Gana Putra: Jatuh Cinta pada Kabaddi sejak Pertama

26 Agustus 2018 11:31 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Manajer tim kabaddi Indonesia, Ida Bagus Gede Gana Putra (25/8/18). (Foto: Abrar Firdiansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Manajer tim kabaddi Indonesia, Ida Bagus Gede Gana Putra (25/8/18). (Foto: Abrar Firdiansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sekelompok pria berbadan besar memasuki Teater Garuda, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), tanpa senyum sedikit pun. Pada tubuhnya, tampak jaket berwarna merah dan emblem bendera Republik Indonesia di sebelah kiri.
ADVERTISEMENT
Sekelompok pria tadi lantas duduk di tengah tribune selatan Teater Garuda. Selang beberapa menit kemudian, sekelompok pria lain yang penampilannya ditunggu oleh gerombolan pertama masuk ke area bermatras warna kuning.
Di antara kerumunan orang yang duduk di tribune tadi, sosok Ida Bagus Gede Gana Putra terlihat berbeda. Tak hanya dari potongan rambut yang nyentrik, Bli Gana—sapaan akrabnya—juga memiliki perawakan tinggi dan besar.
Gana adalah manajer tim kabaddi Indonesia di Asian Games 2018. Di tengah-tengah Asian Games 2018, ia menceritakan banyak hal kepada kumparanSPORT, mulai dari bagaimana ia jatuh cinta terhadap kabaddi hingga persoalan yang dihadapinya di perhelatan empat tahunan itu.
Dalam pertandingan putra melawan Jepang, Gana tak henti-hentinya berteriak. Entah itu kepada pemain kabaddi Indonesia yang sempat kesulitan hingga sekadar meneriakkan “Indonesia! Indonesia! Indonesia!”
ADVERTISEMENT
Tak hanya berteriak lantang memberikan dukungannya, Gana juga beberapa kali mendatangi bangku cadangan Indonesia. Dalam pandangan matanya, tampak bagaimana Jepang tak istimewa-istimewa amat. Baginya, anak-anak asuhnya bisa menang dengan mudah.
Ditemui pada Selasa (21/8/2018), di ruang ganti pemain di Teater Garuda, Gana bercerita mengenai perjuangannya di laga melawan Jepang. Baginya, kemenangan atas Jepang memang menyenangkan. Tapi, hanya ada satu hal di kepalanya: Indonesia harus mencapai target.
“Harapan saya adalah medali. Sebab, ini adalah keikutsertaan Indonesia untuk yang pertama kali di cabang olahraga kabaddi. Saya dan tim tak berani memutuskan satu hal yang menurut kami terlalu muluk,” kata Gana.
Apa yang ada di pikiran Gana sebenarnya cukup wajar untuk kabaddi—sebagai olahraga yang benar-benar baru berkembang di Indonesia. Dalam penuturannya, kabaddi adalah olahraga yang baru berusia 12 tahun di Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Jadi, kabaddi baru berkembang di Indonesia seiring perhelatan Asian Beach Games 2008 yang diselenggarakan di Bali. Dalam acara tersebut, tuan rumah (Indonesia, -red) punya hak untuk menentukan olahraga yang bakal dipertandingkan,” kata Gana.
Nah, beberapa tahun sebelum perhelatan, banyak negara, terutama dari India, Nepal, Sri Lanka, meminta kami menyelenggarakan kabaddi. Lantas kemudian kami menyahut, ‘Kenapa tidak?”
Kabaddi putra Indonesia di laga putra vs Jepang. (Foto:  ANTARA FOTO/INASGOC/Syaiful Arif)
zoom-in-whitePerbesar
Kabaddi putra Indonesia di laga putra vs Jepang. (Foto: ANTARA FOTO/INASGOC/Syaiful Arif)
Dari sana, kabaddi dimulai. Sebagai olahraga yang benar-benar baru, Gana tahu persisnya bagaimana sulitnya memulai. Ia tak hanya harus mempelajarai kabaddi, tapi juga direpotkan oleh urusan atlet hingga mencari lokasi yang bisa menjadi venue pertandingan.
“Beruntungnya, karena itu namanya Asian Beach Games, kami bisa menyelenggarakan kabaddi di pantai. Pada tahun 2007, persiapan baru kami mulai. Sejak itu, kabaddi pelan-pelan mulai dimainkan hampir di seluruh Bali.”
ADVERTISEMENT
“KONI Pusat melalui Ibu Rita Subowo kemudian mendukung terbentuknya organisasi kabaddi di Indonesia. Akhirnya, organisasi ini dibentuk dengan nama Federasi Olahraga Kabaddi Seluruh Indonesia (FOKSI).”
Kabaddi ikut berkembang seiring kesuksesan penyelenggaraan Asian Beach Games 2008. Dari sana, akar rumput kabaddi tak lagi dari FOKSI, melainkan daerah-daerah yang aktif membikin kompetisi atau klub.
“Awalnya, kabaddi menarik karena banyak kampung dan tim yang latihan serta bermain di tempat umum. Selain itu, ini olahraga yang murah dan menggabungkan banyak olahraga yang masuk kategori adu fisik.”
“Dari sana, mulai banyak klub kabaddi didirikan. Di Denpasar dan Buleleng sudah berdiri klub kabaddi. Di beberapa sekolah, mulai dari SMP, SMA, hingga universitas, kabaddi bahkan telah menjadikan olahraga ini sebagai muatan lokal dan ekstrakurikuler.”
ADVERTISEMENT
“Tak cuma itu saja, kabaddi juga menjadi salah satu olahraga yang rutin dipertandingkan dalam setiap kompetisi yang mempertandingkan beberapa olahraga. Salah satu contohnya adalah Wali Kota Cup.”
Pemain kabaddi Indonesia, I Nyoman Tos Pasak Wiguna (25/8/18). (Foto: Abrar Firdiansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pemain kabaddi Indonesia, I Nyoman Tos Pasak Wiguna (25/8/18). (Foto: Abrar Firdiansyah/kumparan)
Di tengah perbincangan, ia menyambut seorang ahli pijat yang secara khusus diundang untuk memberikan treatment beberapa pemain putra Indonesia yang kelelahan. Ahli pijat adalah persoalan atlet kabaddi yang bermain di TMII. Sebabnya, ahli pijat yang merupakan elemen penting bagi setiap tim kabaddi ini tidak disediakan oleh panitia penyelenggara.
Pemain pertama yang dipanggil oleh Gana untuk melakoni treatment adalah I Nyoman Tos Pasak Wiguna. Tos mengalami cedera di engkel kakinya usai laga melawan Malaysia, beberapa jam sebelum wawancara.
Perkembangan yang amat pesat di Bali membuat mayoritas penghuni skuat kabaddi Indonesia di Asian Games 2018 berasal dari Pulau Dewata. Gana menyetujui pendapat tersebut. Meski demikian, ia menolak apabila kabaddi khusus milik Bali.
ADVERTISEMENT
“60% atlet kabaddi berasal Bali. Namun, saya menolak apabila kabaddi ini olahraga khusus untuk orang Bali karena di tim ini ada juga atlet Kalimantan Utara, Jawa Bara, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sumatera Utara.”
“Mereka memilih kabaddi karena jatuh cinta pada pandangan pertama. Benar itu, saya saja langsung mencintai olahraga ini sejak mengenalinya pada penyelenggaraan Asian Beach Games 2008 itu.”
Hampir 11 tahun mengenali olahraga ini membuat Gana tahu rasa duka maupun cinta. Di balik hubungan baiknya dengan kabaddi, ia mengatakan bahwa beberapa hal yang mengganjal kerap masuk di otaknya.
“Dalam beberapa kasus, saya sedikit kesal karena harus menjelaskan kabaddi mulai dari A sampai Z ke orang-orang. Namun, pelan-pelan, saya harusnya sadar ini adalah olahraga yang baru dan masih butuh diperkenalkan," pungkas Gana.
ADVERTISEMENT