Jonatan Christie Diperlakukan Tak Adil di Olimpiade, PBSI Protes ke BWF

17 Juli 2024 15:26 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ekspresi Jonatan Christie saat melawan Leong Jun Hao asal Malaysia dalam partai 32 besar Indonesia Open 2024 di Istora Senayan, Jakarta, pada Rabu (5/6/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ekspresi Jonatan Christie saat melawan Leong Jun Hao asal Malaysia dalam partai 32 besar Indonesia Open 2024 di Istora Senayan, Jakarta, pada Rabu (5/6/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
PBSI menilai bahwa Jonatan Christie telah diperlakukan tak adil di Olimpiade 2024 Paris. Ini berkaitan dengan jadwal pertandingan Jonatan, sehingga PBSI protes ke BWF.
ADVERTISEMENT
Jonatan Christie berstatus unggulan ketiga di Olimpiade 2024. Berdasarkan hasil undian, Jonatan masuk ke dalam Grup L yang berisikan 4 pemain.
Dari total 13 grup yang ada, Grup L dan Grup P adalah grup yang berisikan 4 pemain, sedangkan sisanya berisi 3 pemain. Kondisi Jonatan yang masuk grup berisikan 4 pemain dianggap merugikan oleh PBSI.
PBSI membandingkan situasi Jonatan dengan Anders Antonsen selaku unggulan keempat yang masuk grup berisi 3 pemain. Jadi, jumlah pertandingan Jonatan akan lebih banyak ketimbang Antonsen.
Jonatan Christie saat melawan pemain Denmark Anders Antonsen. Foto: Yohan Nonotte/Badmintonphoto/BWF
Hanya juara dari masing-masing grup yang akan melaju ke fase gugur. PBSI juga menyoroti bahwa Antonsen akan bye jika melaju ke fase gugur.
"Sebagai unggulan ketiga, Jojo, panggilan akrab Jonatan, tidak mendapatkan keuntungan dibandingkan pemain Denmark, Anders Antonsen, yang menempati seeded keempat. Jonatan yang bakal berlaga di Grup L harus bermain 3 kali di fase grup dan tidak mendapatkan bye pada babak 16 besar. Sedangkan Antonsen yang bakal berlaga di Grup E hanya bermain 2 kali di fase grup dan mendapatkan bye hingga langsung main di perempat final," terang PBSI dalam keterangan resmi, Rabu (17/7).
ADVERTISEMENT
"Dengan kata lain, Jojo harus bertanding 7 kali jika sampai ke final, sementara Antonsen hanya 5 kali saja," tambah PBSI.
Maka dari itu, PBSI memprotes hal ini. Kepala Bidang Hubungan Luar Negeri PP PBSI, Bambang Roedyanto, telah mengajukan protes resmi ke BWF soal ketidakadilan yang diterima Jonatan Christie.
Ilustrasi BWF. Foto: farzand01/Shutterstock
Namun, sudah tidak mungkin dilakukan pengundian ulang. Jadi, PBSI meminta supaya BWF mengatur jadwal pertandingan untuk Jonatan bisa pas dan tidak terlalu padat.
"PBSI juga menyarankan supaya penggunaan sistem pertandingan yang tidak adil ini tidak dipakai lagi pada turnamen-turnamen selanjutnya," tegas PBSI.
"Dalam surat elektronik yang diterima, PBSI, BWF telah memberikan jawaban bahwa kondisi yang tidak menguntungkan Jojo ini merupakan hasil drawing. Mereka berjanji akan melakukan evaluasi soal drawing ini. BWF juga berjanji untuk mengatur jadwal yang pas antarpertandingan. Hal ini gara para pemain di Grup L mendapatkan istirahat yang cukup," tandas mereka.
ADVERTISEMENT