Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Cerita Farikha Sukrotun: Antara Wasit Bulu Tangkis & Kasir Toko Besi
24 April 2025 15:30 WIB
ยท
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Farikha Sukrotun menjadi perbincangan hangat beberapa waktu lalu. Di tengah menurunnya prestasi para atlet bulu tangkis Indonesia, gadis asal Kudus ini muncul dengan elegan menjadi umpire atau wasit di final ganda putra Badminton Asia Championships (BAC) 2025.
ADVERTISEMENT
Mengenakan pakaian serba hitam dari jilbab sampai sepatu, Farikha teliti mengawasi partai Aaron Chia/Soh Wooi Yik (Malaysia) vs Chen Boyang/Liu Yi (China) di Ningbo Olympic Sports Center Gymnasium pada 13 April lalu. Ia menunjukkan wibawanya agar 4 pria maskulin itu tetap bermain dengan sportif.
"Kebetulan dari babak semifinal itu dapatnya ganda putra, terus final itu juga baru dikasih tahu paginya dapatnya ganda putra lagi. Jadi memang enggak ada H- berapa, jadi di hari itu juga [dikasih tahu tugasnya] pada waktu briefing pagi 45 menitan sebelum pertandingan," katanya saat diwawancarai kumparan.
Ya, Farikha atau ofisial pertandingan lain tidak bisa memilih pertandingan mana yang akan diwasiti. Kalau BAC, dari pihak Badminton Asia yang menentukan, apakah itu Farikha menjadi wasit yang duduk di dekat lapangan atau hakim servis (service judge).
Aksinya di BAC lalu adalah untuk mengikuti ujian lisensi Badminton Asia Certificated (BA C). Kini, Farikha Sukrotun baru memegang Badminton Asia Accredited (BA A) dan jika dinyatakan lolos ujian Badminton Asia Certificated (BA C), wanita kelahiran 18 Juni 1996 ini bisa memimpin lebih banyak ajang bergengsi.
ADVERTISEMENT
"Ada Badminton Asia Accredited nanti naik lagi appraisal ke certificated, terus yang kemarin saya itu ujian yang certificated. Itu sudah langsung dari Badminton Asia nanti yang memilih. Jadi kita email undangan untuk mengikuti ujian tersebut. Nanti setelah ini, ada appraisal lagi ke BWF, dan nanti paling tingginya di BWF," ujarnya.
Ketika dinilai dalam menjalankan tugasnya, Farikha tidak cuma harus jago menguasai regulasi. Gadis lulusan Pendidikan Bahasa Inggris UNY ini juga harus menunjukkan attitude yang baik.
"Mulai dari saat kita masuk ke lapangan, cara kita jalan, terus bagaimana waktu awal itu kan ada tossing, bagaimana gesture kita, apalagi kalau sudah masuk TV itu, presentation itu yang penting. Bagaimana kita juga menerapkan aturan-aturan itu ke dalam lapangan," terangnya.
Di tarik ke belakang, Farikha pertama kali menekuni bidang perwasitan bulu tangkis sejak 2016. Ia hanya butuh waktu 7 tahun untuk bisa mendapatkan Badminton Asia Accredited.
ADVERTISEMENT
"Ceritanya awalnya dulu waktu masih kuliah, di tahun 2016 itu ditelepon sama Bapak saya. Kebetulan Bapak saya juga guru olahraga. Ditelepon, dikabarin mau ada pelatihan wasit tingkat kabupaten. Awalnya saya menolak karena mikirnya, 'Enggak ah, wasit itu nanti pasti banyak cowok-cowok, enggak ada yang cewek'," kenangnya.
"Tapi terus enggak apa-apa, coba aja, nanti malah ada kesempatan kalau misalkan enggak ada yang cewek. Akhirnya pulang ke Kudus, ikut pelatihan dari mulai level kabupaten, lulus, kemudian di tahun berikutnya dikontak lagi sama pengurus Kabupaten Kudus bahwa mau ada ujian dekat provinsi."
"Jadi kalau kita di bulu tangkis, ujiannya bertahap dari mulai kabupaten, nanti provinsi, naik nasional, kita ada dua tahap. Kemudian setelah nasional itu baru ke Badminton Asia," lanjutnya.
Farikha lantas semakin menjadi pembicaraan kala latar belakangnya terkuak ke publik. Ternyata, di luar lapangan, ia adalah seorang kasir di toko besi yang terletak di Kudus.
ADVERTISEMENT
"Setelah lulus kuliah di tahun 2019 awal, sambil cari-cari kerja, masukin lamaran di toko besi dekat rumah. Kebetulan butuh bantuan tenaga kerja di situ, terus akhirnya masuk situ," beber Farikha.
"Setelah dijalani, ternyata mikir-mikir lagi, kalau nanti jadi pegawai atau kerja di mana itu kok nanti kayaknya susah, ya, izinnya kalau mau ditinggalin jadi wasit. Terus kalau di toko besi itu karena kerjaannya harian, jadi untuk perizinannya lebih mudah seperti itu sih, Mas. Jadi malah keterusan nyaman di situ, bisa disambi juga dengan wasit gitu," tambahnya.
Farikha menegaskan bahwa toko besi berbeda dengan toko bangunan. Adapun tugasnya selain mengurus jual-beli, juga membikin pembukuan.
"Toko besinya itu bukan yang toko bangunan, jual semen, jual pasir, batu batako. Jadi kayak toko yang memang jual plat atau kanal, terus besi beton, seperti itu. Kebanyakan yang beli tuh kayak yang mau buat mesin-mesin, mesin pertanian, apa pun. Tapi kita juga ada atap galvalum, baja ringan, seperti itu saja," jelasnya.
Bicara soal karier, meski belum ada rencana melepas pekerjaan di toko besi, Farikha ingin terus mengembangkan kariernya di dunia bulu tangkis. Ia mengincar lisensi BWF hingga memimpin pertandingan Olimpiade.
ADVERTISEMENT
"Saya masih punya mimpi sampai ke level BWF, supaya bisa mewasiti All England, ataupun kejuaraan-kejuaraan besar lainnya, dan terutama di Olimpiade seperti senior-senior saya yang sudah sering melakukannya," tandas Farikha.