news-card-video
29 Ramadhan 1446 HSabtu, 29 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

Aksi Rasialis yang Masih Menghantui Serbia

22 Februari 2017 0:00 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Suporter Partizan Belgrade (Ilustrasi) (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Suporter Partizan Belgrade (Ilustrasi) (Foto: Wikimedia Commons)
"Say No To Racism"
Jargon yang kerap digaungkan oleh Persatuan Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA) itu ternyata belum bisa sepenuhnya terealiasi. Hal itu terbukti dari tetesan air mata yang dikeluarkan oleh Everton Luiz, salah satu penggawa Partizan Belgrade.
ADVERTISEMENT
Insiden itu terjadi saat Partizan bertandang ke markas Rad Beograd pada lanjutan pekan ke-22 Serbian SuperLiga. Saat itu, suporter tim tuan rumah mencemooh Everton dengan menirukan suara kera di sepanjang pertandingan. Setelah mencoba bersabar selama 90 menit waktu normal, Everton akhirnya melampiaskan kekesalannya tepat setelah laga berakhir. Pemain berusia 28 tahun itu mengacungkan jari tengah ke arah penonton sambil memegang logo Partizan di dadanya.
Sontak aksi tersebut memancing amarah para pendukung Rad. Lebih parahnya, para pemain Rad juga ikut terpancing sehingga mengakibatkan keributan antarpemain meski kemudian bisa diredam oleh para staf dan petugas yang turun sebagai penengah.
"Saya menderita setelah dilecehkan selama 90 menit dan juga kecewa dengan perlakuan pendukung tim tuan rumah. Mereka semua menyerang saya," ujar Everton setelah pertandingan kepada Reuters.
ADVERTISEMENT
Kendati begitu, Everton berusaha untuk segera melupakan hal tak mengenakkan tersebut. Selain itu, air mata yang ia keluarkan adalah sebagai bentuk kesedihan sekaligus kepeduliannya kepada Serbia. "Saya ingin segera melupakan kejadian ini secepatnya. Saya cinta Serbia dan semua orang di sini, itulah alasan megnapa saya menangis. Namun saya mohon untuk tidak bertindak rasialis," tambah pemain yang dibeli dari St. Gallen itu.
Pelatih Partizan, Marko Nikolic, juga mendukung agar Komisi Disiplin Asosiasi Sepak Bola Serbia menjatuhkan hukuman kepada suporter Rad, meski ia juga tak sepenuhnya menyetujui tindakan yang dilakukn oleh anak asuhnya itu. "Everton memang seharusnya tidak melakukan reaksi tersebut, tapi bagaimana jika dia diprovokasi?" kata Nikolic seperti yang dilansir Independent.
ADVERTISEMENT
Menariknya, Nikolic sendiri pernah tersandung masalah rasialisme ketika masih membesut Olimpija Ljubljana tahun lalu. Pelatih yang tercatat pernah menangani Tim Nasional Serbia U-18 itu setelah mencemooh Blessing Eleke, pemain Olimpija Ljubljana. Nikolic ketika itu mengejek pemain asal Nigeria tersebut dengan sebutan "Si Kulit Hitam Bodoh". Insiden tersebut yang kemudian membuat Nikolic dipecat setelah hanya tiga bulan menukangi kesebelasan yang bermarkas di ibukota Slovenia itu.
Insiden yang dialami oleh Everton itu mendapat dukungan dari suporter Besiktas. Fans klub asal Turki itu menuangkan bentuk simpatinya melalui sebuah spanduk. 
Seperti diketahui, rasialisme masih jamak ditemui di persepakbolaan Eropa Timur. Mantan penyerang internasional Nigeria,Peter Odemwingie, pernah merasakannya saat membela Lokomotiv Moskow. Para pendukung tim berjuluk Red-Greens itu membentangkan gambar pisang sebagai bentuk perpisahan mereka setelah Odemwingie memutuskan hengkang West Browmwich Albion tahun 2010 lalu.
ADVERTISEMENT