RunStyle IV

Apa, sih, yang Dilakukan para Pelari Selama #dirumahaja?

17 April 2020 13:13 WIB
comment
78
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Full marathon di halaman rumah enggak mustahil, kok! Foto: Dok. Kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Full marathon di halaman rumah enggak mustahil, kok! Foto: Dok. Kumparan
Pembatasan sosial berskala besar selama pandemi COVID-19 bisa menjadi periode tak menyenangkan. Runners yang tidak bisa berlari di luar rumah selama lockdown barangkali juga merasa kesal.
Namun, hampir segala sesuatu bisa disiasati. Alih-alih mengomel melulu, mereka punya cara untuk mengurangi rindu berlari di luar rumah. Bukan kondisi ideal, sih, tetapi setidaknya mereka bisa terus berlari.
Oke, simak ceritanya di bawah ini, ya. Siapa tahu bisa dicontek.
Tetap olahraga di rumah meski sedang work from home. Foto: Shutterstock

Berlari Maraton di Balkon rumah? Siapa Bilang Tak Mungkin?

Namanya Elisha Nochomovitz. Di balkon rumahnya yang terletak di Kota Toulouse, Prancis, ia berlari sepanjang 42,2 km tanpa henti. Full marathon.
Memangnya balkonnya seluas apa? Tidak berbeda jauh dengan balkon yang biasa kita temui. Kepada Associated Press, Nochomovitz bercerita bahwa panjang balkon rumahnya hanya tujuh meter. Itu berarti, ia berlari bolak-balik tanpa henti sampai jarak larinya mencapai 42,2 km.
Meski sudah biasa berlari, Nochomovitz menganggap aksinya yang satu ini benar-benar menantang secara fisik dan mental. Dia melakukannya tanpa target memecah rekor. Lari maraton ini diselesaikannya dalam waktu 6 jam 48 menit.
Selain kelelahan, dia khawatir tetangga-tetangganya terganggu dengan bunyi langkah kakinya. Namun, apa pun tantangannya, yang pasti Nochomovitz berhasil menuntaskan misinya.
Seorang pekerja NHS mengenakan masker di Rumah Sakit Watford saat kampanye Clap for Carers di Watford Inggris, Kamis (16/4). Foto: REUTERS / Paul Childs
Alasan Nochomovitz sederhana. Ia ingin berbicara dengan lantang bahwa dalam situasi seperti ini pun, orang-orang bisa tetap fit. Ruang gerak memang terbatas, tetapi bukan berarti tak ada cara untuk mengakalinya.
Bagi Nochomovitz, menjaga kebugaran adalah salah satu tribute terbaik yang dapat diberikannya kepada para petugas medis, logistik, dan pelayanan publik yang masih harus bekerja di luar rumah.
Dengan tetap fit--setidaknya--Nochomovitz bisa mengurangi beban kerja mereka, 'kan? Bravo.

Berlari 2.010 Putaran di Dalam Apartemen demi Selesaikan Full Marathon

Tim Franklin bolak-balik dapur, teras, ruang tengah, bukan untuk menghabiskan stok camilan tiga hari dalam waktu tujuh jam, tetapi berlari maraton.
Yoghurt dan berry Foto: Shutterstock
Pada 27 Maret 2020, Franklin menghabiskan waktu 6 jam 46 menit 5 detik untuk menempuh jarak 42,2 km alias full marathon. Panjang area dalam apartemennya yang digunakan untuk berlari adalah [sekitar] 21 meter.
Dengan begitu, ia mesti menempuh 2.010 putaran untuk menuntaskan full marathon tadi. Setiap 10 putaran ia akan memberi tanda di kulkasnya. Barangkali itulah bedanya Franklin dengan kami yang sebentar-sebentar mencomot makanan dalam kulkas.
Franklin adalah pelari jarak jauh asal Brisbane, Australia. Apa boleh buat, lockdown demi memutus rantai penyebaran virus corona di Australia memaksanya untuk berpisah sejenak dengan lari yang dicintainya.
Namun, Franklin tak mau berjauhan dengan lari selama lockdown. Maraton di dalam apartemen pun tak masalah. Yang penting berlari, yang penting fisiknya bugar, yang penting mentalnya segar.
Franklin mengunggah aksinya tersebut dalam akun Instagram pribadinya. Tubian pujian untuk kegilaan yang inspiratif menjadi bagian Franklin.
“Dalam kondisi yang tak baik-baik saja seperti sekarang, kitalah yang paling bertanggung jawab untuk membuat diri kita baik-baik saja.” Jangan-jangan, pesan ini yang ingin disampaikan Franklin lewat aksi yang disebutnya dengan Master Bed Marathon itu.

Menggalang Dana lewat Maraton di Rumah Aja

James Campbell awalnya mengira berlari maraton di halaman rumahnya sebagai aksi konyol belaka.
Namun, siapa yang menyangka bahwa kekonyolannya tersebut mampu menjadi jalan baginya untuk berdonasi kepada Layanan Medis Nasional Inggris (NHS) dalam perang melawan pandemi COVID-19?
Petugas NHS bertepuk tangan di luar Rumah Sakit John Radcliffe saat kampanye Clap for Carers di Oxford, Inggris, Kamis (16/4). Foto: REUTERS / Eddie Keogh
Campbell yang merupakan mantan atlet lempar lembing asal Inggris tersebut mengawali aksi maratonnya karena bosan. Well, itu perasaan sejuta umat selama lockdown, bukan?
“Maraton Netflix sudah, sekarang saatnya untuk melakukan hal konyol. Kenapa tidak maraton betulan saja?!” Barangkali pertanyaan seperti itu yang melintas dalam kepala Campbell beberapa hari sebelum berlari maraton di pekarangan rumah yang panjangnya cuma sekitar 6 meter.
Lantas, berlarilah Campbell di pekarangannya tersebut selama lebih dari lima jam demi menempuh jarak 42,195 km tepat pada 2 April 2020. Tanggal itu spesial karena merupakan hari ulang tahun ke-32-nya.
Campbell yang kini tercatat sebagai penyerang klub Hellenic Football League, Brimscombe & Thrupp FC, tak sekadar berlari di halaman rumahnya yang terletak di Kota Cheltenham, Inggris. Lewat aksinya tersebut, Campbell mampu mengumpulkan 29.000 poundsterling atau setara 565,8 juta rupiah untuk didonasikan kepada NHS.
Campbell tidak menjadi satu-satunya orang yang menggalang dana lewat maraton di rumah. Berpindah ke New Hampshire, Amerika Serikat, aksi serupa dilakukan oleh seorang guru sekolah menengah bernama Matthew LeBlanc.
Di halaman rumahnya, ia harus berlari berkeliling sebanyak 623 putaran demi menempuh jarak 42,2 km. Aksi yang dilakukannya pada 28 Maret 2020 itu memampukan LeBlanc untuk berdonasi sebesar 2.240 dolar AS atau setara 34,9 juta rupiah kepada bank makanan di komunitasnya.
Lockdown bikin mati gaya? Ah, kata siapa?
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten