Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Jangan terkekang, usia cuma cangkang. Barbora Strycova membuktikan, memeram dan menjaga mimpi selama 31 tahun bukan tindakan naif.
ADVERTISEMENT
Perempat final tunggal putri Wimbledon 2019 mempertemukan Strycova dengan wakil tuan rumah, Johanna Konta, di Centre Court. Lapangan ini bukan petak rumput sembarangan.
Sebagai lapangan utama All England Lawn Tennis and Croquet Club, Centre Court berfungsi sebagai arena laga-laga vital dan pertarungan para petenis papan atas. Setiap pertandingan di lapangan ini diperlakukan layaknya film-film nominasi Oscar.
Konta memiliki segalanya untuk menang. Status sebagai wakil tuan rumah cuma satu hal. Ia datang sebagai unggulan ke-19. Bukan unggulan mentereng memang, tapi jauh lebih baik ketimbang Strycova yang tidak memanggul status unggulan.
Itu belum ditambah dengan performa prima Konta pada 2019. Sebelum berlaga di Wimbledon, Konta sampai ke semifinal Prancis Terbuka. Petenis Inggris ini juga berhasil kembali menjejak ke 20 besar dunia pada musim ini.
ADVERTISEMENT
Tadinya laga seperti berpihak pada Konta. Ia sempat memimpin 4-1 di set pertama. Namun, Strycova bangkit. Ia tak cuma menyamakan kedudukan menjadi 4-4, tapi juga menutup set dengan kemenangan 7-6 (7-5).
Entah magi macam apa yang tiba-tiba bekerja di atas Centre Court. Tampil impresif di set pertama--meski kalah tipis--performa Konta menurun drastis di set kedua. Ia mencatatkan sembilan winner dan dua ace. Masalahnya, petenis berusia 28 tahun ini membuat 12 unforced error.
Sementara, penampilan Strycova di set kedua tidak terlampau menggebu-gebu. Namun, petenis asal Republik Ceko ini tetap menemukan cara untuk menang. Ia membukukan 11 winner dan satu ace, serta cuma membuat tiga unforced error. Singkatnya, Strycova was having a blast.
ADVERTISEMENT
Strycova bermain seperti petenis yang sudah akrab betul dengan trofi-trofi Grand Slam. Seolah-olah yang berusaha dimenanginya di laga tersebut bukan tiket semifinal Wimbledon pertamanya. Tapi, dalam hati siapa yang tahu?
"Sejujurnya, saya seperti sanggup mendengar apa pun begitu menginjak lapangan ini. Apa pun, termasuk peniti yang jatuh ke lantai. Saya gugup minta ampun. Gila! Saya ada di sini, bertanding di perempat final melawan petenis Inggris. Saya deg-deg'an betul rasanya," cerita Strycova.
"Nah, ketika tertinggal 1-4 rasanya saya tidak bermain dengan buruk. Saya cuma bermain dengan cara yang tidak saya inginkan. Namun, setelahnya saya berusaha untuk memenangi servis yang mana merupakan perkara penting buat saya. Dan benar saja. Saya bisa memulai semuanya dengan lebih baik dan menemukan cara untuk mengalahkannya," jelas Strycova.
ADVERTISEMENT
Masa silam yang tak mungkin diulang, muncul satu demi satu ketika kepastian untuk berlaga di semifinal Wimbledon itu digenggam. Strycova ingat betul sang kakek pernah mengajaknya berkeliling Museum Wimbledon ketika berusia dua tahun. Itu menjadi pertemuan pertamanya dengan piringan agung incaran entah berapa banyak petenis wanita.
"Saya melihat trofi itu dengan mata kepala sendiri. Seketika saya langsung berjanji kepada diri sendiri: Saya akan bertanding di sini," kenang Strycova.
"Sekarang usia saya sudah 33 tahun. Perjalanan ini menjadi kisah yang memesona, kisah yang hebat," ujarnya.
Ini bukan Wimbledon pertama Strycova. Sejak 2001, ia sudah berlaga di tunggal putri kelas senior. Hanya, langkah terpanjang ditempuhnya pada 2014, tepatnya hingga perempat final. Bahkan, Strycova yang berstatus non-unggulan sanggup mengalahkan juara Prancis Terbuka 2011, Li Na.
ADVERTISEMENT
Itu cerita masa lalu. Strycova sampai selangkah lebih jauh lima tahun berselang. Ini adalah semifinal Wimbledon pertamanya di kelas senior tunggal putri. Ini langkah terdekatnya untuk menyentuh trofi Venus Rosewater Dish yang masyhur itu.
Siapa pun paham ilusi juga bermain-main di atas lapangan tenis. Jarak yang tadinya terlihat satu dua jengkal itu bisa berubah menjadi kisah tak sampai akibat dihantam kekalahan.
Situasi seharusnya tambah mencekam karena yang menjadi lawannya di semifinal adalah Serena Williams: Petenis yang sudah 23 kali mengangkat trofi Grand Slam, petenis yang sudah tujuh kali merayakan gelar juara di atas lapangan rumput legendaris itu.
Tapi, catatan masa lalu juga tak jarang menjadi ilusi. Bahkan Naomi Osaka datang ke Wimbledon edisi 133 ini dengan trofi Australia Terbuka, Prancis Terbuka, dan status peringkat kedua saja takluk di hadapan petenis debutan 19 tahun, Cori 'Coco' Gauff.
ADVERTISEMENT
"Saya tidak takut sama sekali. Saya hanya akan turun arena pada Kamis nanti dan berusaha untuk bertanding. Tentu saja saya tidak memiliki power seperti Serena. Tapi, saya juga memiliki senjata lain yang bisa saya gunakan sebaik mungkin."
"Saya bersikap nothing to lose saja, bertanding, dan memperjuangkan poin sebanyak mungkin yang saya bisa," ujar Strycova.
***
Semifinal tunggal putri Wimbledon 2019 antara Serena Williams dan Barbora Strycova digelar pada Kamis (11/7/2019) di All England Lawn Tennis and Croquet Club.