Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
El Clasico basket Indonesia itu akhirnya dimenangi oleh Stapac Jakarta . Menghadapi Satria Muda di final IBL musim 2018/19, Stapac berhasil menang dalam dua pertandingan berformat best of three. Dengan demikian, tim hasil leburan Stadium dan Aspac itu pun keluar sebagai kampiun.
ADVERTISEMENT
Stapac menapak final dengan rekor luar biasa. Sebelum melaju ke play-off, mereka menang 17 kali dalam 18 pertandingan. Satu-satunya kekalahan Stapac terjadi saat menghadapi Bogor Siliwangi. Kemudian, di play-off, Stapac yang dapat bye ke semifinal mampu menyingkirkan Pacific Caesar.
Sebaliknya, Satria Muda datang dengan kondisi yang tidak ideal. Pertama, mereka kehilangan Jamarr Johnson yang cedera. Kedua, rekor mereka pun tak impresif. Di babak reguler, anak-anak asuh Youbel Sondakh kalah 9 kali dari 18 pertandingan. Dengan demikian, Satria Muda pun berlaga di final sebagai David. Mereka berhadapan dengan Goliath bernama Stapac.
Stapac dan Satria Muda sendiri punya rekor berimbang di final. Dalam 20 tahun terakhir, mereka sudah bersua di final sebanyak 10 kali. Masing-masing dari mereka mampu menang 5 kali untuk merebut 5 gelar juara. Namun, pada edisi 2019 ini, kondisinya terlalu timpang. Stapac menang dua gim langsung, masing-masing dengan skor 79-68 dan 74-56.
ADVERTISEMENT
Hasil itu membuat Stapac kini meraih gelar juara keenam di kompetisi nasional basket Indonesia. Terakhir kali mereka menjadi juara adalah pada 2014. Kebetulan, lawan mereka kala itu juga adalah Satria Muda. Sedangkan, bagi Satria Muda, kekalahan berarti kegagalan mempertahankan trofi juara IBL.