Derrick Rose dan Hantu Cedera yang Terus Membayanginya

5 April 2017 9:30 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
ADVERTISEMENT
Derrick Rose pemain basket NBA. (Foto: Mhammad Faisal Nu'man/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Derrick Rose pemain basket NBA. (Foto: Mhammad Faisal Nu'man/kumparan)
Ada satu kalimat dari Stacey King, seorang announcer asal Amerika Serikat, yang selalu bergaung di benak saya: “Too big, too fast, too strong, too good.”
ADVERTISEMENT
Kalimat itu terucap untuk Derrick Rose, senada dengan aksi Rose saat melakukan manuver di daerah pertahanan lawan. Kalimat dari Stacey menggambarkan aksi Rose yang mampu melewati dua pemain lawan dan kemudian mengakhirinya dengan dunk keras.
Tulisan ini bukan untuk Stacey King. Melainkan untuk pemain yang dibicarakannya, pemain kelahiran Illionis, Chicago, 28 tahun silam, pemain kebanggaan Chicago Bulls setelah era Michael Jordan.
Melakoni debut di kancah NBA pada 28 Oktober 2008 di United Center, rumah Chicago Bulls, Rose menunjukkan tajinya sebagai suksesor Jordan. Semenjak hari itu, stasistik permainannya terus meningkat seiring kesempatan menit bermain yang semakin banyak.
Musim 2010-2011 menjadi puncak kariernya di Bulls dengan raihan 25 PPG (poin per gim), 7,7 APG (asis per gim), dan 4,1 RPG (rebound per gim) mengantarkannya menjadi Most Valuable Player (MVP) termuda (22 tahun) sepanjang sejarah NBA.
ADVERTISEMENT
Derrick Rose saat di Chicago Bulls. (Foto: Facebook: Derrick Rose)
zoom-in-whitePerbesar
Derrick Rose saat di Chicago Bulls. (Foto: Facebook: Derrick Rose)
Tahun-tahun indah Rose bersama Bulls akhirnya menemukan titik di mana Ia harus berkutat dengan cedera panjang dan menjadi awal menurun kariernya. Semua bermula ketika dirinya mendapat cedera robek anterior cruciate ligament (ACL) di lutut kiri saat play-off tahun 2012.
Rose menepi dari lapangan selama satu musim dan kembali pada tahun 2013 untuk meneruskan mimpi-mimpinya di NBA. Selama tiga tahun lamanya, Rose berusaha keras mengembalikan performanya yang dulu, dan tak kalah penting tentunya menggembalikan kepercayaan pelatih dan para penggemar.
Namun Bulls akhirnya menyerah dengan Rose yang dirasa tak bisa kembali menjadi seorang Rose yang dulu. Mereka melepas putra daerahnya untuk berlabuh ke New York Knicks.
Bulan Juni 2016 menjadi awal lembaran baru Rose di New York Knicks. Meski Knicks dianggap berjudi dengan menggambil Derrick Rose, mereka tetap yakin seorang Rose bisa membawa Knicks masuk ke babak play-off setelah absen tiga tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
Di tim barunya, Rose mencoba untuk kembali menjadi dirinya yang dulu. Seorang pemain yang diberi julukan “too big, too fast, too strong, too good” oleh Stacey King tatkala dirinya beraksi di lapangan.
Debut pertama Rose di Knicks terbilang cukup bagus dengan membukukan 17 poin dan 5 assist saat melawan Houston Rockets pada 4 Oktober 2016. Meskipun percobaan tembakan yang dia lakukan tak sebanyak saat dia belum terkena cedera, Rose menyadari bahwa itu semua merupakan proses yang harus Ia lewati.
Derrick Rose saat di New York Knicks. (Foto: Facebook: Derrick Rose)
zoom-in-whitePerbesar
Derrick Rose saat di New York Knicks. (Foto: Facebook: Derrick Rose)
Perjalanan karier Rose di Knicks dinilai akan berjalan lancar dan bisa membawa Rose ke level permainannya yang dulu. Pendapat ini sah-sah saja karena statistik dia terbilang oke sampai pertandingan ke-65 bersama Knicks. Rata-rata dia memasukan 18 PPG, 4,4 APG, dan 3,8 RPG.
ADVERTISEMENT
Saat Rose dinilai dapat kembali bersinar di tim barunya, cedera kembali menghampiri pemain yang tiga kali terpilih masuk ke dalam NBA All-Stars ini. Rose mengalami cedera saat timnya menang melawan Detroit Pistons pada 27 Maret lalu.
Kali ini lutut kirinya kembali mengalami masalah dan ia harus masuk meja operasi lagi untuk pemulihan. Dengan cedera ini, Rose dipastikan absen hingga akhir musim NBA 2017 dan mempersempit peluangnya untuk dipertahankan oleh Knicks musim depan.
Terhitung semenjak tahun 2012, Rose telah menjalani empat kali operasi cedera lutut. Pertama di tahun 2012, kemudian tahun 2014 dan 2015 di mana dia terkena cedera di otot meniscus lutut kanan, lalu 2017 cedera otot meniscus lutut kiri.
ADVERTISEMENT
Kenapa Derrick Rose Bisa Cedera
Derrick Rose dikenal dengan gaya bermain cepat dan eksplosif. Senjata andalannya, tentu saja, crossover mematikan dan power lompatan yang tinggi. Segala kelebihan itu menjadi berkah tatkala dia yang berposisi sebagai point guard yang harus berhadapan dengan lawan yang tidak memiliki daya ledak seperti dirinya.
Namun, di balik berkah yang dimiliki oleh Rose, daya ledak yang dimilikinya itu seolah menjelma sebagai bom waktu yang setiap saat siap untuk meledak sendiri dan menyerang dia. Dan benar saja, cedera robek ACL di tahun 2012 menjadi awal meledaknya bom waktu tersebut.
Untuk lebih mengenal gaya permainan Derrick Rose, saya sarankan Anda melihat cuplikan video di bawah ini. Hanya beberpa menit, tapi Anda akan mendapatkan ilmu baru.
ADVERTISEMENT
Dari cuplikan video di atas, Rose memang memiliki kecepatan yang luar biasa. Namun, karena kecepatan itu, sering kali Rose tidak memperhatikan posisi dia mendarat setelah melakukan dunk, lay up ataupun shooting.
Saat dia berada dalam kecepatan tinggi kemudian merubah arah dan melompat, lututnya tentu harus menahan beban yang berat. Ditambah dengan posisi mendarat yang hanya menggunakan satu kaki membuat lututnya semakin terbebani.
Mungkin jika hal ini hanya terjadi dua atau tiga kali pada Rose, gerakan tersebut tidak akan menyebabkan otot lututnya terlalu terbebani. Namun, dengan gaya bermain yang telah ia terapkan saat di Chicago Bulls hingga New York Knicks, dapat dipastikan dampak yang ditimbulkan adalah cedera seperti yang dialaminya selama ini.
ADVERTISEMENT
Sekilas Tentang Cedera ACL
ACL merupakan ligamen yang mencegah terjadinya pergeseran tulang tibia sewaktu kita melakukan aktivitas. Ligamen ini terletak pada bagian tengah sendi lutut dan menyilang dibagian depan. Fungsi ligamen ini untuk menstabilkan sendi lutut pada gerakan translasi (gerakan depan dan belakang) dan rotasi (gerakan berputar).
Derajat kerusakan ACL ini tergantung pada posisi lutut, arah dan besar kekuatan benturan pada lutut ketika cedera.
Jaringan otot di lutut. (Foto: Dok. National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Diseases)
zoom-in-whitePerbesar
Jaringan otot di lutut. (Foto: Dok. National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Diseases)
Cedera pada ACL sering terjadi di usia antara 15-25 terutama yang aktif berolahraga dan perempuan lebih sering terkena dibanding pria. Sekitar 40% yang pernah terkena cedera ACL sering disertai dengan kerusakan satu atau dua otot meniscus.
Seperti itulah yang terjadi pada Rose, saat dia terkena cedera ACL, dia harus menerima kenyataan bahwa otot menicusnya terkena dampak dari cedera sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Semoga lekas pulih, Rose.