Goldberg, Muscular Judaism, dan Antitesis Stereotipe

9 Februari 2017 18:22 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pegulat WWE, Goldberg. (Foto: WWE)
Lazimnya menjumpai orang Yahudi dengan otak cemerlang barangkali sama dengan menemukan orang kulit hitam di penjara-penjara Amerika Serikat. Sangat jamak dan sama sekali tidak mengejutkan.
ADVERTISEMENT
Persoalannya, memang begitulah orang Yahudi dibentuk. Dalam ajaran agama mereka pun ditekankan sekali bahwa yang terpenting dalam hidup bukanlah kekuatan dan keperkasaan fisik, melainkan kekayaan jiwa dan otak.
Itulah mengapa, untuk mencari kemakmuran, mereka tidak melakukan aktivitas-aktivitas yang menuntut kekuatan fisik seperti bertani. Mereka memilih untuk terjun di dunia perbankan dan perdagangan serta menyelami betul dunia pendidikan. Itulah mengapa mereka kemudian menjadi kaya raya sekaligus cerdas. Hal ini, tak pelak menimbulkan rasa iri.
Kebencian terhadap orang-orang Yahudi yang makmur dan pintar ini kemudian diwujudkan lewat satu hal yang tidak dikuasai orang Yahudi: kekerasan fisik. Di Kishinev, Moldova, pada awal abad ke-20 terjadilah sebuah kerusuhan anti-Yahudi yang kemudian dikenal dengan nama The Kishinev Pogrom. Tidak hanya sekali, tetapi kerusuhan ini terjadi dua kali, yakni pada 1903 dan 1905.
ADVERTISEMENT
Puluhan orang Yahudi tewas pada peristiwa ini. Tak hanya itu, ratusan rumah pun dirusak dan ratusan toko dijarah habis. The Kishinev Pogrom ini akhirnya menjadi alasan bagi Kekaisaran Rusia untuk meminta agar orang-orang Yahudi ini kembali ke Palestina (ketika itu negara Israel belum ada).
Setelah pogrom tersebut, Komisi Sejarah Yahudi cabang Odessa, Ukraina, mengutus seorang sastrawan bernama Hayim Nahman Bialik untuk mengumpulkan data akibat kerusuhan. Akan tetapi, bukannya bersimpati, Bialik justru marah besar.
Penyebab utama kemarahan Bialik ini adalah fakta bahwa ketika para wanita Yahudi diperkosa oleh para perusuh, suami-suami mereka justru bersembunyi di bawah dipan atau mengadu ke rabbi-rabbi mereka. Bukannya melawan, mereka justru merengek dan mengadu. Mereka bahkan sempat-sempatnya bertanya kepada para rabbi apakah setelah diperkosa, istri mereka masih boleh mereka gauli.
ADVERTISEMENT
Bialik, dalam laporannya, kemudian menuliskan bahwa para laki-laki itu tak ubahnya cecunguk-cecunguk hina. Pria yang meninggal di Wina, Austria, tahun 1934 itu menyebut bahwa kaum Yahudi seharusnya berani melawan agar tidak diinjak-injak lagi.
Beberapa tahun sebelumnya, sebetulnya sudah muncul sebuah doktrin dari dokter-cum-esais berkebangsaan Austria-Hongaria, Max Nordau. Pria yang lahir pada 1849 ini adalah pendiri Organisasi Zionis Dunia bersama Theodor Herzl. Doktrin itu sendiri bernama "muscular judaism" dan pertama kali ditelurkan pada Kongres Zionis 1898.
Inti dari doktrin itu sederhana saja. Senada dengan keinginan Bialik, "muscular judaism" intinya menyerukan agar orang-orang Yahudi bisa menjadi kuat secara fisik seperti Nabi Ibrahim, Nabi Daud, atau Nabi Yusuf.
Doktrin ini kemudian dengan pembentukan banyak sekali klub olahraga di seantero Eropa pada awal abad ke-20. Puncaknya adalah ketika pada Kongres Yahudi Sedunia 1921, Maccabi World Union dibentuk. Organisasi ini sendiri merupakan induk organisasi klub-klub olahraga Yahudi. Jika Anda menemukan klub-klub sepak bola bernama depan Maccabi, maka mereka sudah pasti merupakan bagian dari organisasi ini. Adapun, dalam perkembangannya, klub-klub Maccabi ini bersaing ketat dengan klub-klub Hapoel.
ADVERTISEMENT
Keberadaan klub-klub olahraga Yahudi ini kemudian mencapai puncaknya ketika Hakoah Wina berhasil menjadi juara Liga Austria pada tahun 1925. Ketika itu, mereka salah satunya diperkuat oleh Bela Guttmann, pelatih legendaris yang memberi kutukan 100 tahun pada Benfica itu.
***
Melompat hampir satu abad ke depan, dunia mengenal seorang Yahudi perkasa yang amat dominan, dalam diri Bill Goldberg.
Kini, Goldberg memang sudah memasuki usia paruh baya. Akan tetapi, di arena tempatnya berlaga, ring gulat profesional World Wrestling Entertainment (WWE), nama Goldberg masih sangat disegani, kalau tidak ditakuti.
Jika Bela Guttmann adalah sosok pria kecil yang masih sangat mengandalkan otak ketika bermain sepak bola, lain halnya dengan Goldberg. Dengan postur sebesar rumah, Goldberg akan menerjang apa pun yang bernafas di depannya tanpa kecuali. Dengan spear sebagai salah satu signature move, entah sudah berapa lawan yang berhasil ditumbangkan Goldberg. Contoh terbaru akan keperkasaan Goldberg ini adalah saat dia menumbangkan Brock Lesnar -- pegulat WWE sekaligus petarung UFC (Ultimate Fighting Championship) -- hanya dalam dua menit. Dua spear plus satu jackhammer sudah cukup untuk membuat Lesnar, yang disebut "Beast Incarnate" itu, bertekuk lutut.
ADVERTISEMENT
Ring gulat profesional sendiri bukan satu-satunya arena yang pernah jadi tempat Bill Goldberg berlaga. Sebelum mengawali karier gulat profesional bersama promosi World Championship Wrestling (WCW) pada 1996, Goldberg merupakan seorang defensive tackle di berbagai tim American football.
Sebagai pemain American football, karier Goldberg memang semenjana. Satu-satunya tim yang pernah dia perkuat secara penuh di National Football League (NFL) adalah Atlanta Falcons pada 1993-1994. Selama itu pun, dia hanya dipercaya menjadi starter sebanyak satu kali.
Tidak cukup bagus bermain American football, Bill Goldberg banting setir. Dengan kekuatan fisik yang dia miliki, menjadi pegulat profesional tentu bukan masalah. WCW pun akhirnya mau menerima Goldberg.
Perubahan karier itu pun akhirnya berujung manis bagi Goldberg. Di ring gulat profesional, dia sulit sekali dikalahkan. Bahkan, hingga saat ini Goldberg masih memegang rekor tak terkalahkan paling lama di WCW. Hingga akhirnya dikalahkan Kevin Nash pada 27 Desember 1998, Goldberg sudah tak terkalahkan sejak 22 September 1997. Dalam kurun waktu itu, dia menang 155 kali.
ADVERTISEMENT
Meski gulat profesional pada dasarnya adalah opera sabun bersteroid, tetap saja rekor Goldberg itu luar biasa. Pasalnya, yang dituntut dari gulat profesional adalah kerja keras di balik layar dan selama seorang pegulat bisa menjaga performanya di balik layar, maka "hadiah" berupa push dan gelar akan hadir dengan sendirinya di atas ring.
Goldberg pun kemudian menjadi simbol dari gulat profesional itu sendiri. Namanya sejajar dengan legenda-legenda besar macam Bruno Sammartino, Hulk Hogan, atau Macho Man Randy Savage. Bahkan, kalau boleh jujur, Bill Goldberg sebenarnya jauh lebih tangguh ketimbang mereka-mereka itu.
Tak hanya menjadi simbol gulat profesional, dia pun menjadi semacam simbol bagi "muscular judaism" itu sendiri. Goldberg, lewat polahnya di atas ring gulat, menjadi semacam antitesis bagi stereotipe orang Yahudi kebanyakan. Kisah-kisah masa lalu orang Yahudi yang telah menjadi mitos seperti mewujud kembali dalam diri Goldberg. Berotot besar, kuat, dan intimidatif.
ADVERTISEMENT
Goldberg sendiri sempat absen dari ring gulat selama lebih dari 10 tahun. Pada 2015 lalu, dia kembali ke ring gulat dan setahun berselang, hadir kembali di WWE. Alasannya sederhana: Dia ingin agar putranya yang masih kecil bisa menyaksikan dirinya berlaga di atas ring gulat lagi.
Tahun ini, Bill Goldberg sudah dipastikan akan berlaga di WrestleMania -- ajang tahunan terbesar WWE -- melawan Brock Lesnar. Sebelum itu, tanggal 6 Maret 2017 mendatang, Goldberg akan terlebih dahulu meladeni Kevin Owens dalam laga perebutan gelar Universal Championship RAW di Fastlane. Ada kemungkinan bahwa Goldberg akan merebut titel Owens pada ajang tersebut sehingga ketika dia melaju ke WrestleMania nanti, laga melawan Lesnar akan menjadi laga perebutan titel.
ADVERTISEMENT
Benar tidaknya gosip ini tentu tidak bisa dipertanggungjawabkan. Akan tetapi, jika memang nantinya Goldberg bisa mencuri gelar dari K.O. -- julukan Owens -- dan mengalahkan Lesnar, maka dia akan sah menjadi duta "muscular judaism" terbaik sepanjang masa.