Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Tahun 2019 menjadi periode impresif bagi Kanada. Gelar juara NBA yang direngkuh Toronto Raptors menjadi penanda pertama.
ADVERTISEMENT
Gelar juara ini bertambah spesial karena menjadi gelar juara NBA pertama yang disegel Raptors sepanjang sejarah. Itu baru hitung-hitungan rekam jejak, belum lagi mengingat sesengit apa perlawanan Raptors.
Gelar juara itu baru bisa diamankan di pengujung gim keenam final NBA. Raptors menjadi juara usai memenangi seri di partai final dengan skor 4-2 atas Golden State Warriors.
Kanada kembali bersorak-sorai pada Minggu (8/9/2019). Petenis putri mereka, Bianca Andreescu, menjadi juara Amerika Serikat (AS) Terbuka 2019.
Jadi juara di AS dengan mengalahkan wakil AS sekaligus legenda hidup tenis, Serena Williams. Bagaimana seantero negeri tidak heboh?
Terlebih, Andreescu menjadi petenis Kanada pertama yang dimahkotai juara Grand Slam. Torehan itu tambah mengesankan karena ia menjadi petenis kelahiran 2000-an pertama yang duduk di singgasana juara Grand Slam di kelas senior.
ADVERTISEMENT
Queen of the North, seperti itu publik menjuluki Andreescu. Dia adalah sang juara, demikian seruan Raptors untuk Andreescu.
"Tujuan saya memang ingin menginspirasi banyak orang, terutama atlet-atlet Kanada. Saya pikir, gelar juara ini bisa berperan demikian. Ada banyak atlet Kanada yang membuka jalan bagi saya ketika saya masih muda. Saya berharap kemenangan ini dapat membukakan jalan bagi generasi setelah saya," jelas Andreescu.
Melawan Serena di final AS Terbuka tidak akan menjadi pekerjaan mudah bagi petenis mana pun. Serena adalah bintangnya tunggal putri AS Terbuka. Ia sudah enam kali menjuarai AS Terbuka. Gelar juara Grand Slam pertamanya bahkan disegel di AS Terbuka pada 1999.
Namun, Andreescu sudah terlanjur sampai di final. Entah ada berapa banyak orang yang memimpikan dapat berada di posisinya sekarang. Ya, sudah. Andreescu hanya bisa melawan sehebat-hebatnya.
ADVERTISEMENT
Legenda tenis dunia, Martina Navratilova, memiliki pandangan sendiri soal gaya bermain Andreescu. Menurut pemegang sembilan gelar juara tunggal putri Wimbledon itu, permainan Andreescu mirip dengan Martina Hingis, hanya lebih bertenaga.
Dengan permainan seperti itulah Andreescu menghajar Serena. Namun, Serena juga bukannya tidak memberikan perlawanan. Set pertama memang tuntas dengan kemenangan 6-3 untuk Andreescu.
Set kedua lain cerita. Serena menghentak. Tertinggal 1-5, ia menyamakan kedudukan menjadi 5-5.
Apa yang terjadi setelahnya menegaskan bahwa Andreescu bukan bocah kemarin sore yang pantas dianggap remeh. Andreescu menghentikan laju Serena dan mengunci laga set kedua dengan kemenangan 7-5.
Segala hal yang muncul dalam laga selama 1 jam 39 menit itu seperti menunjukkan bahwa Andreescu sudah karib betul dengan AS Terbuka. Faktanya, AS Terbuka 2019 adalah AS Terbuka pertama Andreescu.
ADVERTISEMENT
"Tentu saja ada banyak orang yang mengira Serena bakal comeback. Ia sudah berkali-kali melakukannya. Itulah yang menahbiskannya sebagai juara sejati. Saya hanya mencoba melakukan yang terbaik," ujar Andreescu.
"Sejak dulu saya terus membayangkan momen ini terjadi, setiap hari selalu seperti itu. Semua terasa gila saat impian itu menjadi kenyataan," ucap Andreescu.
Tenis tunggal putri modern adalah ranah yang gemar memberikan ruang seluas-luasnya bagi juara baru. Ambil contoh, dalam kurun 2017-2019.
Ada 10 orang berbeda yang menjuarai 12 kompetisi Grand Slam.Itulah sebabnya satu gelar juara belum cukup hebat bagi petenis putri modern, termasuk Andreescu, sebagai jaminan bahwa ia akan mendominasi.
Kini ia duduk di takhta juara, kini di hadapannya orang-orang berseru "All hail the Queen of the North!" Namun, entahlah yang terjadi musim depan.
ADVERTISEMENT