Kabaddi dan Perubahan Jalan Hidup Nyoman Tos Pasek

26 Agustus 2018 13:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
I Nyoman Tos Pasek Wiguna di laga vs Malaysia. (Foto:  INASGOC/Syaiful Arif)
zoom-in-whitePerbesar
I Nyoman Tos Pasek Wiguna di laga vs Malaysia. (Foto: INASGOC/Syaiful Arif)
ADVERTISEMENT
I Nyoman Tos Pasek Wiguna mengangkat tangan kanan sambil mengacungkan jari telunjuknya. Mereka yang awam soal kabaddi, mungkin tak paham dengan apa yang menjadi maksud Tos.
ADVERTISEMENT
Yang jelas, beberapa saat setelahnya, wasit memberikan satu poin untuk Indonesia. Pemain Jepang, lawan tim kabaddi putra Indonesia pada Senin (20/8/2018) , langsung menunjukkan gesture tak percaya.
Tos adalah satu dari sekian pemain tim putra kabaddi Indonesia. Di Asian Games 2018, ia menjadi salah satu sosok atlet yang paling muda. Hingga hari ketiga kabaddi digelar, ia baru berusia 20 tahun.
Hingga laga terakhir fase grup, Tos adalah andalan Indonesia untuk menyerang lawan—atau yang dalam kabbadi disebut raider. Di balik tubuh besarnya, tampak bagaimana ia amat lincah dan pandai melakukan pergerakan-pergerakan tak terduga.
Perkenalan Tos dengan kabaddi bisa disebut tak sengaja. Kepada kumparanSPORT, ia mengatakan bahwa ia mulai jatuh cinta saat ada seminar mengenai kabaddi yang digelar oleh almamaternya, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.
ADVERTISEMENT
“Semua bermula saat ada seminar mengenai kabaddi di kampus. Setelahnya, dosen saya, Kadek Yogi Parta Lesmana, mengumumkan bahwa ada seleksi untuk kabaddi yang bakal digelar di Pekan Olahraga dan Seni Bali,” katanya kepada kumparanSPORT.
“Saran beliau saya pertimbangkan. Selang beberapa hari, saya mendaftar seleksi untuk masuk tim kabaddi. Beruntung, saya lolos semua tahap seleksi dan akhirnya punya kesempatan untuk bergabung dengan Tim Nasional Kabaddi Putra Indonesia.”
Nggak ada pikiran sebelumnya bisa bergabung di Timnas Kabaddi. Menurut saya, sih, saya beruntung sekali. Sebelumnya, yang ada di pikiran saya hanya mengikuti seleksi dengan baik dan malah diterima.”
Menjadi atlet level nasional lantas mengubah hidup Tos dengan sedemikian pesat. Ia mengakui bahwa menjadi orang dengan nama besar mengubah kehidupannya, baik dari lingkaran keluarga dan pertemanan, hingga secara mental.
ADVERTISEMENT
“Saya merasakan itu sejak melakoni pemusatan latihan dan meninggalkan kelas beberapa kali atau bahkan hampir sebulan. Saat kembali ke sekolah, saya merasa agak canggung dan mulai merasakan: Gini, ya, rasanya jadi atlet nasional."
Tim Kabaddi Putra Indonesia bertanding melawan Nepal. (Foto: Syaiful Arif/Antara)
zoom-in-whitePerbesar
Tim Kabaddi Putra Indonesia bertanding melawan Nepal. (Foto: Syaiful Arif/Antara)
Tak selang lama sejak mendapat kehormatan menjadi atlet, Tos dan kawan-kawannya menerima tantangan berat. Permintaan Pengurus Besar Federasi Olahraga Kabaddi Seluruh Indonesia (PB FOKSI) agar Indonesia tampil apik diiringi sebuah keputusan besar: Merekrut pelatih asing.
Chhaju Ram Goyat akhirnya menjadi pilihan Indonesia untuk menjadi nakhoda tim putra dan putri. Di negara pusatnya kabaddi, India, Ram Goyat dikenal sebagai salah satu pelatih paling senior dan terkenal.
“Pelatih punya banyak pengaruh ke permainan kami. Saat pertandingan, ia bisa memperlihatkan dukungan yang teramat besar kepada kami. Namun, saat melakoni latihan, ia bisa menjadi orang yang 180 derajat.”
ADVERTISEMENT
“Satu hal yang saya catat dari pelatih adalah soal kedisiplinan. Ia amat menghargai waktu dan semua hal yang telah ditetapkan. Satu bukti bagaimana ia mendisiplinkan anak asuhannya, ya, dengan menyuruh kami mengumpulkan telepon genggam.”
“Adanya pelatih asing juga membuat kami termotivasi. Kedatangannya membuat kami, secara tidak langsung, meningkatkan motivasi untuk memenangi pertandingan. Ya, buat apa ada pelatih asing kalau cara bermain kami masih tak sesuai dengan apa yang diharapkan.”
Pemain kabaddi Indonesia, I Nyoman Tos Pasek Wiguna (25/8/18). (Foto: Abrar Firdiansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pemain kabaddi Indonesia, I Nyoman Tos Pasek Wiguna (25/8/18). (Foto: Abrar Firdiansyah/kumparan)
Tos kemudian bercerita bahwa Ram Goyat punya prinsip untuk tetap dekat dengan anak asuhnya. Menurut pria kelahiran Denpasar ini, Ram Goyat selalu berupaya untuk menjaga keharmonisan skuat asuhannya.
“Dari sarannya, kami punya komitmen untuk meraih hasil memuaskan dengan meraih medali di Asian Games 2018. Kami juga punya rencana untuk liburan seusai Asian Games 2018 demi mengistirahatkan tubuh yang tak berhenti digembleng ini,” pungkas Tos.
ADVERTISEMENT
Harapan Tos dan rekan setimnya untuk berlibur bisa jadi bakal terlaksana karena Asian Games tinggal menghitung hari. Namun, harapannya untuk mempersembahkan medali akhirnya pupus, karena Indonesia gagal lolos dari fase grup.