Buku 'Turbulensi Sport di Indonesia' dan Cerita di Balik Asian Games

15 November 2018 19:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sesmenpora Gatot S. Dewa Broto (kiri) dalam acara peluncuran dan bedah buku 'Turbulensi Sport di Indonesia',  (Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sesmenpora Gatot S. Dewa Broto (kiri) dalam acara peluncuran dan bedah buku 'Turbulensi Sport di Indonesia', (Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan)
ADVERTISEMENT
Demam Asian Games dan Asian Para Games kembali menghinggapi area Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, bersamaan dimulainya acara peluncuran buku 'Turbulensi Sport di Indonesia' di ruang Konferensi Pers Stadion Utama GBK (SUGBK), Kamis (15/11/2018) pukul 15:00 WIB.
ADVERTISEMENT
Sang penulis, Gatot S. Dewa Broto, adalah Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga (Sesmenpora) sekaligus Asisten Keuangan Indonesia Asian Games 2018 Organizing Committee (INASGOC) dan Ketua Penasihat Indonesia Asian Para Games Organizing Committee (INAPGOC). Mudah ditebak, Asian Games dan Asian Para Games mengambil porsi di dalam bukunya.
Dalam sambutannya, Gatot mengatakan buku ketiganya ini memang mengungkap perjuangannya selama mengawal dua multievent olahraga terbesar se-Asia itu. Salah satunya, saat Asian Games 2018 di Indonesia nyaris batal ketika Gatot yang berencana menemui Presiden Olympic Council of Asia (OCA) pada 2014 silam di Kuwait, diminta kembali ke Indonesia. Tanda-tangan Menpora saat itu, Roy Suryo, palsu katanya.
Kini, puja-puji yang didapat Gatot menyoal penyelenggaraan Asian Games 2018 Jakarta-Palembang yang dinilai sukses. Ketua INASGOC, Erick Thohir, yang hadir dalam acara peluncuran buku, menjadi salah seorang yang mengapresiasi tiap buah pikiran dan keringat Gatot untuk Asian Games kedua di Tanah Air.
ADVERTISEMENT
"Pak Gatot selalu bantu cari solusi. Persiapan Asian Games tidak mudah, apalagi bagi saya orang swasta yang perlu belajar banyak soal pemerintahan," kata Erick Thohir dalam sambutannya.
Defile kontingen Indonesia dalam acara pembukaan Asian Games 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Sabtu (18/8). (Foto: Jewel SAMAD/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Defile kontingen Indonesia dalam acara pembukaan Asian Games 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Sabtu (18/8). (Foto: Jewel SAMAD/AFP)
"Kontribusi Pak Gatot lewat bukunya bisa menjadi pegangan ke depan. Kisah akan berlanjut meskipun Asian Games sudah sukses. Apalagi (Indonesia) sah diterima keinginannya untuk menyelenggarakan Olimpiade 2032, walau tantangan luar biasa (susah)," tutur dia.
Selain Erick Thohir, turut hadir pelatih Tim Nasional (Timnas) Indonesia U-19, Indra Sjafri. Jika Erick dan Gatot larut dalam euforia Asian Games, Indra lebih menyoroti kans Indonesia untuk menjadi negerinya pesepak bola andal.
Dalam keterangannya di sesi tanya jawab, Indra Sjafri membandingkan proyek pengembangan sepak bola Indonesia dengan Jepang. Di babak perempat final Piala Dunia U-19 2018 lalu, Jepang baru mengalahkan Indonesia sekaligus memupus mimpi lolos ke Piala Dunia U-20 2019.
ADVERTISEMENT
"Mereka (Jepang) untuk ke Piala Dunia 2050, proyek dimulai 2026. Kenapa nunggu 2050? Perlul komitmen, konsistensi, dan grand design untuk capai prestasi. Saya bilang saya tidak tunggu 2050, nanti lihat Piala Asia. Jepang kultur sumo, kita kultur sepak bola, dari zaman Belanda ada pemain sepak bola, tak perlu tunggu sampai 2050," ujarnya.
Sesmenpora Gatot S. Dewa Broto dalam acara peluncuran dan bedah buku 'Turbulensi Sport di Indonesia',  (Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sesmenpora Gatot S. Dewa Broto dalam acara peluncuran dan bedah buku 'Turbulensi Sport di Indonesia', (Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan)
"Ayo bikin grand design perbanyak pelatih atau guru. Kita tak ada yang memiliki lisensi pelatih AFC Pro, lalu saya disuruh mengalahkan Jepang, yang punya banyak lisensi AFC Pro," kata Indra Sjafri.
Usai sesi tanya jawab berakhir, acara peluncuran buku 'Turbulensi Sport di Indonesia' ikut ditutup. Namun, Erick sempat mengingatkan bahwa masih ada tugas untuk pemangku kepentingan olahraga Indonesia setelah Asian Games dan Asian Para Games 2018. "Story continue," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Sementara, media juga diminta menyebarkan lewat berita dan cerita dituturkan Gatot lewat bukunya. Semua, bermuara ke harapan akan solidnya dunia olahraga Indonesia sehingga orang-orang di dalamnya tak perlu lagi mengalami turbulensi. Hingga akhirnya, Olimpiade 2032 bisa digelar di Tanah Air.
"Atlet luar biasa, saat pembukaan dan penutupan dari komunitas, artis, musisi, budayawan, semua membantu, termasuk BUMN dan swasta. Setelah April 2019 (pemilihan presiden, red) kita solid lagi. Jangan sampai berpuas diri dengan hasil yang sudah lewat. Buku ini jadi pegangan dan inspirasi agar lebih baik ke depan. Bersama-sama apa pun bisa dilakukan untuk Indonesia," pesan Erick.