Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Ada Apa dengan Anthony Ginting? Naik-Turun Usai Olimpiade & Piala Thomas
6 April 2022 20:04 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Ginting menyabet medali perunggu pada Olimpiade Tokyo 2020 usai menaklukkan 'kuda hitam' asal Guatemala, Kevin Cordon, via straight game 21-11 dan 21-13 dalam waktu 38 menit. Hasil ini bagus, sebelumnya terakhir tunggal putra RI mendapat medali Olimpiade adalah pada 2004, saat Taufik Hidayat meraih emas dan Sony Dwi Kuncoro menyabet perunggu.
Usai Olimpiade, performa pemain 25 tahun ini menurun di Piala Sudirman. Ginting hanya sekali menang dari 3 kali diturunkan. Ia menang atas pemain Rusia, Ivan Sozonov, lalu tunggal putra nomor satu Indonesia ini kalah dari Anders Antonsen asal Denmark dan Lee Zii Jia asal Malaysia.
Namun, Ginting bangkit di Piala Thomas 2020 (2021). Ia sanggup menang 3 kali termasuk membayar kekalahan atas Lee Zii Jia di babak 8 besar. Hingga akhirnya, Ginting mengawali kemenangan Indonesia atas China di final dan membawa pulang kembali Piala Thomas ke Indonesia usai absen 18 tahun.
Nasib baik ternyata tidak selalu berpihak kepada pemain ranking 5 dunia tersebut. Pada Denmark Open 2021, Anthony Ginting mundur di dua menit awal pertama saat bertanding melawan Thomas Rouxel dari Prancis pada babak 32 besar. Ia mengalami masalah pada pinggangnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pemain besutan PB SGS PLN ini memutuskan untuk menghentikan tur Eropa dengan mundur dari French Open. Ginting baru comeback bertanding pada perhelatan Indonesia Badminton Festival di Bali pada November-Desember 2021.
Penampilannya sangat dinantikan oleh seluruh penggemar bulu tangkis Indonesia. Namun sayangnya, penantian itu berbuah antiklimaks kala Ginting kalah ketika melawan Kunlavut Vitidsarn asal Thailand di babak pertama Indonesia Masters 2021 dengan skor ketat 21-19, 14-21, 13-21.
Seminggu berselang, Ginting menyerah di babak pertama Indonesia Open 2021. Kali ini, Ginting kalah dari pebulu tangkis muda yang berasal dari Prancis, Christo Popov, dengan skor 17-21 dan 18-21.
Kurang lebih 3 bulan tanpa pertandingan, Anthony Ginting kembali bertanding di German Open 2022. Namun, nasibnya suram lagi. Ia terhenti usai kalah telak di babak 16 besar dari pemain muda India, Lakshya Sen, dengan skor 7-21 dan 9-21.
ADVERTISEMENT
Performa menyegarkan mulai terasa ketika Ginting mengikuti All England ke 9-nya pada 2022. Setelah 8 kali beruntun kalah di babak awal, akhirnya Ginting jajaki babak delapan besar.
Namun sangat disayangkan, penampilan terbaiknya All England harus terkubur di 8 besar saja. Ia kalah telak dari jagoan Denmark, Viktor Axelsen, via skor telak 21-4 dan 21-9.
Turun ke level Super 300, di Swiss Open 2022, Ginting berhasil melaju lebih jauh ke babak semifinal. Nyaris, ia menciptakan final sesama Indonesia bersama Jonatan Christie, tetapi secara mengejutkan ia ditaklukkan Prannoy HS dari India yang berada di ranking 23 dunia via skor ketat 19-21, 21-19, 18-21.
Baru-baru ini, Korea Open 2022 selama 5-10 April 2022. Anthony Ginting yang merupakan unggulan pertama secara mengejutkan tumbang di babak pertama dari pemain senior Prancis, Lucas Claerbout, via skor 16-21 dan 13-21.
ADVERTISEMENT
Padahal, Korea Open menjadi sejarah bagi Ginting. Sebab, ia berhasil meraih gelar super series pertamanya di ajang tersebut usai mengalahkan rekannya Jonatan Christie pada Korea Open edisi 2017.
Seusai bertanding di babak pertama Korea Open 2022, Selasa (5/4) Irwansyah selaku pelatih tunggal putra mengomentari anak asuhnya tersebut. Ginting dinilainya bermain dengan performa yang tidak bagus. Kurang variasi dan monoton.
“Ginting main tidak bagus, tidak bisa untuk mengontrol lawan. Variasinya juga monoton, sehingga mudah ditebak lawan. Banyak 'mati' sendiri dan kakinya pun sudah kelihatan berat di lapangan. Saya tanya sama dia setelah selesai main, dia bilang feeling sedang tidak enak,” jelas Irwansyah dikutip dari laman web PBSI, Selasa (5/4).
“Saya harus benahi pola cara berpikirnya dia, sebab di latihan pun ada pukulan yang tidak enak, langsung dia kepikiran terus. Dan itu yang membuatnya tidak percaya terhadap kemampuan yang dia miliki. Jatuhnya menjadi beban,” tukas Irwansyah.
ADVERTISEMENT
Penulis: Muhamad Sayefullah