Hendrawan: Prestasi Tunggal Putra RI Semestinya Jangan Dibilang Jelek

10 November 2022 20:09 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anthony Ginting di podium juara Hylo Open 2022, Saarlandhale Saarbrucken, Jerman, Minggu (6/11/2022). Foto: PBSI
zoom-in-whitePerbesar
Anthony Ginting di podium juara Hylo Open 2022, Saarlandhale Saarbrucken, Jerman, Minggu (6/11/2022). Foto: PBSI
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Legenda bulu tangkis Indonesia, Hendrawan, buka suara terkait performa tunggal putra 'Merah Putih'. Menurutnya, prestasi Anthony Ginting cs semestinya dibilang jelek.
ADVERTISEMENT
Tunggal putra Indonesia memang tengah didera inkonsistensi. Pada tahun ini, Anthony meraih dua gelar BWF World Tour, Hylo Open dan Singapore Open 2022.
Jonatan Christie berhasil menembus dua final, Swiss Open dan Korea Open, namun hanya memenangi yang pertama. Chico Aura di lain sisi memenangi Malaysia Masters 2022.
Pebulu tangkis tunggal putra Indonesia Jonatan Christie bersalaman dengan pelatihnya Irwansyah usai mengalahkan pebulu tangkis tunggal putra Cina Li Shi Feng dalam babak perempat final Piala Thomas 2022. Foto: M Risyal Hidayat/Antara Foto
Sementara itu, Shesar Hiren Rhustavito tak sekalipun menembus final. Selain Anthony, ketiganya tak jarang gugur di babak 32 besar atau 16 besar.
Hendrawan mengatakan performa tunggal putra Indonesia akan selalu dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Jadi, prestasinya tak boleh dihakimi.
"Generasi mereka adalah generasi yang akan selalu dibandingkan dengan generasi Taufik [Hidayat] karena Indonesia pernah mengalami generasi yang terbaik seperti generasi Taufik. Malaysia pun ada satu generasi seperti Lee Chong Wei," sambung pelatih tunggal putra Malaysia tersebut.
Mantan atlet bulu tangkis Indonesia, Hendrawan, di Tennis Indoor Senayan, Gelora Bung Karno, Jakarta, Kamis (10/11/2022). Foto: Jodi Hermawan/kumparan
Lebih lanjut, Hendrawan mengungkapkan untuk membiarkan tunggal putra Indonesia menulis sejarahnya sendiri. Ditambah lagi, prestasi ditentukan oleh atlet sendiri apakah ingin lebih tinggi atau tidak.
ADVERTISEMENT
"Kita enggak bisa mengharapkan, 'Oh Ginting, Jonatan, akan seperti Taufik, akan seperti generasi kita.' Biarkan mereka bicara karena proses itu, kita tak tahu. Mungkin suatu saat mereka akan lebih baik," ujar Hendrawan.
"Tapi, kan, masalahnya level mereka sampai hari ini, kalau mereka mau naik lagi, ditentukan oleh diri mereka sendiri. Kami pelatih [tugasnya] mendampingi.
"Karena levelnya mereka sudah sampai seperti ini, mereka mau menjadi juara atau juara dunia, Olimpiade, tinggal mereka sendiri mau atau tidak," tambahnya.