Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Seperti anak-anak lainnya, Cori Gauff bertumbuh. Bedanya, ia memilih lapangan tenis sebagai tempat bertumbuh.
ADVERTISEMENT
Satu tiket berlaga di babak utama Wimbledon 2019 digenggam Gauff. Di babak pertama, ia akan bertanding melawan pemegang lima gelar juara tunggal putri Wimbledon, Venus Williams.
Sebentar, siapa sebenarnya Gauff ini?
Wajar jika nama Gauff tak dikenal publik. Ini menjadi tahun pertamanya berlaga di lapangan rumput Wimbledon. Memang bukan Grand Slam pertamanya. Tapi, langkahnya di rangkaian kompetisi tenis terakbar ini masih kepalang pendek.
Di kelas senior, AS Terbuka 2018 adalah turnamen Grand Slam perdana petenis Amerika Serikat ini. Hanya, itu juga sampai di babak kualifikasi pertama. Begitu pula di Prancis Terbuka 2019. Perjalanannya cuma lebih panjang sejengkal alias babak kualifikasi kedua.
Berkaca dari rekam jejak yang belum seberapa dibandingkan dengan Venus, ya, pantas-pantas saja jika ia tak populer. Oke, belum populer.
ADVERTISEMENT
Namun, bukan berarti Gauff tak layak diperhitungkan. Keberhasilan remaja 15 tahun menjejak ke putaran utama Wimbledon jelas bukan pencapaian sembarangan.
Wait, 15 tahun? Yep, usia itu pula yang membuat Gauff memecah rekor sebagai pemain termuda yang bertanding di Wimbledon era terbuka lewat jalur kualifikasi.
Torehan ini tentu mengingatkan jagat tenis pada Martina Hingis yang melakoni debut senior pada Wimbledon 1995 kala berusia 14 tahun. Namun, waktu itu Hingis tidak mesti melalui jalur kualifikasi.
Lagipula, kalau ia tak berkualitas, mana mungkin agen yang berada di bawah satu payung manajemen yang sama dengan Roger Federer mau menanganinya. Gelar juara tunggal putri kelas junior Prancis Terbuka yang dikantonginya saat berusia 14 tahun adalah salah satu bukti.
ADVERTISEMENT
Laga Gauff melawan Venus sama seperti duel lintas generasi. Tak heran jika Federer dan Serena Williams bertekad untuk menyaksikan langsung pertandingan ini.
"Saya super gembira untuk keberhasilan Coco (panggilan akrab Gauff). Saya pikir ini kisah yang luar biasa. Duel ini akan menjadi pengalaman hebat dan berharga baik untuk Coco maupun Venus. Coco adalah anak yang menyenangkan dan selalu bekerja sangat keras. Saya yakin, masa depan yang luar biasa akan menjadi miliknya," jelas Federer, dilansir The Guardian.
Konon, bakat atletik Coco (Mulai sekarang bagaimana kalau kita juga sepakat untuk memanggilnya dengan sebutan Coco? Shall we?) menurun dari ayahnya, Corey Gauff, dan ibunya, Candi Gauff. Sang ayah memang bukan atlet profesional, tapi ia pernah bermain untuk klub basket Georgia State University. Sementara, ibunya mantan pelari Florida State University.
ADVERTISEMENT
Namun, Coco tak cuma berlatih dengan ayahnya. Ia juga dipantau oleh Patrick Mouratoglou. Familiar dengan nama ini? Betul sekali. Mouratoglou adalah pelatih Serena.
"Man, kalian harus melihat seperti apa anak ini berlatih. Benar-benar keras dan serius. Setiap kali ia berlatih dengan didampingi ayahnya, saya langsung teringat masa kanak, saat saya masih digembleng oleh ayah saya sendiri," jelas Serena.
Selain Coco sendiri, Mouratoglou barangkali menjadi salah satu orang paling bersemangat tentang laga pertama melawan Venus. Ia tahu Coco masih remaja, meski di sisi lain diperkirakan sudah mengantongi penghasilan sebesar satu juta dolar di luar perjalanannya sebagai petenis muda.
Namun, keputusan untuk menjadi profesional tidak menghilangkan kesenangannya kepada tenis. Kualitas langka yang diyakini Mouratoglou sebagai amunisi utama yang akan membuatnya tumbuh sebagai superstar jagat tenis.
ADVERTISEMENT
“Karakter ini jarang kalian lihat. Biasanya, jika anak muda kisaran 15, 16, atau 17 tahun mulai disorot, permainannya bakal memburuk. Tapi, Coco tidak seperti itu. Ia tidak kehilangan kesenangannya," ucap Mouratoglou.
Si mentor pantas berbangga. Apalagi, Coco memang sudah terbiasa mencetak sejarah sejak muda. Hei, kebiasaan yang langka, ya?
Pada AS Terbuka 2017 ia membukukan rekor sebagai petenis termuda yang tiba di final kelas junior di era terbuka. Di duel puncak itu, ia kalah 0-6, 2-6 dari Amanda Anisimova. Lawannya itu pun seorang rising star. Ingat-ingat lagi apa yang dilakukannya pada Prancis Terbuka 2019.
"Saya bisa merasakan sebesar apa tekanannya. Bukan berarti Coco tidak tertekan sama sekali. Tapi, serupa pemain-pemain top, ia menghadapi tekanan itu. Berat memang, tapi ia selalu menemukan cara untuk menghadapinya. Menakjubkan, bukan?" jelas Mouratoglou.
ADVERTISEMENT
***
Wimbledon 2019 digelar pada 1 Juli hingga 14 Juli 2019. Laga babak pertama tunggal putri antara Cori Gauff dan Venus Williams berlangsung pada Senin (1/7/2019) di No 1 Court, The All England Lawn Tennis and Croquet Club, pukul 19:00 WIB.