Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Berkat Abadi Bersemangat Jadi Kuda Hitam di Djarum Superliga
14 Februari 2019 19:37 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:04 WIB
ADVERTISEMENT
PB Berkat Abadi bukanlah klub bulu tangkis setenar PB Djarum asal Kudus, klub Ibu Kota, Jaya Raya Jakarta, maupun klub Kota Kembang, Mutiara Cardinal. Berkat Abadi masihlah berstatus anak bawang.
ADVERTISEMENT
Jika dibandingkan dengan PB Djarum yang sudah berdiri puluhan tahun, Berkat Abadi yang baru lahir pada tahun 2000 memang seperti anak kemarin sore. Namun, tim Banjarmasin ini punya cita-cita besar ingin segera bersanding dengan kakak-kakaknya dari Kudus, Jakarta, hingga Bandung soal menyumbang atlet ke pemusatan latihan nasional (pelatnas) Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI).
Kini, salah satu agenda terdekat Berkat Abadi adalah tampil di Djarum Superliga Badminton 2019, Bandung, 18-24 Februari. Berlangsung di Gedung Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Berkat Abadi tak mau hanya jadi pelengkap daftar peserta.
Berkat Abadi tak mau sekadar tampil memeriahkan acara, tetapi mereka ingin membuktikan diri sebagai klub anyar yang patut dinantikan sebagai 'pabrik' atlet-atlet andal untuk Indonesia. Bagaimana caranya?
ADVERTISEMENT
Menurut Manajer Berkat Abadi, Fran Kurniawan, Djarum Superliga Badminton 2019 bisa menjadi ajang untuk menyerap ilmu sebanyak-banyaknya dari pemain asing maupun pemain andal dari Indonesia lainnya. Tahun ini, Djarum Superliga kedatangan Sai Praneeth (India), Vladimir Ivanov (Rusia), Lee Yong-dae (Korea Selatan), hingga Brice Leverdez (Prancis) dan Zhang Beiwen (Amerika Serikat). Dua nama terakhir adalah andalan Berkat Abadi tahun ini.
"Kami tujuannya (ikut Djarum Superliga) untuk memeriahkan. Tapi bukan berarti kami hanya ikut-ikutan, kami ingin kasih kejutan. Ini juga jadi kesempatan untuk adik-adik, sangat berharga sebagai tolok ukur karena banyak pemain asing ikut," kata Fran kepada kumparanSPORT saat memantau latihan tim di The Springs Club, Serpong, Rabu (13/2/2019).
"Mereka bisa ukur kira-kira sampai mana, nih, permainan mereka? Bisa tidak, nih, mereka ikut turnamen luar negeri. Sekarang 'kan makin ketat, tidak semua atlet bisa tanding di turnamen luar negeri," imbuh mantan pemain nasional ini.
ADVERTISEMENT
Di Djarum Superliga, Fran ingin membawa tim yang terdiri 11 pemain putra dan sembilan pemain putrinya lolos ke semifinal. Meski tidak dijagokan, Fran berharap Berkat Abadi bisa menjadi kuda hitam di turnamen. Apalagi, tim putra punya bekal sebagai semifinalis dan tim putri sebagai finalis di edisi 2017, jejak pertama mereka di Djarum Superliga.
Tim Putra sendiri kali ini tergabung di Grup A bersama Sports Affairs (Malaysia), Daihatsu Astec, dan Musica. Tim Putri Berkat Abadi berada di Grup X bersama Jaya Raya Jakarta, Samurai Japan Reptiles (Jepang), dan Tiket.com Champion Klaten.
"Kami berusaha. Juara bertahan putra 'kan Musica, kebetulan kami satu grup (di 2019), jadi kami coba menampilkan yang terbaik. Mungkin di antara empat klub ini, kami jadi kuda hitamnya. Kami yang tidak dijagokan, tapi capai hasil maksimal. Itulah kejutannya," kata Fran.
ADVERTISEMENT
"Pasti bukan sekadar mau mengalahkan jagoan, tapi kami ingin lolos ke semifinal. Tidak ada target dari pendiri klub, tapi kami mau kasih yang terbaik untuk klub. Ini ajang membalas budi untuk klub juga karena selama ini atlet dibiayai klub.”
Fran sendiri baru menjabat sebagai manajer klub pada 2018. Namun, dimulai dari Djarum Superliga 2019, dirinya siap membangun fondasi untuk memuluskan target jangka panjang Berkat Abadi. Meski tahun ini Berkat Abadi tak lagi diperkuat Hendra Setiawan dan Greysia Polii seperti pada 2017, Fran yakin dengan semangat dan daya juang timnya saat ini.
"Ini ajang tolak ukur untuk ke pentas internasional. Justru yang membuat saya lebih percaya diri dari segi anak-anaknya. Ini pertandingan beregu, kita tidak tahu kondisi pemain lawan rangking di atas atau di bawah, yang dimainkan siapa, kita belum tahu hingga 2-3 jam sebelum tanding," ucap Fran.
ADVERTISEMENT
"Saat tanding beregu, kondisi di lapangan pun berbeda dengan kondisi pertandingan perorangan biasa. Itu juga alasan kami adakan simulasi, biar atlet terbiasa. Jadi di atas lapangan, kami masih punya peluang 50:50, meski di atas kertas mungkin 40:60. Di turnamen terakhir, Kejuaraan Nasional 2018 (Desember), memang kami kalah, tapi dengan kapasitas pemain kami, kami bisa beri perlawanan apalagi saat lawan Mutiara sebagai finalis. Lima partai semuanya rubber game. Perjuangan itu yang akan kami coba lagi di Superliga.”
Untuk mengelola Berkat Abadi, Fran pun terus bertukar pandangan dengan para pelatih, manajer, dan rekan-rekan lainnya di dunia bulu tangkis. Ditambah dukungan dana dari pendiri klub, Fran berharap bisa membawa Berkat Abadi masuk dalam deretan klub top Tanah Air.
ADVERTISEMENT
"Dana saat ini cukup besar untuk buat satu tim. Dan jangka panjang tak hanya untuk Superliga, kami ingin eksis di perbulutangkisan tahunan. Tapi untuk itu butuh dana lebih banyak. Kami ingin menyumbang atlet ke pelatnas, untuk ke negara, tidak hanya sekadar ada klub yang hanya berpartisipasi ke Sirkuit Nasional. Kami sebanyak mungkin ingin kasih sumbangsih ke negara," harapnya.
"Saya juga baru, banyak belajar dari senior-senior di Jaya Raya dan Djarum. Banyak komunikasi meski berbeda klub. Jadi di lapangan bersaing, di luar banyak dapat masukan. Di Djarum Superliga, Berkat Abadi ingin perkuat mental dan suasana. Saya lihat nilai juang atlet kami baik, walaupun bertemu pemain di atas, mereka mau berjuang," ujar Fran mengakhiri.
ADVERTISEMENT
Selain Fran, semangat juga tercermin dari pemain Berkat Abadi. kumparanSPORT kemudian menemui pemain termuda di tim, Muhammad Amin Faisal. Tunggal putra kelahiran Palangkaraya, 12 Desember 2002, ini berharap bisa menambah pengalamannya dari liga.
"Saya gabung Berkat Abadi sejak 2016 akhir. Di Superliga, saya ingin banyak belajar dari senior, ambil pengalaman mereka. Nanti ada Leverdez (bela Berkat Abadi), saya ingin lihat penampilan dan latihan dia," kata Faisal.
"Cita-cita saya sendiri ingin masuk pelatnas. Target tahun ini lewat Kejuaraan Nasional. Pemain idola saya Lin Dan, sama-sama kidal, tipe penyerang, dia tahu kapan tempo menyerang dan melambat. Dari Indonesia ada Taufik Hidayat. Generasi sekarang suka Anthony Sinisuka Ginting," ujarnya.
Ada juga Isra Faradilla, tunggal putri kelahiran Jayapura, 17 November 1998, yang bersemangat tampil di Djarum Superliga 2019 untuk menambah ilmunya. Isra sendiri adalah mantan atlet pelatnas pada 2016-2017.
ADVERTISEMENT
"Saya ingin mencoba standar dengan pemain asing, saya bisa bersaing tidak. Nanti bertemu Zhang Beiwen, saya mau lihat cara latihan dia, yang baik saya tiru supaya bisa masuk top dunia," ucap Isra.
"Kalau kesempatan ke pelatnas lagi, saya ingin ke Olimpiade. Idola saya Tai Tzu Ying sama Carolina Marin. Marin karena dia sesama kidal, kalau Tai Tzu Ying pintar, strategi dan penempatan bola menyusahkan lawan."
"Kalau kidalnya saya ingin dijadikan sebagai senjata. Banyak yang belum terbiasa dengan pemain kidal. Jadi ada keuntungan sendiri bagi saya. Power, sih, sama saja."
Terakhir, apakah Isra percaya bisa memenuhi target ke semifinal bersama teman-temannya di tim putri? "Yakin," ujarnya mantap.