Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Sabar, sabar... Menjadi ekspresi paling tepat untuk diberikan kepada kepada New York Knicks atas segala ambisi dan rencana besar mereka yang rontok di tengah jalan. Pasalnya, para pemain yang jadi incaran untuk membangun era baru di musim 2019/20, justru memilih mengenakan seragam tim lain.
ADVERTISEMENT
Bukan rahasia umum Knicks (sangat) ingin kembali berjaya di liga basket NBA. James Dolan, si pemilik tim, sudah gembar-gembor bahwa serampungnya musim 2018/19, dirinya berkomitmen membuat Knicks tak lagi menjadi tim semenjana yang cuma berkutat di papan bawah.
Bagaimana Knicks bisa disebut sebagai tim cupu terlihat dari prestasi mereka di dua dekade ke belakang. Setelah menjadi juara Wilayah Timur pada 1998/99, Knicks tak pernah lagi melangkah lebih jauh. Prestasi terbaik mereka cuma semifinal Wilayah Timur 2012/13.
Kian turun saja performa Knicks setelah 2012/13 itu. Dalam enam musim selanjutnya atau sampai 2018/19, Knicks tak pernah lolos ke babak play-off. Sebuah catatan buruk buat tim dengan koleksi dua gelar trofi Larry O’Brien dan bermarkas di Madison Square Garden, yang dijuluki sebagai ‘Mecca of Basketball’ itu.
ADVERTISEMENT
Segala upaya sudah dilakukan Knicks seperti melepas Carmelo Anthony pada 2017 dan menjadikan Kristaps Porzingis sebagai harapan baru. Alih-alih menjadi tumpuan, Porzingis justru dilepas ke Dallas Mavericks pada tengah musim 2018/19 karena sang pemain menderita cedera ACL.
Datanglah Dennis Smith Jr dan DeAndre Jordan sebagai bagian dari pertukaran. Namun, hadirnya dua sosok itu tak cukup mengangkat performa tim. Knicks pada akhirnya menyelesaikan musim reguler 2018/19 sebagai juru kunci Wilayah Timur dengan rekor 65 kekalahan dan cuma 17 kali menang (raihan terburuk di antara 30 tim NBA).
Berangkat dari sederet rapor merah itu, Knicks mengusung target pembenahan skuat sebelum memulai musim depan. Namun, impian tetap berada di ranah angan-angan karena sejak NBA Draft 2019 berlangsung, dan masa free agency dibuka pada 30 Juni lalu, satu per satu incaran mereka berpaling.
ADVERTISEMENT
Tak Mendapat Zion Williamson di NBA Draft
Nama Zion Williams sudah muncul jauh-jauh hari sebelum waktu pemilihan dimulai. Jebolan Duke University itu diproyeksikan menjadi pick pertama dan Knicks sebagai tim dengan rekor kekalahan terburuk berpotensi mendapatkan jasanya.
Namun, karena penentuan urutan memilih sekarang dilakukan lewat undian (lottery pick), Knicks kudu rela melihat New Orleans Pelicans menjadi tim yang berhak memilih pertama. Benar saja, Pelicans pada akhirnya resmi mendapatkan jasa Williams.
Draft yang didapat Knicks sebetulnya tak jelek karena bisa memilih rekan Williams, RJ Barret, di urutan ketiga. Barret umumnya berposisi di daerah wing (shooting guard/small forward) dan punya kemampuan apik mencetak angka.
Tinggi Barret mencapai 6,7 kaki (204 sentimeter) dengan jangkauan tangan mencapai 6,10 kaki. Tak mengherankan jika Barret dinilai punya kemampuan rebound dan bertahan ciamik. Tengok saja statistiknya dengan rata-rata 22,6 poin dan 7,6 rebound per pertandingan.
ADVERTISEMENT
Kevin Durant dan Kyrie Irving Memilih Brooklyn
Keapesan berikutnya terjadi baru-baru ini. Durant dan Irving yang bebas pergi ke tim mana pun, justru memilih Brooklyn Nets sebagai pelabuhan baru. Padahal, sudah sejak Mei lalu Knicks santer dikabarkan sebagai tim terdepan untuk mendapat tanda tangan dua sosok tersebut.
Durant, seperti dilaporkan ESPN, sudah menyepakati kontrak berdurasi empat tahun dengan biaya 161 juta dolar AS dengan Nets. Sementara, Irving pergi dari Boston Celtics dengan durasi kontrak sama senilai 141 juta dolar AS. Knicks semakin sial karena DeAndre Jordan ikut-ikutan pindah ke Nets dengan kontrak 40 juta dolar AS.
Menurut laporan New York Post, alasan Durant dan Irving memilih Nets adalah prospek lebih cerah yang mereka lihat ketimbang bergabung ke Knicks. Nets sudah menunjukkan kemajuan musim lalu dengan menempati peringkat enam Wilayah Timur, meski cuma sampai di ronde pertama play-off.
ADVERTISEMENT
Dengan kata lain, keberadaan pemain-pemain berstatus pondasi tim macam LeVert, Spencer Dinwiddie, Joe Harris, Jarrett Allen, hingga Rodions Kurucs di Nets lebih menjanjikan prestasi daripada skuat yang dimiliki Knicks saat ini.
***
Kegagalan beruntun mendapatkan pemain incaran berlabel atau punya prospek jadi bintang tak bikin Knicks gigit jari. Terlebih, sebelum NBA musim 2019/20 dimulai, Knicks masih punya peluang untuk menggaet beberapa pemain potensial untuk melanjutkan ambisi membangun ulang tim.
Knicks menunjukkan hasrat tetap hidup dengan mengontrak Julius Randle dari Pelicans selama tiga tahun, Taj Gibson dan Bobby Portis (Chicago Bulls) selama dua tahun. Ketiganya merupakan pemain dengan postur mumpuni untuk mengisi posisi 4 dan 5.
Meski curriculum vitae-nya tak terlalu mentereng, kehadiran mereka setidaknya bisa melengkapi skuat yang sudah ada. Durasi pembangunan tim yang berpotensi lebih lama karena tak ada pemain label bintang pun tak jadi persoalan buat Presiden Knicks, Steve Mills.
ADVERTISEMENT
Celtics, Philadelphia 76ers, Clippers, hingga Denver Nuggets bisa dijadikan acuan karena melewati fase cukup lama untuk mengembalikan kejayaan. Memang belum terlihat hasilnya jika trofi juara sebagai acuannya. Tapi jika progres yang menjadi dasarnya, Knicks sudah berada di langkah yang benar seperti tim yang disebutkan tadi.
“Kami mengerti beberapa penggemar Knicks kecewa dengan berita malam ini (Irving dan Durant), tetapi kami akan terus optimistis dan (masih) percaya diri dengan rencana membangun ulang Knicks supaya bisa bersaing merebut gelar juara di masa datang, lewat draft maupun masa free agency,” kata Mills.