news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Ada Harapan Tenis Australia di Pundak Ashleigh Barty

19 Januari 2019 5:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ashleigh Barty di Sydney International 2019. (Foto: DAVID MOIR / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Ashleigh Barty di Sydney International 2019. (Foto: DAVID MOIR / AFP)
ADVERTISEMENT
Laga di rumah sendiri tidak menyelamatkan Ashleigh Barty dari laga melawan petenis papan atas. Terbukti, babak keempat Australia Terbuka 2019 akan mempertemukan Barty dengan Maria Sharapova. Secara hitung-hitungan peringkat, Barty memang lebih unggul atas Sharapova. Bila Barty ada di peringkat ke-15 dunia, Sharapova ada di peringkat 30.
ADVERTISEMENT
Tapi, sering kali peringkat hanya persoalan angka. Lihatlah keberhasilan Sharapova mengandaskan perlawanan petenis peringkat tiga dunia, Caroline Wozniacki, yang juga datang ke Melbourne Park tahun ini sebagai juara bertahan. Di laga itu, Sharapova menang dalam tiga set, 6-3, 4-6, 6-3.
Harapan untuk memenangi laga dan melangkah ke perempat final di satu sisi bisa berubah menjadi beban. Terlebih, Barty menjadi satu-satunya petenis Australia di nomor tunggal putri yang memasuki turnamen dengan status unggulan. Hanya, di balik segala beban selalu ada kesempatan. Dan bagi Barty, kesempatan inilah yang akan digunakannya sebagai amunisi untuk melawan Sharapova.
"Saya tahu laga ini akan berjalan sulit, apalagi ini akan menjadi pertandingan yang ditonton banyak orang. Tapi, saya datang ke mari untuk tampil dan bermain tenis. Itulah sebabnya net harus dinaikkan (idiom tanda pertandingan dimulai -red) sehingga kami dapat bersaing. Saya menyukai kesempatan ini," jelas Barty dilansir The Guardian.
ADVERTISEMENT
Walaupun digelar di negara sendiri, Australia Terbuka tidak menjadi kompetisi yang 'memanjakan' petenis tuan rumah. Bila melihat daftar juara, Christine O'Neil menjadi petenis Australia yang terakhir kali menjuarai Australia Terbuka nomor tunggal putri sejak 1978. Bahkan di era terbuka, hanya ada empat petenis wanita Australia yang menjadi juara di seri pembuka kompetisi Grand Slam ini. Selain O'neil, ketiga petenis itu adalah Margaret Court, Evonne Goolagong Cawley, dan Kerry Melville Reid.
Berangkat dari fakta tersebut, wajar bila beban itu ditumpuk di atas pundak Barty. Namun kabar baik dari Barty, beban yang seabrek itu tidak menyurutkan kesenangannya dalam perburuan gelar juara. Apalagi, petenis berusia 22 tahun itu belum mengoleksi gelar juara Grand Slam di nomor tunggal putri. Maka ketimbang menyibukkan kepalanya dengan pikiran-pikiran tak penting, Barty lebih tertarik untuk memandang laga ini sebagai tambang baginya untuk menggali kesempatan demi mewujudkan cita-cita juara itu.
ADVERTISEMENT
Ashleigh Barty di babak ketiga Australia Terbuka 2019. (Foto: REUTERS/Aly Song)
zoom-in-whitePerbesar
Ashleigh Barty di babak ketiga Australia Terbuka 2019. (Foto: REUTERS/Aly Song)
"Riuh dan sorak-sorai para penonton saat atap tribune diturunkan begitu memukau. Rasanya sangat hebat karena bisa mendengar (hampir) seluruh orang Australia di stadion ini. Semuanya seperti di luar akal sehat saya," jelas Barty, dikutip dari laman resmi Australia Terbuka.
Menilik rekor pertemuan keduanya, ini menjadi kali kedua mereka bertemu. Sebelumnya, Sharapova sanggup mengalahkan Barty di babak 64 besar Italia Terbuka (Roma Masters) dengan skor 7-5 3-6 6-2. Itu artinya, Barty belum sekali pun menang atas Sharapova. Kalau mau berhitung mundur lebih jauh, seharusnya Sharapova dan Barty juga bertemu di babak kedua Brisbane International 2014. Sayangnya, Barty mengundurkan diri sehingga kemenangan otomatis berpihak kepada Sharapova.
Melihat hitung-hitungan pengalaman pun, Barty jelas kalah dari Sharapova. Bila Sharapova sudah terjun menjadi petenis profesional sejak 2001 dan menjuarai lima gelar Grand Slam di nomor tunggal putri, Barty baru memutuskan menjadi profesional pada 2010. Dari situ saja dapat dipahami bahwa Sharapova punya bekal pengalaman mumpuni untuk membikin Sharapova ciut nyali. Kabar baiknya, Barty menolak untuk turun lapangan sebagai orang kerdil dan pesakitan.
ADVERTISEMENT
"Tidak ada lagi yang bisa membuatmu siap untuk melakoni pertandingan selain maju untuk bertanding. Turnamen di Perth (Piala Hopman) dan Sydney (Sydney International) adalah persiapan yang sempurna. Sekarang saya datang dengan perasaan yang baik. Saya merasa sudah memiliki sejumlah pengalaman bertanding. Sekarang saya sudah mencapai titik di mana saya merasa semakin nyaman di lapangan dan dapat memainkan tenis dengan cara dan taktik saya. Ketika saya mengeksekusinya, saya yakin taktik dan cara ini dapat bekerja melawan petenis-petenis terbaik dunia," jelas Barty.