Cerita M Fadli Adaptasi dari Balap Motor ke Balap Sepeda Disabilitas

1 Oktober 2018 15:30 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
M Fadli (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
M Fadli (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
ADVERTISEMENT
M.Fadli Imammudin jatuh cinta dengan dunia olahraga sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Baginya, olahraga merupakan kebiasaan yang diwariskan secara turun temurun oleh keluarga.
ADVERTISEMENT
Hal itu bisa terlihat dari pilihan ekstrakurikuler yang diambilnya sejak kelas 1 hingga 6 SD. Fadli tak pernah absen dari latihan karate. Masuk ke jenjang SMP, Fadli tetap memilih kegiatan ekstrakurikuler olahraga, namun kali ini dia memilih Taekwondo. Dia berlatih olahraga asal Korea itu selama tiga tahun.
Beranjak dewasa, Fadli terus menekuni kegiataan olahraga dan akhirnya bertemu dengan dunia balap. Meski sedikit berbeda dengan olahraga yang biasa dilakukan, di dunia balap ini Fadli merasa menemukan jati dirinya.
“Tapi, benar-benar cita-cita saya dari awal ini bagaimana caranya bisa jadi pebalap motor. Nah dan ada kesempatan. Saat itu kelas 1 SMA, saya menemukan jati diri lah ya,” cerita Fadli kepada kumparan, Sabtu (29/9).
ADVERTISEMENT
Memang, Fadli dulunya sering langganan tabloid otomotif dan juga beradu balap dengan rekan sebaya. Meski, adu balapnya hanya sebatas dilakukan dengan sepeda BMX. Selain itu, Fadli juga sering menyaksikan tayangan Moto GP yang kala itu hadir di TVRI.
Terlepas dari itu, karier Fadli di bidang balap motor terbilang melejit. Tak butuh waktu lama baginya untuk naik ke kelas senior.
“Saya naik ke kelas Asia dan kelas Asia saya naik ke cc yang lebih besar, lebih besar dan akhirnya pada saat 2010-2015 kemarin saya mengikuti kelas Asia Road Racing di kelas 600 cc (level 2). Dan saya pun pernah mengikuti kejuaraan dunia World Championship di Malaysia,” Fadli mengenang.
M Fadli (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
M Fadli (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
Memasuki tahun 2015, Fadli berhasil berada di performa puncak. Dia menemukan ritme balapan yang tepat dan hasrat menjadi juara begitu menggebu-nggebu.
ADVERTISEMENT
Namun musibah 7 Juni 2015 mengubah segalanya. Asa yang begitu terang itu berubah menjadi gelap. Dia ditabrak oleh pebalap Thailand setelah melakukan selebrasi kemenangan.
Fadli terluka parah dan kakinya terpaksa harus diamputasi. Kondisi itu membuatnya harus gantung helm di usia muda.
Walau begitu, Fadli tak patah semangat. Sepeda keluarganya yang ada di bagasi rumah kemudian menjadi jalan pembuka kehidupan barunya. Dengan menggunakan kaki palsu, Fadli mencoba mengayuh sepedanya.
“Ngelihat bisa nggak ya bisa nggak ya, coba deh. Yaudah saya coba, saya kecanduan sepeda yang mulai keliling komplek, keluar komplek beberapa kilo aja lama-lama makin jauh ,” jelas Fadli.
M Fadli (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
M Fadli (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
Dari sepeda itu Fadli kemudian ditawari menjadi atlet balap sepeda. Banyak dukungan mengalir kepadanya kala tawaran itu muncul. Pelatih balap motornya dulu juga terus memberinya semangat meski dia telah beralih cabang olahraga.
ADVERTISEMENT
Namun, PR baru menanti Fadli kala dirinya berpindah cabang. Bukan perkara yang mudah berganti dari balap motor ke balap sepeda.
“Adaptasinya lumayan lama, adalah 6 bulan dengan setelah adaptasinya bagus melatih kecepatan melatih endurance,” jelas Fadli.
Fadli berlatih di sirkuit Sentul yang tak jauh dari rumahnya. Dia mengayuh sepedanya itu semakin cepat dan cepat. Ratusan kilometer telah berhasil dia tempuh untuk meningkatkan performa.
M Fadli (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
M Fadli (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
Terbukti, buah kerjanya itu berhasil mengantarkan Fadli menjadi salah satu atlet balap sepeda di Asian Para Games 2018. Dia menjadi 1 dari sekitar 300-an kontingen Indonesia yang akan berlaga.
Momen Asian Para Games pun semakin menyadarkannya akan apa yang selama ini dia miliki. Hal itu semakin menambah rasa syukur Fadli kepada Yang Maha Kuasa.
ADVERTISEMENT
“Momentum Asian Para games ini (memperlihatkan) ternyata saya seorang disable. Tapi disable untuk istilah orang lain, tapi untuk di sisi saya sendiri teman-teman disabilitas yang mempunyai semangat yang tinggi itu adalah sisi yang berbeda dari kemampuan seseorang,” tutup Fadli.