20 Tahun DBL: Menjaga Partisipasi, Mencetak Pebasket Berprestasi

4 Juli 2024 10:37 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seremoni sederhana membuka DBL 2004 di GOR Kampus C Universitas Airlangga Surabaya. Foto:  DBL Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
Seremoni sederhana membuka DBL 2004 di GOR Kampus C Universitas Airlangga Surabaya. Foto: DBL Indonesia
ADVERTISEMENT
Developmental Basketball League (DBL) resmi berusia 20 tahun pada 4 Juli 2024. Sepanjang perjalanan yang penuh perjuangan, DBL tak bosan menebarkan inspirasi dan mencetak pebasket muda berprestasi.
ADVERTISEMENT
Azrul Ananda mendirikan DBL dengan misi utama awalnya adalah partisipasi atau sekadar eksis di skena basket Indonesia. Dirinya tak pernah sama sekali pernah terbayang eksis untuk menghasilkan prestasi.
DBL awalnya cuma ingin memberi panggung kepada sebanyak mungkin anak muda Indonesia yang mencintai basket. Sebab dulu, tidak ada turnamen basket SMA yang digarap secara konsisten
"Ketika kali pertama menyelenggarakan DBL pada 2004, tidak ada banyak kompetisi olahraga yang konsisten untuk anak muda Indonesia. Ada banyak kompetisi, tapi kebanyakan dibuat berdasarkan kebutuhan marketing sponsornya. Butuh untuk jualan permen atau mi instan," kata Azrul.
Azrul Ananda dan Danny Granger pada 2009. Foto: DBL Indonesia
Dari situ, Azrul memahami alasan sulit menemukan bintang basket berbakat di Indonesia. Bakatnya mungkin ada, tetapi panggungnya memang tidak banyak dan tidak konsisten.
ADVERTISEMENT
"Sejak awal, DBL dibuat dengan sangat berbeda. Berdasarkan pengalaman saya jadi anak pertukaran pelajar SMA di Amerika [Kansas], kompetisi olahraga anak muda harus bisa menyeimbangkan antara 'student' dan 'athlete'. Bahkan, elemen 'student' tetap yang di depan. Nilai jelek? Tidak boleh main," kisahnya.
"Di DBL, kedua elemen itu coba kami seimbangkan. Konsisten. Sejak awal sampai sekarang. Selama 20 tahun. Bukan hanya nilai di sekolah, DBL juga menuntut perilaku saling menghargai [respect] di lapangan. Menghargai diri sendiri dan orang lain, khususnya lawan. Dengan aturan dresscode rapi, dengan beberapa aturan detail lain yang mungkin tidak disadari siapa pun," tambah Azrul.
Jadi, Azrul membuat DBL tak cuma untuk melahirkan pebasket yang jago bermain di lapangan, tetapi juga harus paham sikap dasar profesionalisme. Mereka harus berusaha memberikan yang terbaik setiap dapat kesempatan bertanding, serta juga harus disiplin dan sportif. Menang atau kalah adalah urusan nanti.
Student-athlete yang tergabung dalam tim DBL Indonesia All-Star 2014 berkesempatan bermain di jeda pertandingan Kings yang waktu itu masih bermarkas di Sleep Train Arena. Foto: DBL Indonesia
"Kita semua harus menyadari, tidak semua peserta DBL akan menjadi atlet profesional. Bahkan mungkin 99 persen tidak akan jadi atlet profesional. Tapi, 100 persen harus jadi profesional. Dalam bidang apa pun. Pengalaman mereka ikut DBL harus bisa jadi salah satu landasan menuju ke sana," ungkap Azrul.
ADVERTISEMENT
DBL pertama kali didirikan di Surabaya, Jawa Timur. Kini, DBL sudah diselenggarakan di 31 kota dalam 23 provinsi di Indonesia. Seandainya tidak ada pandemi, mungkin sekarang DBL sudah berkembang merambah hampir semua provinsi di Indonesia.
"Jawabannya mungkin ada pada dua faktor di atas. Mengutamakan partisipasi dan memperkenalkan sikap profesional sejak masih sekolah," terang Azrul soal resep DBL bisa bertahan 20 tahun dan terus berkembang.
"Sekali lagi, kami sama sekali tidak memikirkan prestasi. Bahwa ada banyak prestasi basket Indonesia dicapai oleh alumnus DBL, kami pasti sangat bangga," lanjutnya.
Suasana kemeriahan final DBL Seri NTT musim 2023-2024 di GOR Flobamora, Kupang. Foto: DBL Indonesia
Adapun alumnus DBL telah menjadi bagian dari sejumlah skuad yang berprestasi membawa nama Indonesia di level internasional. Misalnya, Timnas Basket Putri Indonesia yang kali pertama dalam sejarah meraih medali emas SEA Games 2023 di Kamboja. Delapan dari 12 pemainnya adalah alumnus program DBL.
ADVERTISEMENT
Lalu, Timnas Basket Putri Indonesia yang sukses naik kasta ke Divisi A FIBA Women's Asia Cup 2023. Sembilan dari 12 pemainnya adalah alumnus program DBL.
Tim basket putri Indonesia melakukan selebrasi usai mengalahkan tim basket Singapura pada pertandingan Basket 5X5 SEA Games 2023. Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
Timnas Basket Putri Indonesia menjuarai FIBA Women's Asia Cup Division B di Nimibutr Arena, Bangkok, Thailand, pada Sabtu (19/8). Foto: Dok. PERBASI
Di kategori putra, sederetan alumnus DBL ikut membantu meraih medali emas di SEA Games 2021 di Vietnam, yaitu Juan Laurent Kokodiputra, Yudha Saputra, Vincent Rivaldi Kosasih, dan Hardianus Lakudu. Bukan hanya pemainnya, bahkan manajer timnas waktu itu pun alumnus DBL yakni Jeremy Santoso.
Azrul Ananda sangat bangga dengan prestasi-prestasi itu. Namun, ia tetap menegaskan bahwa tujuan utama kehadiran DBL adalah partisipasi.
"Kami akan terus fokus mengembangkan partisipasi. Partisipasilah yang menjaga eksistensi kami. Dalam 20 tahun perjalanan kami, jutaan anak muda sudah merasakan atmosfer DBL, menjadi partisipannya," tegas Azrul.
Sejumlah pebasket Indonesia berselebrasi usai mengalahkan Tim Filipina dalam laga final bola basket SEA Games 2021 Vietnam di Thanh Tri District Sporting Hall, Hanoi, Vietnam, Minggu (22/5/2022). Foto: Fauzi Saputra/ANTARA FOTO
Saking lamanya eksistensi DBL, peserta sekarang belumlah lahir saat DBL kali pertama diselenggarakan. Dan, saking lamanya DBL, tidak lama lagi akan ada mantan pemain DBL yang anaknya juga bermain di DBL."
ADVERTISEMENT
"Kalau dalam 20 tahun terakhir ada begitu banyak prestasi diraih sebagai 'efek samping', entah berapa banyak lagi prestasi bisa kita capai kalau kita terus konsisten mengembangkan partisipasi ini sejak dini," tandasnya.