Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Beragam Pujian Plus Satu Kritikan untuk Stadion Akuatik GBK
4 Desember 2017 19:47 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
ADVERTISEMENT
Pada Sabtu (2/12/2017) lalu, Presiden Joko Widodo meresmikan Stadion Akuatik di Kompleks Gelora Bung Karno (GBK). Setelah peresmian, Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI), Anindya Bakrie, mengatakan bahwa Presiden terkesan dengan hasil renovasi stadion tersebut.
ADVERTISEMENT
Pujian yang dilontarkan Presiden Jokowi bukan hanya sekedar ucapan semata. Menurut pantauan kumparan (kumparan.com), Stadion Akuatik yang berada di kompleks GBK benar-benar megah. Dengan empat kolam renang dan 8 ribu kursi penonton, Stadion Akuatik pun menjadi venue akuatik terbesar dan termegah di Asia Tenggara.
Bahkan, sebelum jumpa pers jelang test event, Senin (4/12) dimulai, salah satu pengurus PB PRSI memberitahu bahwa kolam renang utama yang memiliki panjang 50 meter dapat dikecilkan menjadi 25 meter dan dapat dijadikan venue untuk cabang olahraga renang indah.
Pujian-pujian akan kemegahan Stadium Aquatic tidak berhenti sampai di situ. Presiden Direktur CIMB Niaga--yang merupakan salah satu sponsor Asian Games--, Tigor M. Siahaan, merasa merinding saat pertama kali menapak kaki di Stadion Akuatik. Bahkan, ia mengatakan bahwa venue ini memang berkelas Internasional.
ADVERTISEMENT
"Saya pertama kali melihat ini dan ini benar-benar wajahnya Indonesia yang akan dilihat seluruh peserta negara Asian Games. Saya agak merinding pas datang. Benar-benar berkelas Internasional," tutur Tigor dalam jumpa pers tersebut.
Selain itu, Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PB PRSI, Wisnu Wardana, menilai bahwa Stadion Akuatik akan menjadi primadona di Kompleks GBK. Ia pun menambahkan, sulit untuk mencari kekurangan dari salah satu venue Asian Games ini.
Berbeda dengan yang lain, Gatot Tetuko, Direktur Pembangunan dan Pengembangan Usaha Pusat Pengelolaan Kompleks GBK mengingatkan bahwa nantinya, tugas terberat yang bakal dilakukan ke depannya adalah menjaga agar kemewahan itu tetap terawat.
"Sekarang kita buktikan. Kita pelihara 10 tahun, (dan apabila) masih terawat, kita benar benar hebat," ajak Gatot.
ADVERTISEMENT
Untuk merawat Stadion Akuatik, tutur Gatot, diperlukan dana sampi Rp 10 miliar per tahun. Dalam hal ini, pemerintah memberikan tugas sepenuhnya kepada pihak pengelola GBK. Untuk itu, Gatot menuturkan jika GBK akan terbuka dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan pihak swasta.
"Biaya perawatan dan pengoperasian biar air tetap bersih, di atas Rp 10 miliar setahun. Kalau saya tidak mendapat uang segitu, airnya (bakal) menguning dan lumutan," ujar Gatot
"Banyak keterilbatan korporat berupa sponsorship CSR (corporate social responsibility) atau partisipasi dari publik. Saya terima dengan tangan terbuka untuk kita jaga (stadion) ini dengan bagus," lanjutnya.
Pada Februari mendatang, Stadion Akuatik akan dibuka untuk umum. Kendati demikian, ada dua harga yang dipatok oleh GBK.
ADVERTISEMENT
"Untuk atlet pelatnas itu gratis. Untuk klub, ada dua harga: harga komersial dan harga untuk atlet," ujar Gatot. "Harga yang menentukan pemerintah dan rata-rata, harga di GBK lebih rendah dari tempat-tempat lain yang selevel."
Walau begitu, Gatot pun kemudian menutup dengan sebuah kritikan untuk venue satu ini. Menurutnya, satu hal yang jadi kekurangan utama di Stadion Akuatik adalah minimnya railing (pagar). Padahal, railing adalah salah satu unsur terpenting untuk menjaga keselamatan penonton.