Dari Rossi untuk Lawan dan Sahabatnya, Nicky Hayden

23 Mei 2017 13:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hayden, juara dunia MotoGP 2006. (Foto: AP Photo/Bernat Armangue)
Siang 29 Oktober 2006 itu, Sirkuit Valencia kering. Cuaca cerah menaungi balapan terakhir MotoGP 2006. Ketegangan sudah sangat terasa sejak balapan belum dimulai. Terlebih lagi bagi dua pebalap: Valentino Rossi dan Nicky Hayden. Bukan tanpa sebab, balapan ini adalah balapan penentuan bagi keduanya. Balapan ini yang akan menentukan siapa yang akan menjadi juara dunia.
ADVERTISEMENT
Rossi, yang saat itu membalap untuk Yamaha, memulai balapan dari posisi terdepan. Sebuah hal bagus untuk membuatnya tetap berada di puncak klasemen hingga akhir musim, apalagi sebelum balapan dimulai, poinnya dengan Hayden hanya terpaut delapan poin. Kemenangan jelas menjadi tujuan utamanya.
Hayden sendiri memulai balapan dari urutan kelima. Kemenangan jelas adalah hal yang harus ia raih, sembari tentu berharap Rossi terlempar dari tiga besar. Tapi pebalap Repsol Honda itu sedikit cemas, pasalnya, pada balapan sebelumnya, ia gagal finis karena mengalami crash. Kini, kehilangan poin berarti peluang juara sirna.
Balapan kemudian dimulai. Tapi Rossi, yang sudah dipenuhi ketegangan, justru membalap dengan begitu buruk. Ia dengan mudah disalip pebalap-pebalap di belakangnya, lap pertama berakhir, Rossi berada di urutan ketujuh. Sebaliknya, Hayden justru mampu melaju kencang. Pada lap ketiga, ia berada di urutan dua, di belakang pebalap Ducati, Troy Bayliss.
ADVERTISEMENT
Balapan memasuki lap kelima, Rossi masih tertahan di posisi tujuh, sebaliknya Hayden masih berada di urutan kedua. Tapi balapan dan persaingan perebutan gelar juara dunia sudah berakhir sejak lap kelima ini. Rossi memasuki tikungan kedua Valencia dan tengah mendapat tekanan dari pebalap Rizla Suzuki, Chris Vermeulen.
Pria Italia itu kemudian memacu motornya dengan kencang. Namun, ban depannya kehilangan keseimbangan, Rossi dan motornya tergelincir menuju gravel trap. Ya, ia mengalami crash. Rossi dengan buru-buru, kemudian langsung mengangkat motornya. Dibantu tiga orang awak, ia berhasil bangkit dan melanjutkan balapan.
Tapi itu sudah terlambat, pasalnya Rossi melanjutkan balapan dari urutan paling buncit, 20. Sementara Hayden, terlalu jauh untuk bisa dikejarnya. Benar saja, pada akhir balapan, Rossi hanya bisa finis di urutan 13 sementara Hayden berhasil finis di urutan tiga. Gelar juara terbang ke Amerika Serikat, untuk The Kentucky Kid.
ADVERTISEMENT
Hayden dengan raihan 252 poin berhail menjadi juara dunia. Ia unggul lima poin dari Rossi. Valencia, menjadi sejarah bagaimana dua pebalap hebat pada masanya, berjuang memperebutkan gelar juara hingga detik-detik terakhir. Kedua pebalap menunjukkan jika mereka adalah kedua pejuang sejati.
Di akhir balapan, Rossi menghampiri Hayden. Ia menjabat tangan pesaingnya itu, mengucapkan selamat. Hayden menyambut jabat tangan itu, seolah ia turut memberikan hormat kepada saingannya. "Dia (Rossi) adalah seorang juara yang hebat. Dia datang ke sini dengan kesempatan untuk kembali menjadi juara dunia," ujar Hayden pasca-balapan ketika itu.
Tapi, Hayden juga sangat pantas menjadi pemenang musim itu. Bagaimana tidak, ia adalah pebalap pertama yang berhasil menghentikan dominasi Rossi yang dalam lima musim beruntun sebelumya selalu berhasil menjadi juara dunia. Hayden adalah orang pertama yang pada akhirnya menyadarkan pebalap-pebalap lain jika The Doctor juga bisa ditaklukkan.
ADVERTISEMENT
***
Hampir 11 tahun setelah momen di Sirkuit Valencia yang panas itu, Rossi kehilangan salah satu pesaing terbaik sepanjang kariernya itu. Rossi kehilangan lawan sekaligus kawan untuk selama-selamanya. Ya, pada Senin (22/5) kemarin, Nicky Hayden wafat. Kecelakaan sepeda yang dialaminya di negara asal Rossi, Italia, merenggut nyawanya.
Selain pernah menjadi lawan, Rossi dan Hayden adalah sahabat. Mereka berdua bahkan pernah bersama dalam satu tim di Ducati pada musim 2011 sampai 2012 dan juga di Honda pada tahun 2003. Karenanya, Rossi merasa memiliki banyak momen hebat dengan pebalap bernomor 69 itu. Ia menganggap Hayden seorang salah satu sahabat terbaiknya.
"Dia adalah salah satu sahabat terbaik yang pernah saya miliki di paddock. Kami menjadi rekan satu tim di Honda, di tahun perdananya yakni 2003, ketika dia mendapat pengalaman perdananya di Eropa. Musim itu berakhir dengan juara untuk saya, dan podium pertama untuknya di Phillip Island," cerita Rossi dalam laman Facebook resminya.
ADVERTISEMENT
"Beberapa tahun kemudian, kami sama-sama berjuang memperebutkan gelar juara 2006 hingga balapan terakhir. Sayang buat saya, saya kalah, dan jadilah dia juara MotoGP. Setelah balapan kami saling berjabat tangan. Kemudian, kami berada dalam satu tim saat menjalani masa-masa sulit di Ducati. Kami beberapa kali berjuang mati-matian, mungkin hanya untuk finis di urutan lima besar."
"Nicky sering datang ke ranch (trek pribadi Rossi) dan selalu menyenangkan melihatnya bisa mempelajari kesulitan-kesulitan bersama. Karena dia adalah salah satu pebalap tercepat di dirt trek sebelum akhirnya pindah ke aspal dan banyak memenangi balapan penting di Amerika, Peoria TT."
"Tapi memori terbaik yang saya miliki bersamanya adalah ketika kami saling berjabat tangan setelah balapan yang kurang beruntung, di Valencia 2015. Bagi dia, itu adalah balapan terakhirnya di Moto GP. Bagi saya, ketika itu saya kalah dalam perebutan gelar juara. Dukungannya dari balik helm adalah salah satu hal positif yang saya dapat di hari itu. Ayo Nicky, kami semua bersamamu," pungkas Rossi.
ADVERTISEMENT
Rossi sampai saat ini masih terus berjuang meraih gelar juara dunia di trek. Ia belum berhenti membalap, belum berhenti meraih ambisinya untuk membuat koleksi gelar juara dunianya menjadi 10. Usianya, sudah 38 tahun saat ini, tapi ia masih belum ingin berhenti dari dunia yang membesarkan namanya itu.
Namun Rossi tahu, di trek atau di luar trek, di mana pun itu. Ia tak akan menemukan lawan, pesaing gelar juara, atau sahabat seperti Hayden lagi. Selamat jalan, Hayden!
Nicky Hayden saat bersama Tim Repsol Honda. (Foto: Twitter: Marc Marquez)