Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
ADVERTISEMENT
Cerita Tontowi Ahmad sebagai pebulu tangkis akan dikisahkan dalam bentuk lampau. Pada Senin (18/5) Tontowi memutuskan gantung raket dan meninggalkan lapangan bulu tangkis yang membesarkan namanya.
ADVERTISEMENT
Keputusan ini pada akhirnya akan membawa kita kembali pada daftar pencapaian Tontowi sebagai salah satu aktor penting dalam sektor ganda campuran bulu tangkis Indonesia.
1) Medali emas Olimpiade 2016
Sejak 2016, Rio de Janeiro selalu menjadi kota yang penting bagi Tontowi. Di kota itulah ia merengkuh medali emas Olimpiade bersama Liliyana Natsir.
Di kota itu pulalah bulu tangkis Indonesia menuliskan sejarah dengan berdiri di podium juara ganda campuran untuk pertama kalinya dalam sejarah Olimpiade.
Itu tidak menjadi Olimpiade pertama Tontowi/Liliyana. Pada 2012, keduanya berlaga di London. Sayangnya, Tontowi/Liliyana terhenti di semifinal karena kandas 23-21, 18-21, dan 13-21 dari Xu Chen/Ma Jin.
Tontowi/Liliyana bahkan pulang tanpa medali. Di perebutan tempat ketiga, mereka kalah 12-21 dan 12-21 dari Joachim Nielsen/Chritinna Pedersen.
ADVERTISEMENT
Rio de Janeiro akhirnya menjadi panggung bagi Tontowi/Liliyana untuk revans. Melawan wakil Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying, Tontowi/Liliyana menang 21-14 dan 21-12. Dua gim langsung. Tancap gas.
Torehan Tontowi/Liliyana menjadi satu-satunya medali emas yang dibawa pulang kontingen Indonesia dari Olimpiade 2016. Selain emas bulu tangkis, Indonesia menyegel dua medali perak angkat beban.
2) Hattrick All England: 2012, 2013, 2014
All England adalah tanah bagi Tontowi untuk menancapkan tiang pancang sejarah bersama Liliyana. Ganda campuran Indonesia ini memang baru dipasangkan pada 2010. Akan tetapi, bukan berarti mereka menggunakan 'baru jadi partner' sebagai alasan untuk tampil melempem.
Tontowi/Liliyana menutup All England 2012 dengan mahkota juara. Ketika itu, mereka mengalahkan Thomas Laybourn/Kamilla Rytter Juhl, 21-17 dan 21-19, di partai puncak.
ADVERTISEMENT
Laju Tontowi/Liliyana di All England bukan pencapaian semusim saja. Pada 2013, mereka kembali ke partai final usai menang 18-21, 21-15, 21-19 atas sesama pasangan Indonesia, Markis Kido/Pia Zebadiah Bernadeth.
Untuk kedua kalinya Tontowi naik ke puncak podium All England. Kemenangan 21-13 dan 21-17 atas Zhang Nan/Zhao Yunlei menjadi kunci yang membukakan pintu prestisius itu.
Turnamen yang sama, lawan yang sama, skor yang sama. Ketiga hal tersebut memastikan Tontowi/Liliyana menyegel gelar juara All England 2014. Kemenangan 21-13 dan 21-17 atas Nan/Yunlei menjadi penyebab. Dejavu.
3) China Open 2013 dan 2016
All England tidak menjadi satu-satunya Superseries 1000 yang menjadi tempat bagi Tontowi/Liliyana mendulang prestasi.
China Open pun demikian. Tontowi/Liliyana dua kali menaiki podium juara. Pada 2013, mereka mengalahkan Joachim Nielsen/Christina Pedersen. Tiga tahun berselang, mereka kembali menyegel medali juara usai mengalahkan Zhang Nan/Li Yinhui.
ADVERTISEMENT
4) Kejuaraan Dunia 2013 dan 2017
Kejuaraan Dunia 2013 di Guangzhou menjadi arena lain bagi Tontowi/Liliyana untuk membuktikan kualitas mereka sebagai ganda campuran kelas wahid.
Usai mengalahkan juara bertahan, Zhang Nan/Zhao Yunlei, di semifinal, Tontowi/Liliyana mengandaskan Xu Chen/Ma Jin, 21-13, 16-21, 22-20.
Empat tahun berselang, Tontowi/Liliyana kembali ke final Kejuaraan Dunia. Kali ini di Glasgow. Unggulan pertama, Zheng Siwei/Chen Qingchen, tak membuat Tontowi/Liliyana tunduk. Mereka berhasil mengalahkan Siwei/Qingchen di final lewat duel tiga gim, 15-21, 21-16, 21-15.
5) Indonesia Open 2017 dan 2018
Merengkuh gelar juara adalah kehormatan. Menyegel gelar juara di rumah sendiri adalah kehormatan yang asyik. Tontowi menjadi kampiun selama dua tahun beruntun di Indonesia Open, tepatnya pada 2017 dan 2018.
ADVERTISEMENT
Di laga pemungkas 2017, Tontowi dan Liliyana mengalahkan Zheng Siwei/Chen Qingchen, 22-20 dan 21-15. Pada 2018, elu-elu kemenangan kembali diberikan kepada Tontowi. Lagi-lagi bersama Liliyana, ia menyegel mahkota juara lewat dengan menundukkan Chan Peng Soon/Goh Liu Ying, 21-17 dan 21-8.
Tentu saja torehan Tontowi sebagai pebulu tangkis tak hanya di lima kompetisi tadi.
Atlet kelahiran Banyumas ini juga berhasil mengamankan dua medali emas SEA Games 2011, masing-masing satu emas ganda campuran nomor individu dan tim putra nomor beregu.
Bersama Liliyana, Tontowi meninggalkan jejak di Kejuaraan Asia. Mereka menjadi kampiun pada 2015 begitu mengalahkan ganda campuran Hong Kong, Lee Chun Hei/Chau Hoi Wah, 21-16 dan 21-15.
Torehan tersebut belum ditambah dengan 12 gelar juara turnamen BWF Super Series lainnya, 10 trofi BWF Grand Prix (kurun 2007-2015), dan tiga medali emas BWF International Challenge (kurun 2006-2009). Ya, daftar trofi Tontowi memang panjang betul.
ADVERTISEMENT
====
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona . Yuk, bantu donasi atasi dampak corona!