Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
"Saya suka berduel dengan Petrucci, dia tidak berlebihan," kata Andrea Dovizioso.
ADVERTISEMENT
Ya, Dovizioso tak segan melontarkan pujian dan mengakui kapasitas Danilo Petrucci , rekan setimnya di Mission Winnow Ducati.
Pada GP Prancis 2019, Minggu (19/5/2019) di Sirkuit Le Mans, Petrucci finis ketiga di belakang Dovizioso dan sang pemenang, Marc Marquez (Repsol Honda).
Abaikan Marquez, karena rider asal Spanyol ini memang tak terkalahkan di garis finis dan bisa lebih cepat 1,984 detik dari Dovizioso di tempat kedua.
Justru persaingan runner-up yang menarik, antara Dovizioso dan Petrucci. Di garis finis, selisih duo Italia ini hanya 0,158 detik.
Well, Petrux --sapaan Petrucci-- memilih tidak menyalip untuk membahayakan Dovi dan Desmosedici nomor 4-nya.
"Ketika saya melawan Dovi, saya teringat apa yang akan terjadi jika kami melakukan seperti yang (Ducati) lakukan di Argentina pada 2016," ucap Petrux kepada GPOne merujuk insiden duo Ducati saat itu, Dovizioso dan Andrea Iannone.
ADVERTISEMENT
"Saya melihat wajah Gigi Dall'Igna (bos Ducati, red) dan saya tidak siap untuk berduel. Saya takut merusak segalanya dan membuat saya dan Dovi terjatuh," kata Petrux soal balapan di Prancis.
"Dia (Dovizioso) jelas lebih baik dalam akselerasi, dan ketika saya menekan, saya tetap tidak bisa mendekatinya, saya (sudah) coba," imbuhnya.
Soal beban sebagai rekan setim Dovizioso, Petrucci mengaku bukan itu yang menjadi kendalanya. "Kita bicara MotoGP, persaingannya sangat ketat, satu-satunya yang bisa membuat perbedaan adalah Marquez," tegas Petrucci.
Bisa dibilang yang kendala Petrucci adalah tanggung jawabnya sebagai pebalap tim pabrikan Ducati. Ya, sejak tahun lalu saat masih bergabung di Octo Pramac, rider bernomor 9 ini memang selalu mengidam-idamkan masuk tim pabrikan dan menggeber motor utama Ducati.
ADVERTISEMENT
Namun, mimpinya yang jadi nyata mulai musim ini tak seindah yang dibayangkan. Petrux mengaku terbebani oleh dirinya sendiri.
"Setelah Austin (GP Amerika Serikat), saya bicara dengan Dovi, juga merenung, dan saya sadar saya telah membuat tekanan kepada diri sendiri," kata Petrucci.
"Tahun lalu, saya bahkan mau memotong jari kelingking saya demi masuk tim ini (tim utama Ducati). Sekarang, semua berubah."
"Tapi jika tahun depan saya tidak bersama Ducati lagi, saya ingin mengingat telah memberikan segala yang saya bisa untuk bertahan. Jika itu tidak cukup, saya tak memaksa (bertahan) dan merugikan orang lain," ujarnya.
Meski begitu, hasil finis 2-3 di GP Prancis 2019 sudah cukup melegakan bagi Petrux. Mission Winnow Ducati masih memimpin klasemen sementara tim dengan koleksi 144 poin.
ADVERTISEMENT
Berikutnya, Danilo Petrucci dan rider andal lain melancong ke Sirkuit Mugello untuk seri keenam. Bagi Petrucci dan Dovi, saatnya pulang ke kampung halaman.
"Hasil ini (GP Prancis) bagus untuk tim, saya paham tujuannya (untuk menang), tapi saya harap Dall'Igna memahami batas kemampuan motor," kata Petrucci.
"Dovi juga membantu saya. Kadang saya merasa bukan stimulus bagi Dovi. Tapi kami berlatih bersama, dan saya selalu bersama keluarganya."
"Melihat Dovi membawa motocross saya ke dalam van miliknya bukan pemandangan yang dilihat setiap rider. Di rumah (Italia), kami hanyalah dua orang sahabat," tutup Petrucci.