Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Asian Para Games 2018: Momen Kebangkitan Pengguna Kursi Roda
30 September 2018 13:48 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
Di Pawai Obor Asian Para Games 2018, Minggu (30/9/2018), puluhan pengguna kursi roda dari berbagai komunitas ikut mengiringi langkah para torch bearer (pembawa obor) dari titik start di Balai Kota hingga ke Bundaran Hotel Indonesia (HI).
ADVERTISEMENT
Salah satunya, Wati dari Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI). Saat berbincang dengan kumparanSPORT, wanita asal Purbalingga, Jawa Tengah, itu terlihat begitu semringah menceritakan pengalamannya mengikuti torch relay (pawai obor).
"Saya ikut dari Balai Kota, seru dan asyik. Mengawal banget di belakang obornya," ujar Wati sambil tersenyum.
Pada Asian Para Games ke-3 yang mendaulat Jakarta sebagai tuan rumah ini, Wati mengaku antusias untuk menonton pertandingan 18 cabang olahraga (cabor), terutama tenis sebagai cabor kesukaannya.
Tak hanya sebagai momentum pesta olahraga atlet disabilitas, wanita yang kini tinggal di Pondok Bambu, Jakarta Timur, itu berharap Asian Para Games bisa menjadi momentum meningkatkan aksesibilitas bagi pengguna kursi roda (wheelchair) sepertinya.
"Saat ini fasilitas masih sangat kurang. Saya, sih polio masih mudah, masih bisa berdiri. Yang kesulitan itu teman-teman paraplegia (lumpuh kaki)," kata Wati.
ADVERTISEMENT
"Yang sangat diperlukan itu Puskesmas, kesehatan itu paling krusial. Beberapa pelayanan di lantai 2. Bisa dibayangkan sulitnya, tidak ada lift -kecuali rumah sakit. Tapi untuk kontrol dan lainnya, kami tidak langsung rumah sakit, kalau parah baru (ke rumah sakit)," timpal Kasih, pendamping Wati.
Senada dengan Wati, ada Erwin, yang bersama PPDI juga ikut bergabung dalam rombongan pawai obor. Menurut Erwin, Asian Para Games juga menjadi momentum bagi penyandang disabilitas untuk lebih berani tampil di hadapan publik.
Sebagai penyandang paraplegia, Erwin mengatakan fasilitas bagi disabilitas di Ibu Kota masih belum merata. Meski Jakarta dianggap contoh nomor satu di Indonesia, beberapa tempat umum masih ada yang belum mudah akses.
Sementara menyoal transportasi, Erwin pribadi mengaku bepergian dengan kendaraan motor roda tiga miliknya. Namun, masih ada beberapa pengguna kursi roda yang hanya mengandalkan fasilitas dari pemerintah. Ia pun berharap kepedulian pemerintah juga merambah ke semua sektor, termasuk lapangan pekerjaan bagi difabel.
ADVERTISEMENT
"Kami juga butuh namanya transportasi yang betul-betul ramah disabilitas. Contohnya, yang tidak ada motor roda tiga karena masalah biaya, kendaraan yang bisa dipakai itu hanya Transjakarta Cares," ucap Erwin kepada kumparanSPORT.
"Mobil Kementerian Sosial sudah bagus yang hidrolik, kemarin momen pulang kampung juga di mobilnya ada toilet disabilitas. Memang transportasi sudah tahap bagus, tapi ada beberapa teman-teman kita di Jakarta yang juga butuh kuota pekerjaan. Pemerintah harus lebih giat lagi kepeduliannya," pungkas Erwin.
Live Update