Inilah Zion Williamson: Si Anak Mami yang Bikin Geger Dunia Basket

21 Juni 2019 14:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Zion Williamson beraksi untuk Duke Blue Devils. Foto: USA Today Sports/Reuters/Geoff Burke
zoom-in-whitePerbesar
Zion Williamson beraksi untuk Duke Blue Devils. Foto: USA Today Sports/Reuters/Geoff Burke
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
ESPN menyebutnya Human Highlight Reel, julukan yang dulu pernah disandang oleh Dominique Wilkins. Kevin Durant mendeskripsikannya sebagai atlet yang hanya muncul satu kali di setiap generasi. Lalu, tak sedikit pula yang memprediksi dirinya bakal bisa berada selevel dengan LeBron James. Namun, bagi sang ibu, Zion Williamson adalah seorang bayi besar.
ADVERTISEMENT
NBA Draft 2019 yang dimulai pada Jumat (21/6/2019) pagi WIB telah berakhir dan Williamson dipastikan bakal membela New Orleans Pelicans musim depan. Pebasket 18 tahun itu terdaftar sebagai pilihan pertama dalam draft tersebut dan Pelicans, yang memang memiliki hak untuk mengontrak pemain terbaik di draft kali ini, memilih dirinya.
Alih-alih berjingkrak atau berteriak kegirangan usai menjadi pilihan pertama Pelicans, Williamson memeluk ibunya, Sharonda Sampson, dengan hangat. Ketika diwawancarai setelah itu, air mata haru meleleh di pipinya. Dengan cara itulah Williamson, si anak mami, mengungkapkan rasa bahagianya. Mimpi yang sudah dia rancang sejak berumur 5 tahun itu akhirnya terwujud.
***
Untuk sosok semuda dirinya, mitos yang berkembang di sekeliling Zion Williamson sudah sangat banyak. Kisah yang dituturkan Lee Sartor, misalnya, tentang bagaimana Williamson mampu melempar bola football sejauh 70 yard dan memukul bola bisbol sampai 400 yard, bisa jadi contoh terbaik.
ADVERTISEMENT
Sartor tidak mengada-ada. Dia adalah pelatih Williamson semasa SMA dan bisa dipercaya telah menyaksikan berbagai hal tak masuk akal yang pernah diilakukan sang pebasket. Lagipula, sulit untuk tidak percaya bahwa Williamson memang sehebat itu. Dari cuplikan-cuplikan permainannya saja sudah bisa dilihat betapa spesialnya seorang Williamson.
Prospek terbaik di NBA Draft 2019, Zion Williamson. Foto: ANDY LYONS / GETTY IMAGES NORTH AMERICA / AFP
Nama Williamson mencuat pada musim basket 2018/19 lalu. Bermain untuk Duke Blue Devils di bawah asuhan Coach K —Mike Krzyzewski, mantan pelatih Timnas Basket Amerika Serikat, Williamson menjelma menjadi Human Highlight Reel tadi. Aksi-aksinya begitu mencengangkan dan mampu mencuri hati banyak orang dengan seketika.
Untuk ukuran pebasket sekalipun, tubuh Williamson tergolong besar sekali. Tingginya memang 'hanya' ada di kisaran 6 kaki dan 7 inci (2,01 meter), tetapi bobot tubuhnya mencapai angka 129 kg. Dengan postur demikian, Williamson pun tampak begitu menonjol di antara para pemain universitas lainnya.
ADVERTISEMENT
Meski punya postur teramat besar, Williamson sangatlah lincah. Larinya cepat, pergerakan kakinya begitu halus, dan kemampuan kontrol bolanya masuk kategori jempolan. Meski berpostur seperti seorang power forward, dia mampu bermain seperti seorang guard. Tak jarang, untuk melewati lawan, Williamson menggunakan Euro Step yang awalnya merupakan senjata andalan pemain-pemain kecil.
Williamson adalah pemain yang eksplosif tetapi memiliki kekuatan begitu besar. Dia mampu membuka ruang sendiri lewat kemampuan penetrasi, tetapi juga punya kecerdasan taktikal tinggi lewat berbagai aksi pick and roll. Visi bermainnya juga luar biasa di mana dia kerapkali berpikir beberapa langkah lebih maju dari pemain-pemain lainnya.
Tak cuma itu, selain memiliki teknik, fisik, dan kecerdasan taktikal, Williamson juga sosok yang mau melakukan 'hal-hal kotor'. Dia tak segan mengejar lawan yang melakukan fastbreak. Menekan lawan sampai mereka membuat kesalahan juga masuk dalam daftar hal yang kerap dilakukan oleh Williamson bersama Duke.
ADVERTISEMENT
Zion Williamson akan perkuat New Orleans Pelicans pada NBA musim 2019/20. Foto: USA Today Sports/Reuters/Brad Penner
Berbagai atribut itulah yang membuat Williamson menjadi pemain nyaris sempurna. Memang, masih ada beberapa kekurangan dalam permainannya seperti akurasi tembakan dan disiplin posisional dalam bertahan. Akan tetapi, di usianya yang masih begitu muda, diprediksi bahwa segala kekurangan itu akan bisa ditutupi Williamson di masa depan.
Kemampuan ciamik Williamson itu pun terejawantahkan dalam statistik permainan yang dia torehkan pada musim 2018/19. Walaupun gagal membawa Duke jadi juara kompetisi NCAA Basketball, Williamson tetap mampu mencatatkan angka-angka yang bisa membuat siapa pun berdecak kagum.
Musim lalu Williamson bermain dalam 33 pertandingan. Dari sana, dia bisa membukukan 22,6 poin per gim, 8,9 rebound per gim, 2,1 assist per gim, 68% akurasi field goal, 33,8% akurasi tembakan tiga angka, dan 64% akurasi lemparan bebas. Belum sempurna, memang, tetapi tetap saja masuk kategori luar biasa.
ADVERTISEMENT
Segala torehan itu pun dilakukan Williamson dengan cara-cara yang menyegarkan mata. Itulah mengapa dia disebut sebagai Human Highlight Reel dan mengapa dirinya disebut-sebut sebagai pebasket terbaik di generasinya. Pelicans, meskipun harus kehilangan Anthony Davis yang hijrah ke Los Angeles Lakers, beruntung bisa mendapatkan jasa Williamson.
***
Bagi Williamson, apa yang dia dapatkan saat ini sudah direncanakan sejak dirinya masih berusia 5 tahun. Di saat anak-anak seumurannya masih bercita-cita menjadi anggota Power Rangers, dia sudah menetapkan hati ingin bermain basket di level universitas.
Cita-cita ini tidak datang dengan tiba-tiba karena dia sendiri berasal dari keluarga olahraga. Sang ibu dulunya merupakan bintang atletik level universitas, sang ayah, Lateef Williamson, adalah mantan pemain football, sementara ayah tirinya, Lee Anderson, pernah merasakan kompetisi basket universitas.
ADVERTISEMENT
Tiga orang itu masing-masing punya kontribusi bagi Williamson. Ayah biologisnya mewariskan postur tinggi besar, sang ibu adalah pelatih Williamson di bangku SMP dulu dan mewariskan kemampuan melompat tinggi, sementara sang ayah tiri mengajarkan teknik basket kepadanya sejak masih belia.
Postur adalah kelebihan terakhir yang datang kepada Williamson. Sebelumnya, dia tumbuh besar seperti anak-anak kebanyakan. Itulah mengapa, ketika Williamson masih kecil dulu, Anderson lebih memilih untuk mempersiapkannya jadi seorang point guard. Hal ini berlangsung sampai dirinya berusia 15 tahun.
Pada usia 15 tahun, segalanya berubah bagi Williamson karena di sinilah dia mengalami pertumbuhan kilat yang membuatnya jadi sebesar sekarang. Pada saat itu, dia sudah memiliki atribut-atribut penting seorang guard seperti kontrol bola, kemampuan mengumpan, serta kelincahan bergerak untuk mencari ruang. Ketika tubuhnya tiba-tiba membesar, Williamson secara khusus melatih kemampuan dunk untuk melengkapi arsenalnya.
ADVERTISEMENT
Dalam perkembangannya, dunk menjadi salah satu senjata andalan Williamson. Orang-orang pun banyak yang mengenal dirinya karena kemampuan ini. Akan tetapi, si pemain sendiri sebetulnya tidak suka jika dikenal sebagai seorang ahli dunk. Sebab, reputasi itu akan membuat hal-hal lain yang dia lakukan jadi seperti tak berarti.
Dengan demikian, di masa SMA pun Williamson sebetulnya sudah memiliki segudang potensi. Akan tetapi, kemampuannya tidak langsung mendapat pengakuan. Sebab, Spartanburg Day School yang merupakan tempatnya menuntut ilmu itu tidak dikenal akan prestasi olahraga, melainkan prestasi akademis. Itulah yang awalnya membuat Williamson sulit mendapatkan universitas idaman.
Namun, seiring berjalannya waktu, Williamson mampu meningkatkan prestasinya. Dia pun lulus dari SMA dengan status menyandang gelar All-American. Ketika hal itu sudah diraih, tawaran pun semakin banyak. Bahkan, ada sebuah universitas yang sampai menawarinya beasiswa football. Di tengah banjir tawaran tadi, Williamson memilih Duke yang memiliki reputasi serta pelatih hebat.
ADVERTISEMENT
Di bawah asuhan Coach K dan bantuan rekan-rekan setim yang tak kalah hebatnya macam R.J. Barrett dan Cam Reddish —keduanya juga bagian dari NBA Draft 2019, Williamson menjelma jadi fenomena yang sesungguhnya. Kehadirannya pun memunculkan hype yang belum pernah terlihat lagi sejak kemunculan James pada 2003.
Di NBA nanti, Williamson pun bakal berada di tim yang tepat untuk berkembang. Sebagai ganti Davis, Pelicans mendapatkan pemain-pemain macam Lonzo Ball, Brandon Ingram, dan Josh Hart. Pelicans pun masih memiliki nama-nama berkualitas dalam diri Jrue Holiday dan Jahill Okafor.
Tidak ada bintang besar di Pelicans tetapi kualitas skuat mereka cukup mumpuni untuk setidaknya mencapai babak playoff. Dengan lingkungan seperti itu, Williamson diprediksi akan mendapat menit bermain yang banyak. Dia pun memiliki potensi besar untuk menggegerkan NBA dalam waktu singkat.
ADVERTISEMENT