Berpendarnya Peter Odemwingie, Temaramnya Carlton Cole

18 Mei 2017 19:38 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Aksi pemain Madura United, Peter Odemwingie (Foto: ANTARA FOTO/Saiful Bahri)
zoom-in-whitePerbesar
Aksi pemain Madura United, Peter Odemwingie (Foto: ANTARA FOTO/Saiful Bahri)
Berbicara mengenai Gojek Traveloka Liga 1 tak lengkap rasanya jika tak menyinggung beberapa marquee player dan bintang asingnya. Tak dapat dipungkiri bahwa kehadiran mantan pemain top Eropa semakin menambah warna persepakbolaan Tanah Air.
ADVERTISEMENT
Kebijakan marquee player sejatinya muncul secara tiba-tiba. Tak ada wacana sebelumnya. Akan tetapi, kehadiran Michael Essien di Persib Bandung kemudian memancing klub-klub lain untuk mengikuti jejak mendatangkan pemain-pemain top lain yang pernah bermain di Eropa.
Persyaratan terkait marquee player kemudian dirilis oleh PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator kompetisi. Sang marquee player diwajibkan termasuk dalam skuad tim nasional di salah satu dari tiga putaran final terakhir Piala Dunia, yakni 2006, 2010, dan 2014, atau pernah bermain di liga top Eropa dalam kurun waktu delapan tahun terakhir (2009-2017).
Jadilah, hanya beberapa pekan menjelang musim bergulir, satu demi satu marquee player merapat. Hingga enam pekan berjalan, perlahan tetapi pasti kualitas dari marquee player tersebut semakin terlihat.
ADVERTISEMENT
Launching logo Gojek Traveloka Liga 1. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Launching logo Gojek Traveloka Liga 1. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Dari puluhan nama, satu sosok yang paling mencuri perhatian tentu saja Peter Odemwingie. Penampilan ciamiknya bersama Madura United menempatkannya sebagai marquee player tersukses sejauh ini.
Torehan empat gol dan satu assist menjadi bukti sahih akan kualitas mantan pemain West Bromwich Albion ini. Catatan itu menempatkannya sebagai pencetak gol terbanyak sementara bersama Boaz Solossa dan Hilton Moreira.
Rangkaian golnya dimulai ketika ia memulai debutnya saat menghadapi Bali United. Turun sebagai pemain pengganti pada babak kedua, Odemwingie langsung mencatatkan namanya di papan skor lewat sepakan 12 pas.
Sempat gagal mengoyak jala Persela Lamongan, striker 35 tahun ini kembali menunjukkan ketajamannya saat merobek gawang Mitra Kukar. Hebatnya, gol itu dicetak saat laga baru berjalan 1,15 menit. Gol itu kemudian tercatat sebagai gol tercepat kedua setelah lesatan striker PSM Makassar Reinaldo Elias yang tercipta pada detik ke-50.
ADVERTISEMENT
Peter Odemwingie menjadi pemain Madura United (Foto: ANTARA FOTO/Rian)
zoom-in-whitePerbesar
Peter Odemwingie menjadi pemain Madura United (Foto: ANTARA FOTO/Rian)
Dua gol dari tiga laga semakin membuat Odemwingie percaya diri dalam mengarungi Liga 1. Partai menghadapi Persija Jakarta pada pekan keempat menjadi bukti lainnya akan kontribusi positif sang pemain. Satu golnya membawa Madura United pulang dengan tiga angka dari kandang “Macan Kemayoran”. Sementara, satu gol lainnya dilesakkan ke gawang Perseru Serui.
Setelah dipuaskan dengan gemilangnya Odemwingie, kini mari kita bahas soal Carlton Cole. Bak bumi dengan langit. Begitu kira-kira jika membandingkan performa Cole dengan Odemwingie.
Jangan berbicara masalah gol, mendapat menit bermain yang cukup aja Cole kesulitan. Total, Odemwingie telah mencatatkan 766 menit bermain, sementara Cole baru 105 menit.
Cole memang menjadi ironi bagi pemain asing. Ketika kualitasnya diharapkan dapat mendongkrak prestasi tim, ia jutsru terlihat menjadi beban bagi pelatih dan manajemen. Juru latih Persib Djadjang Nurdjaman bahkan sampai memberikan menu latihan khusus kepada Cole.
ADVERTISEMENT
Menungkik Tajam
Apa yang ditunjukkan Cole hingga pekan keenam ini memang patut membuat pecinta sepak bola nasional geleng-geleng kepala. Bagaimana tidak, selama 104 menit, pemain 35 tahun ini tak mampu melepaskan satu pun tembakan. Ya, satu pun. Jadi, tak usah bicara jauh-jauh soal mencetak gol.
Apa yang terpampang pada penampilan Cole saat ini sejatinya bisa cukup “dimaklumi”. Pasalnya, pemain berposisi striker murni ini tak jua tampil impresif kala berlaga di Premier League.
Ketika membela West Ham, Cole hanya mampu melesakkan 47 gol dari 207 penampilan. Secara kasat mata, mungkin catatan gol itu cukup baik, tetapi itu diraihnya dalam masa tujuh tahun membela klub asal London tersebut (2006-2013). Jika dihitung secara rata-rata, ia hanya mencetak 6,7 gol per musimnya. Tidak banyak.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, grafik penampilan Cole semakin lama semakin menungkik tajam. Semusim bersama Celtic, Cole hanya bermain empat kali tanpa berhasil mencetak gol. Sebelum menuju Persib, pemain yang mencatatkan tujuh caps bersama Tim Nasional (Timnas) Inggris ini hanya bermain di United Soccer League (Divisi II Liga Gabungan Amrika dan Canada) membela Sacramento Republic. Lagi-lagi tanpa gol dari tiga penampilan.
Pemain baru Persib, Cole di Graha Persib (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pemain baru Persib, Cole di Graha Persib (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Lalu, bagaimana dengan Odemwingie?
Rekam jejak pemain kelahiran Taskhent, Uzbekistan, ini terlihat lebih menjanjikan ketimbang Cole. Masa keemasannya dirasakan Odemwingie ketika berkiprah di Premier League bersama West Bromwich Albion. Dalam tiga musim (2010-2013), ia tercatat melesakkan 30 gol dari 87 penampilan.
Torehan itu cukup mengesankan mengingat posisi Odemwingie bukanlah penyerang murni. Pemain dengan 65 caps dan 11 gol bersama Timnas Nigeria ini lebih bertipe sebagai second striker atau winger.
ADVERTISEMENT
Dan, salah satu faktor yang dipercaya mengapa Odemwingie bisa sukses --setidaknya dalam enam pekan-- menyelami Liga 1 adalah gaya permainannya yang cocok dengan sepak bola nasional. Kebiasaannya berlari dan membuka ruang membuat peluang Odemwingie mencetak gol lebih terbuka. Pasalnya, mayoritas tim di Indonesia mengandalkan kecepatan para pemain ketimbang bola-bola atas.
Hal itu berbeda dengan Cole. Dengan postur tubuhnya yang tinggi besar, Cole tampak kesulitan beradaptasi dengan permainan cepat ala tim-tim Indonesia. Cole bukanlah tipe pemain yang banyak berlari, melainkan lebih kepada eksekutor yang menunggu pasokan bola-bola matang dari rekan setimnya.
Itu baru masalah taktikal, belum lagi berbicara persoalan iklim. Belum lagi menyoal tak idealnya kondisi mayoritas lapangan di stadion-stadion Tanah Air. Belum lagi keluhan tentang kinerja wasit yang kerap tak memproteksi pemain di atas lapangan hijau dari berbagai macam benturan. Adaptasi pun menjadi tantangan besar yang harus dihadapi Cole.
ADVERTISEMENT
Bak langit dan bumi. Sinar terang yang diperlihatkan Odemwingie berbanding terbalik dengan meredupnya pesona Cole.