Gregoria Tunjung Akui Terpancing Permainan Intanon saat Keok di 16 Besar

29 Juli 2021 8:57 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gregoria Mariska Tunjung dari Indonesia saat melawan Lianne Tan dari Belgia pada Babak Grup Olimpiade Tokyo 2020, Rabu (28/7/2021). Foto: Leonhard Foeger/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Gregoria Mariska Tunjung dari Indonesia saat melawan Lianne Tan dari Belgia pada Babak Grup Olimpiade Tokyo 2020, Rabu (28/7/2021). Foto: Leonhard Foeger/REUTERS
ADVERTISEMENT
Perjalanan tunggal putri Indonesia, Gregoria Mariska Tunjung, di Olimpiade 2020 usai sudah. Ia takluk dari wakil Thailand, Ratchanok Intanon, di babak 16 besar.
ADVERTISEMENT
Gregoria menelan kekalahan dalam dua gim langsung dengan skor 12-21 dan 19-21 dalam pertandingan yang dihelat di Musahino Forest Plaza, Tokyo, pada Kamis (29/7) pagi WIB.
Sejak gim pertama berlangsung, pebulu tangkis 21 tahun itu sempat kewalahan meladeni permainan Intanon. Gregoria mengaku terpancing ke dalam tempo yang dimainkan wakil Thailand itu.
Tunggal putri Thaliand Ratchanok Intanon pada partai final Indonesia Masters 2020 di Istora Senayan, Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
"Game pertama saya kepancing permainan cepat lawan, kepancing main cepat. Padahal itu tidak menguntungkan buat saya, karena lawan sepertinya memancing untuk main panjang," kata Gregoria dalam keterangan resminya.
"Sementara bola-bola saya banyak yang out. Saya ingin pengembalian bola-bola saya bisa menyusahkan lawan, tetapi malah out dan jadi mati sendiri," tambahnya.
Gregoria sempat memberikan perlawanan pada gim kedua, bahkan kedudukan tak selebar di gim sebelumnya. Ia mengaku ingin memberikan permainan maksimal karena tak ingin kalah begitu saja.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, pebulu tangkis kelahiran Wonogiri tersebut harus tetap jatuh-bangun melawan Intanon. Gregoria pun akhirnya harus menelan kekalahan.
Tunggal putri Indonesia Gregoria Mariska Tunjung saat melawan tunggal putri Belgia Lianne Tan pada Olimpiade Tokyo 2020 di Musashino Forest Sport Plaza, Tokyo, Jepang. Foto: Sigid Kurniawan/Antara Foto
"Pada game kedua, awalnya saya tak bisa atur irama. Saat di pertengahan pas saya ketinggalan jauh, saya cuma mikir, kalaupun kalah, saya enggak mau kalah begitu saja," tutur Gregoria.
"Pasti akan menyesal, apalagi jika tidak mencoba karena seperti yang sebelumnya saya bilang, saya ingin Olimpiade ini menjadi pembuktian diri bahwa saya bisa," lanjutnya.
Gregoria menambahkan dirinya merasa tertekan saat bertanding. Perasaan itu justru membuat permainannya tak begitu konsisten.
"Tapi, saya jadinya merasa tertekan di lapangan sehingga permainan saya kurang berkembang. Padahal, saya ingin all-out karena ini Olimpiade, empat tahun sekali," pungkasnya.
****
ADVERTISEMENT