Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Hasil ini membuat jagat bulu tangkis Indonesia harus menunggu lebih lama lagi untuk melahirkan juara tunggal putra di Jepang Terbuka. Terakhir kali gelar itu diamankan Sony Dwi Kuncoro pada 2008.
Tapi, bukan berarti keberhasilan menjejak final Jepang Terbuka 2019 kali ini tidak bisa diartikan sebagai penanda baik. Jika melihat Jepang Terbuka edisi 2018 dan 2017, langkah Jonatan tak bisa lebih panjang daripada babak pertama.
Di hadapan pendukung sendiri, Momota tidak membuka laga dengan impresif. Servis yang dilakoninya malah berujung angka bagi sang lawan. Apa boleh buat, Momota melakukan kesalahan pengamatan shuttlecock yang dikirim Jonatan.
Torehan poin perdana bagi Jonatan itu menyentak supoter menyerukan 'Indonesia! Indonesia!' di Musashino Forest Sport Plaza, Tokyo. Luar biasa benar suporter Indonesia ini. Mau bertanding di mana pun selama bisa dijangkau, tetap saja bersuara riuh.
ADVERTISEMENT
Suaranya jelas kalah semarak dengan Istora GBK. Tapi, siapa tahu bisa mengingatkan Jonatan bahwa di Court 1 hari ini, di laga puncak di 'Negeri Sakura' pun, ia tak sendirian.
Riuh tadi berganti dengan tarikan napas berjamaah tak lebih dari dua menit berselang. Reli yang terdiri dari 53 pukulan ketika Jonatan memimpin tipis 3-2 tidak dipenuhi dengan smash-smash keras. Hanya sesekali Momota melepaskan lesakan kencang bagi Jonatan. Barangkali, Momota ingin menguras tenaga Jonatan lebih dulu.
Namun, yang dibangun Jonatan adalah benteng pertahanan, bukannya istana pasir. Berulang kali mencari celah, berulang kali pula serangan Momota buntu.
Sial bagi Momota karena ia kembali melakukan kesalahan pengamatan dalam adu drive. Mengira shuttlecock kiriman Jonatan tak bisa melintasi net, Momota tidak merespons pengembalian Jonatan.
ADVERTISEMENT
Ternyata Momota bertepuk sebelah tangan. Angka justru menyelinap ke kantong Jonatan karena shuttlecock tetap jatuh ke bidang permainan Momota.
Yang mesti ingat betul, status peringkat satu dunia itu tidak didapat Momota dengan membalikkan telapak tangan. Ada proses panjang, ada jatuh-bangun yang tak ada habisnya. Rangkaian penempaan itu membuat Momota tak lekas menundukkan diri di hadapan keunggulan lawan.
Meski tertinggal 2-5, Momota tidak mati kutu. Agresivitas melecut Momota dalam mendulang angka. Ia bukan hanya paham kapan harus melepas pukulan kencang dan tanggung, tapi juga cerdik memancing Jonatan melakukan kesalahan sendiri.
Hasilnya tak mengecewakan, Momota mampu memimpin 7-5. Pun demikian di luar kurun tadi. Dalam kedudukan 7-7, misalnya. Permainan depan net membikin Jonatan mati langkah.
ADVERTISEMENT
Jonatan memang bisa menjawab. Istilahnya, mata ganti mata, netting ganti netting. Jonatan menyamakan kedudukan menjadi 8-8 lewat permainan depan net yang membuat Momota membikin eror.
Masalahnya, Momota juga belum kehilangan akal untuk merengkuh angka. Dua serangan yang menyasar area yang tak terjangkau pukulan forehand Jonatan memberi dua poin tambahan, mengubah kedudukan 8-8 menjadi 10-8.
Itu belum ditambah dengan kesalahan Jonatan . Jumping smash yang kehilangan akurasinya sehingga cuma bisa membenturkan shuttlecock ke net. Alhasil, Momota menutup interval dengan keunggulan 11-8.
Kejelian Momota melihat celah dalam pertahanan Jonatan adalah kualitas yang brilian. Salah satu kasusnya muncul ketika Momota menyegel keunggulan 13-10.
Menyambut pengembalian tanggung Jonatan, Momota melepaskan jumping smash dari area baseline ke sisi kiri pertahanan Jonatan yang tak terkawal sehingga juara tunggal putra Asian Games 2018 itu tak berhasil menjangkau shuttlecock.
ADVERTISEMENT
Keberhasilan Momota melepaskan serangan yang demikian juga dibidani oleh permainan Jonatan sendiri. Pengembalian tanggung tadi diarahkan Jonatan tepat ke sisi forehand Momota. Manuver demikian sama saja membuka jalan bagi Momota untuk meraih poin.
Kematangan taktik seperti itu ibarat pelontar yang kuat bagi Momota untuk mendulang keunggulan hingga 19-14. Sudah begitu, Jonatan juga kerap melakukan kesalahan sendiri yang mirip-mirip. Termasuk saat Momota merengkuh game point 20-14. Smash jauh Jonatan dinyatakan fault karena tak berhasil keluar dari bidang permainannya sendiri.
Kemenangan 21-16 di gim pertama memberi keleluasaan bagi Momota untuk mengembangkan permainannya sendiri. Dengan cepat ia memimpin 7-4 di gim kedua. Bahkan, empat angka melayang ke Momota karena eror Jonatan.
Asa Jonatan untuk lepas dari tekanan Momota belum lindap benar. Jonatan berhasil memangkas jarak menjadi 7-8 lewat pukulan tricky dari depan net. Pun demikian ketika Momota melakukan eror sehingga menggeser papan skor menjadi 8-9.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, Momota kembali menutup interval dengan keunggulan 11-8 berkat keberhasilannya memenangi dua poin beruntun. Satu poin didapat via serangan mendadak yang tak terbaca Jonatan. Sementara, kelahiran poin kedua dibidani oleh kesalahan Jonatan.
Momen-momen ini juga menegaskan bahwa pengembalian servis Jonatan mesti dibenahi. Usai interval, dua angka beruntun diraih Momota lewat skenario itu.
Momota benar-benar menggila di gim kedua. Visi permainannya jelas betul. Ia paham ke mana harus mengarahkan shuttlecock dan tahu kapan harus bertahan. Sebaliknya, Jonatan sering keliru dalam menetapkan target. Seringnya, target yang disasar Jonatan adalah area yang menjadi kekuatan Momota.
Berangkat dari sini, Momota kian mendominasi. Ia mengamankan keunggulan 17-8 meski satu backhand keras Jonatan memutus torehan delapan poin beruntun tadi, menggiring skor pada kedudukan 17-9.
ADVERTISEMENT
Misi Momota untuk mempertahankan gelar juara urung terwujud meski ia sudah mengamankan match point 20-11. Dua angka melayang ke tangan Jonatan dengan dua skenario berbeda. Pertama, via smash menyilang yang membuat Momota terjerembap. Kedua, via kesalahan Jonatan sendiri.
Namun, dua pon itu cuma penundaan sekejap. Pengembalian kencang Jonatan kembali menjadi bumerang karena hanya membuat shuttlecock mencium net. Bagi Jonatan, ini kehilangan poin yang fatal. Bagi Momota, inilah kepastian bahwa gelar juara Jepang Terbuka urung berpindah dari tangannya.