnas, Asep Azis. Foto: Pribadi/Asep Azis
Asep Azis, yang kini juga mengembangkan usaha klinik fisioterapis bernama 'Bebas Cedera Management', menuturkan bahwa secara umum sebenarnya jenis cedera yang umum dialami pebasket dan pesepak bola itu hampir sama. Hanya, cara pertolongan pertamanya yang agak berbeda.
ADVERTISEMENT
"Kalau di sepak bola, begitu cedera, fisioterapis harus menentukan apakah pemain ini bisa lanjut atau tidak karena di sepak bola enggak bisa keluar dulu, ganti dulu, nanti masuk lagi. Kalau di basket bisa lakukan itu. Jadi, waktu pemeriksaan lebih fleksibel di basket," ujarnya.
"Kalau bicara dari jenis cederanya, kurang lebih sama karena dua-duanya menggunakan anggota tubuh bagian bawah, termasuk juga olahraga permainan, pasti ada benturan, perubahan arah, percepatan, kelincahan sehingga tipe cederanya hampir mirip."
"Tapi secara statistik, pemain sepak bola banyaknya cedera otot seperti hamstring, paha dalam, betis, paha depan, dan mulai banyak cedera ligamen ACL dan sprained ankle. Kalau pebasket karena banyak loncat dan landing, jadi yang banyak ligamen ACL dan sprained ankle, bahkan ada yang perlu sampai operasi," tandasnya.
ADVERTISEMENT