Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Resilience is futile. Sia-sia saja melawan. Semua akan Patriots pada akhirnya, pada ujungnya.
ADVERTISEMENT
The New York Times lewat penulisnya, Juliet Macur, menurunkan sebuah tulisan menarik jelang berlangsungnya Super Bowl LI, seri ke-51 Super Bowl yang mempertemukan New England Patriots dan Atlanta Falcons.
Tulisan tersebut menarik karena berusaha mendedah keras kepalanya pendukung Patriots terhadap fakta-fakta atas sejumlah kontroversi yang dijejalkan ke hadapan mereka. Tak peduli seberapa buruknya kontroversi itu, dan seberapa detail fakta yang disodorkan menelanjangi kontriversi tersebut, kebenaran yang hakiki bagi pendukung Patriots adalah yang ada dalam benak mereka.
Alternative fact.
Contoh: ketika Tom Brady, superhuman dan quarterback jagoan mereka, dilarang tampil empat pertandingan karena menggunakan bola yang dikempiskan —sehingga membuatnya lebih mudah dilempar—, pendukung Patriots tetap tak peduli. Bagi mereka, Brady tak bersalah.
ADVERTISEMENT
Spanduk-spanduk dukungan seperti “Free Brady!” pun marak. Seorang pendukung bahkan berkeyakinan bahwa Brady tidak ada hubungannya dengan bola yang dikempiskan itu. Sementara itu di San Francisco, ayah Brady menyebut hukuman untuk anaknya sebagai witch hunt dan tidak ada bukti langsung bahwa anaknya-lah yang mengempiskan bola itu.
Ini sama dengan pembelaan pendukung Patriots terhadap pelatih mereka, Bill Bellichick, ketika didenda hingga 500.000 dolar AS setelah memata-matai pelatih tim lawan. Bagi orang-orang di luar, Patriots adalah tim yang curang dan licik, tetapi bagi pendukungnya, mereka tidak pernah bersalah.
Maka, sia-sia sajalah melawan. Seperti halnya Falcons di Super Bowl LI, Senin (6/2/2017) pagi WIB.
Setelah bermain 0-0 —ya, tanpa ada touchdown— di kuarter pertama, Falcons membabat habis dengan 21-3 di kuarter kedua. Falcons mendapatkan dua touchdown dalam 10 kali play, sementara 3 poin Patriots di kuarter kedua itu hanya berasal dari field goal.
ADVERTISEMENT
Patriots tertinggal 25 poin di kuarter ketiga, tapi di sinilah keajaiban terjadi. Di kuarter terakhir, mereka mengejar poin Falcons dan memaksakan pertandingan dilanjutkan ke overtime setelah kedudukan sama kuat 28-28.
Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah Super Bowl sebuah pertandingan dilanjutkan ke babak tambahan.
Keajaiban lain pada pertandingan tersebut adalah ketika Patriots tertinggal 20-28 di kuarter keempat, dan waktu tinggal tersisa sekitar dua menit, receiver mereka, Julian Edelman, sukses menangkap bola untuk mendapatkan first down. Padahal, posisi Edelman tidak menguntungkan dan ia harus berebut dengan tiga pemain Falcons.
Patriots akhirnya menang dengan kedudukan 34-28.
“Saya tak percaya ia bisa melakukannya. Saya kira, itu adalah salah satu tangkapan terbaik yang pernah ada. Saya yakin, dia pasti juga tidak tahu bagaimana mungkin ia bisa menangkap bolanya,” ujar Brady seperti dilansir BBC.
ADVERTISEMENT
Di overtime, Patriots membalikkan keadaan lewat run sejauh 2 yard dari James White. Gelar Super Bowl kelima pun mereka dapatkan. Bagi Falcons, ini adalah kekalahan yang memilukan. Keunggulan 25 poin itu, seperti halnya racauan yang menyebut Patriots adalah tim yang suka curang, hilang dan lenyap begitu saja. Tidak diindahkan oleh Patriots dan pendukungnya.
Kemenangan tersebut juga membuat Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, angkat bicara: “Comeback dan kemenangan yang luar biasa dari Patriots. Tom Brady, Tom Kraft, dan Coach B benar-benar seorang pemenang. Wow!”
Wajar, Trump sendiri memang amat dekat dengan Kraft, pemilik Patriots itu.