Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Di Balik Menurunnya Performa Borussia Dortmund
21 November 2017 12:41 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB

ADVERTISEMENT
Borussia Dortmund pada musim 2017/2018 ini sempat menjadi salah satu tim yang cukup menjanjikan. Namun perlahan-lahan, Yellow Wall yang berdiri tegap di Westfalenstadion mulai retak, memunculkan sebuah pertanyaan tentang sesuatu apa yang sedang terjadi di tubuh Dortmund.
ADVERTISEMENT
Di awal musim 2017/2018, terutama di kompetisi Bundesliga, tim berjuluk Die Schwarzgelben tersebut mampu tampil dengan cukup ciamik. Dari tujuh laga awal yang mereka jalani di Bundesliga, Dortmund mampu meraih enam kemenangan dan sekali hasil imbang.
Meski sempat flop di kompetisi Eropa ketika dua kali dikalahkan oleh Tottenham Hotspur dan Real Madrid, laju mereka di kompetisi domestik tidak tertahankan selama tujuh pertandingan. Tapi memasuki pekan ke-8 kompetisi Bundesliga, krisis mulai menimpa mereka.
Diawali oleh kekalahan atas RB Leipzig dengan skor 2-3, kemenangan seolah menjadi sesuatu yang jauh bagi tim yang bermarkas di Signal Iduna Park ini. Dari delapan pertandingan terakhir mereka di semua kompetisi sejak pekan ke-8 Bundesliga, Dortmund hanya sekali meraih kemenangan, yaitu ketika bertandang ke markas Magdeburg. Sisanya? Kemenangan menjadi sesuatu yang langka bagi Dortmund.
ADVERTISEMENT
Hasil-hasil minor ini pun, pada akhirnya, memunculkan sebuah pertanyaan tersendiri: Ada apa dengan Dortmund?
Pertahanan Garis Tinggi yang Menjadi Bencana
Ketika mulai diterapkan di awal musim, garis pertahanan yang begitu tinggi menjadi cara ampuh bagi Dortmund untuk menyerang sekaligus bertahan. Bola dapat direbut dari lawan, bahkan di wilayah pertahanan lawan sendiri di tengah kondisi lawan yang belum siap. Hal ini menjadi keunggulan dari Dortmund asuhan Peter Bosz.
Tapi seiring dengan berjalannya musim, garis pertahanan tinggi ini malah menjadi sebuah kelemahan tersendiri bagi Dortmund. Celah demi celah tercipta di pertahanan Dortmund, dan hal ini dengan mudahnya dieksploitasi oleh lawan-lawan tim berjuluk Die Borussen tersebut.

Bermula dari kekalahan Dortmund atas Spurs dan Madrid (kedua tim menerapkan cara bermain yang sama dalam mengalahkan Dortmund), lawan-lawan Dortmund di Bundesliga mulai mengikuti cara bermain dari Spurs dan Madrid tersebut, yaitu dengan mengandalkan umpan-umpan panjang dan kecepatan para pemain depan.
ADVERTISEMENT
Salah satunya terlihat dari gol kedua yang dicetak oleh VfB Stuttgart dalam laga lanjutan Bundesliga pekan ke-12 kemarin. Gol kedua yang dicatatkan oleh Josip Brekalo diawali oleh sebuah skema serangan balik memanfaatkan ruang kosong di belakang pertahanan Dortmund. Brekalo yang lolos dari offside menggiring bola sendirian ke wilayah pertahanan Dortmund, sebelum akhirnya menceploskan bola ke gawang Roman Buerki.
Lini Depan yang Mulai Tumpul
Dalam urusan mencetak gol, Dortmund sebenarnya tidak payah-payah amat. Total dari 12 laga yang sudah mereka jalani di Bundesliga, mereka berhasil menorehkan 29 gol, menjadi tim terbanyak kedua setelah Bayern Muenchen (30 gol) dalam urusan menjebol gawang lawan.
Namun dalam delapan pertandingan terakhir Dortmund di semua ajang, mereka hanya mampu menorehkan 15 gol. Jika mengesampingkan laga melawan Magdeburg, total Dortmund hanya menorehkan 10 gol saja. Bahkan dalam dua kali laga melawan APOEL FC di Liga Champions, mereka hanya bisa menorehkan dua gol saja.

Tumpulnya lini depan Dortmund ini, selain karena lawan-lawan Dortmund yang sudah mulai mengantisipasi permainan Dortmund--dengan sengaja membiarkan Dortmund menekan mereka (menerapkan garis pertahanan yang rendah), konversi gol Dortmund ke gawang lawan menjadi sesuatu yang cukup buruk dalam delapan laga terakhir.
ADVERTISEMENT
Total dari delapan laga terakhir, total konversi peluang Dortmund hanya sebesar 9% saja. Hal ini menunjukkan bahwa Die Borussen begitu sulit dalam mencetak gol, meski cukup banyak peluang yang mereka dapat di depan gawang lawan.
Segera Temukan Skema Baru, Bosz
Peter Bosz adalah pelatih yang andal. Kemampuannya mengantarkan skuat muda Ajax ke babak final Europa League pada musim 2016/2017 silam adalah bukti nyata dari kemampuan pelatih asal belandan tersebut. Namun untuk menangani klub sekelas Dortmund, kemampuan lebih jelas dibutuhkan, terutama soal meramu taktik.

Pelatih-pelatih terdahulu Dortmund, semisal Juergen Klopp maupun Thomas Tuchel menerapkan permainan yang hampir serupa dengan Bosz, yaitu pressing tinggi dan penguasaan bola yang mutlak terhadap lawan. Hasilnya? Mereka gagal dan pergi dari Dortmund karena dianggap tidak memberikan prestasi yang konstan bagi Dortmund.
ADVERTISEMENT
Dari kegagalan para pendahulunya tersebut, setidaknya Bosz bisa belajar. Menemukan skema baru untuk kesebelasan yang ia tangani, atau mengembangkan skema yang sudah ia terapkan adalah pilihan bijak. Apalagi Dortmund kerap kesulitan ketika harus menghadapi tim yang bertahan dengan menerapkan garis pertahanan yang rendah.
Jika tidak, maka jangan harap Dortmund akan menorehkan hasil yang positif dalam beberapa pertandingan yang mereka jalani. Mereka akan kembali kebobolan dengan cara yang sama: lawan bertahan rendah, lalu melempar umpan panjang, pemain yang berkecepatan tinggi akan lari memanfaatkan ruang kosong, dan gol pun akan tercipta bagi lawan.