Bagaimana Seorang Pelari Tunanetra Berlomba di Arena?

1 Oktober 2018 18:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Atlet Asian Para Games 2018, Abdul Halim Dalimunthe. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet Asian Para Games 2018, Abdul Halim Dalimunthe. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Bagaimana bisa seorang Abdul Halim Dalimunthe berlari di arena dan mempersembahkan gelar juara bagi Indonesia? Itu mungkin pertanyaan yang jamak ditanyakan khalayak mengingat kondisi Halim yang tunanetra.
ADVERTISEMENT
Pada awal September lalu, kumparan melihat langsung bagaimana pelari 34 tahun ini berlatih. Tepatnya di Stadion Sriwedari Solo, Jawa Tengah, Halim menempa dirinya.
Turun dari bus Pelatnas Halim mulai memasuki area stadion. Dia memegang bahu seorang rekannya dan berdiri di belakangnya. Halim mengikuti ke mana langkah kaki temannya itu, hingga pada akhirnya tiba di titik kumpul, titik di mana para atlet para-atletik memusatkan latihan.
Abdul Halim (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Abdul Halim (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Sesampai di sana, peregangan badan mulai dilakukan. Halim tak lagi memegang bahu temannya. Dia bergerak-gerak sendirian seirama dengan arahan pelatih.
Selepas itu, sesi sprint pun dimulai. Halim lalu bersiap.
Namun, kala itu dia tidak sendiri. Seorang pria berkaus hitam berdiri di sisinya. Sebuah tali di tangan diberikan kepada Halim. Tali itu digenggam oleh keduanya dan mereka pun melesat.
ADVERTISEMENT
Mereka berlari dengan langkah dan kecepatan yang sama. Tak terlihat ada kendala saat keduanya melintas. Rupanya, itulah yang membuat Halim selama ini lancar dalam berlari.
Seseorang yang berada di sisinya adalah salah satu elemen penting dalam perjalanan kariernya sebagai pelari cepat jarak pendek alias sprinter. Umumnya, orang yang berlari di sisi Halim itu disebut sebagai guide runner, atau pemandu lari. Dia adalah sosok yang memberi arahan selama Halim melaju cepat.
Kepada kumparan, Halim menceritakan bagaimana arahan-arahan seorang guide runner itu diberikan.
“Jadi dia cuma ngarahin. Cuma ngomong misalkan jarak sisa 20 atau 30 meter lagi. 20 sampai finish itu. Cuma ngitung jarak aja dari start sampai finish. Misalkan sisa 50 meter 40 atau 30 masuk finis,” cerita Halim, Selasa (11/9).
Pelari 100 dan 200 meter putra T11 cabor atletik Asian Para Games 2018, Abdul Halim, bersama pendampingnya, Ahmad Azlan. (Foto: Karina Nur Shabrina)
zoom-in-whitePerbesar
Pelari 100 dan 200 meter putra T11 cabor atletik Asian Para Games 2018, Abdul Halim, bersama pendampingnya, Ahmad Azlan. (Foto: Karina Nur Shabrina)
Halim melanjutkan guide runner yang menemaninya itu bernama Ahmad Azlan. Sejak 2013 dia telah memandu Halim berlari.
ADVERTISEMENT
Oleh sebab telah bersama dalam waktu yang lama, keduanya terlihat kompak dalam melangkah. Bagi Halim, guide runner adalah sosok yang berjasa dalam perjalanan kariernya. Banyak hal yang telah dilakukan seorang guide runner bagi kelancaran langkah Halim.
“Dia menata start box sama tangan kita di belakang garis. Nyesuain,” kata Halim.
Cerita dari Brazil
Halim tak akan pernah melupakan kenangan 2 tahun silam di Rio de Janeiro, Brazil. Bersama guide runnernya, kala itu Immanuel, dia melintas di arena lari 100 meter Paralimpiade.
Dengan penutup mata berwarna hitam, Halim menggenggam tali bersama Immanuel dan melesat di antara para pelari dari mancanegara. Ada Jepang, China, dan lain-lain.
Meski pada akhirnya tak berhasil meraih medali, momen itu tetap menjadi kebanggaan Halim. Untuk bisa berlaga di ajang Paralimpiade dia harus melalui sederet perjuangan berat. Maka dari itu, apa pun hasilnya tetap dia syukuri.
Abdul Halim (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Abdul Halim (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Pun turun di ajang paling akbar sedunia nyatanya membuat Halim dilanda grogi. Hatinya tak karuan kala jumpa Paralimpiade pertamanya. Merasa grogi terus menerus adalah hal yang tak baik, Halim pun berusaha untuk mengatasinya.
ADVERTISEMENT
“Ngatasinnya ya di tempat pemanggilan mau start itu gerak-gerak. Jadi jangan sampai diam mikirin apa gimana enggak usah, rileks. Jadi jangan terlalu fokus atau apa, jadi ngatasinnya itu aja sih. Tapi kalau sudah di garis start juga, deg-degan juga ada, ” tutur Halim.
Selesai dari perjalanan di Brazil, Halim kembali ke Indonesia. Terkini, dia tengah mempersiapkan diri menghadapi Asian Para Games 2018, Jakarta.
Halim memasang target 1 medali perak dari nomor spesialisnya. Target itu menurutnya cukup realistis mengingat ketatnya persaingan lari di nomor yang dia ikuti.
Halim memohon dukungan dari segenap masyarakat Indonesia supaya target di Asian Para Games bisa tercapai.
“Dukung ya mohon doanya,dukungannya untuk kami bertanding di Asian Para games 2018, Jakarta,” pinta Halim.
ADVERTISEMENT
kumparan akan menyajikan story soal atlet-atlet penyandang disabilitas kebanggaan Indonesia dan hal-hal terkait Asian Para Games 2018 selama 10 hari penuh, dari Kamis (27/9) hingga Sabtu (6/10). Saksikan selengkapnya konten spesial dalam topik ‘Para Penembus Batas’.