Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Orang-orang Denmark mengenal Hukum Jante. Hukum itu pertama kali terdengar pada 1933 lewat cerita fiksi berjudul A Fugitive Crosses His Tracks, yang ditulis oleh seorang penulis campuran Denmark-Norwegia, Aksel Sandemose.
ADVERTISEMENT
Inti hukum yang ditulis dalam cerita itu adalah sikap menerima dan tidak menonjolkan diri merupakan pilihan hidup paling aman. Jika sikap ini yang dipilih, niscaya hidupmu akan bahagia. Tanpa masalah, tanpa kesusahan.
Marcus Fernaldi Gideon dan Kevin Sanjaya Sukamuljo yang berlaga di salah satu kota di Denmark, Odense, rupanya tidak setuju dengan hukum ini.
Kalau bisa terus menerus menjadi nomor satu, kalau bisa menjadi sorotan karena pencapaian hebatmu, buat apa hidup biasa-biasa saja?
Prinsip itu dipegang teguh-teguh. Tidak peduli siapa yang menjadi lawan, lakoni laga dengan sehebat-hebatnya. Tidak peduli siapa yang ada di lapangan seberang, melawanlah dengan sekuat-kuatnya.
Pemandangan demikian terlihat jelas di laga final ganda putra Denmark Open 2019 . Apa boleh bikin, mereka kembali bertemu dengan senior sekaligus kompatriot, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan.
ADVERTISEMENT
Ini bukan pertemuan baru di sepanjang 2019. Laga puncak di Denmark adalah All-Indonesian Final kelima. Keempat laga sebelumnya berpihak melulu pada Marcus/Kevin.
Itu baru catatan pada 2019. Jika dihitung sejak tahun-tahun sebelumnya, pertemuan pada Minggu (20/10/2019) itu adalah pertemuan ke-12. Dua laga dimenangi oleh Ahsan/Hendra, sembilan duel dimenangi oleh Marcus/Kevin.
“Kami senang karena beberapa turnamen bisa All-Indonesian Final. Saya harap bisa seperti ini terus. Di pertandingan hari ini kami menikmati permainan dan melakukan yang terbaik,” kata Kevin, dikutip dari laman resmi PBSI.
Meski akrab dengan kemenangan, Marcus/Kevin memandang pertandingan itu sebagai pertemuan baru. Tekanan intens diberikan sejak awal laga. Tidak ada istilah menunggu.
Kalau kemenangan bisa direngkuh dalam dua gim, mengapa harus berlanjut hingga gim ketiga. Dengan performa demikian, Marcus/Kevin menang 21-14 dan 21-13 atas Ahsan/Hendra.
ADVERTISEMENT
Kemenangan dengan skor cukup telak itu bisa didapat karena Marcus/Kevin sudah gigit merengkuh poin sejak awal. Itu bisa dilihat dari keunggulan 6-3 yang muncul di gim pembuka. Ahsan/Hendra memang bisa mengejar, memangkas jarak menjadi 8-11 di interval.
"Mereka tampil bagus seperti biasa. Kami juga tertekan terus dari awal,” jelas Ahsan, dikutip dari laman resmi PBSI.
Marcus/Kevin tahu betul cara menghentikan laju lawan. Bangunan serangan Ahsan/Hendra dibalas dengan tekanan yang tak kalah agresif.
Mata ganti mata, tekanan ganti tekanan. Pun demikian di gim kedua. Ahsan/Hendra memang unggul 3-1, tetapi itu bukan jarak yang lebar buat Marcus/Kevin. Minions melesat, menandai interval dengan keunggulan 11-6.
Catatan lainnya adalah kecenderungan Ahsan/Hendra melakukan kesalahan sendiri dalam situasi genting, dalam artian ketika sedang ditekan. The Daddies cukup sering kehilangan kendali saat meredam serangan lawan sehingga membuat shuttlecock terlempar dari bidang permainan.
ADVERTISEMENT
Itu belum ditambah dengan beberapa fragmen yang menunjukkan koneksi yang hilang di antara keduanya, misalnya saat Marcus/Kevin mengamankan keunggulan 16-10.
Marcus melepaskan smash yang mengarah ke lapangan tengah. Sebenarnya shuttlecock masih dalam jangkauan karena menyasar di area yang terbentuk dari posisi Ahsan dan Hendra berdiri.
Alih-alih merespons, keduanya malah tidak berupaya menggapai shuttlecock. Ahsan agaknya mengira Hendra bakal mengambil. Sebaliknya, Hendra pun menyangka Ahsan akan mengejar.
Kegigihan Marcus/Kevin mendikte lawan dengan tekanan intens berbuah manis. Mereka tak cuma menjadi juara Denmark Open 2019, tetapi juga berhasil mempertahankan gelar juara musim lalu.
Pencapaian Indonesia tambah semarak karena ganda putra tidak menjadi satu-satunya sektor yang ditutup skuat Indonesia dengan mahkota juara. Praveen Jordan/Melati Daeva di sektor ganda campuran memastikan Indonesia merengkuh dua gelar juara di Denmark Open 2019 .
ADVERTISEMENT
"Kami senang bisa menang. Tidak mudah buat kami untuk mempertahankan gelar di sini karena lawan di sini kuat-kuat semua. Ini merupakan berkat buat kami,” ujar Marcus.