Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Ketika Real Madrid Menjadi Korban Kesuksesannya Sendiri
29 November 2017 12:22 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB

ADVERTISEMENT
"Saya tidak butuh pemain lagi. Lihat saja skuat kami. Kami sudah siap," kata Zinedine Zidane empat hari sebelum bursa transfer musim panas lalu ditutup. Dan benar saja. Sampai akhirnya tenggat itu tiba, tidak ada lagi pemain yang didatangkan oleh El Real.
ADVERTISEMENT
Tiga bulan setelah Zidane meyakinkan dirinya dan semua pihak bahwa Real Madrid sudah siap, kenyataan justru berkhianat. Meski mereka masih berada di papan atas, Cristiano Ronaldo cs. sampai detik ini masih belum mampu menunjukkan bahwa mereka sanggup bersaing dengan Barcelona, bahkan Valencia yang semestinya tak pernah masuk hitungan.
Sejarah memang tidak berpihak kepada Real Madrid. Kini, mereka sudah tertinggal delapan angka dari Barcelona dan dalam sejarah, mereka belum pernah berhasil membalikkan keadaan setelah tertinggal dengan jarak sejauh itu. Artinya, jika anomali-anomali tak dihitung, habis sudah kans Real Madrid di La Liga.
Jika dibandingkan dengan apa yang mereka raih musim lalu pada titik yang sama, Real Madrid memang terlihat betul mengalami penurunan. Saat ini, mereka sudah menjalani 13 pertandingan dan dari sana, meraih 8 kemenangan, mendapat 3 hasil imbang, serta menderita 2 kekalahan. Hasilnya, "hanya" 27 poin yang berhasil didapat dan mereka pun terdampar di urutan keempat.
ADVERTISEMENT
Sedangkan, pada musim lalu, dari 13 laga mereka menang 10 kali, bermain imbang 3 kali, dan tidak terkalahkan. Dengan 33 poinnya, mereka pun duduk nyaman di puncak klasemen.
Lalu, selain poin, hal lain yang berkurang drastis dari Real Madrid adalah perolehan gol. Pada musim lalu, dari 13 laga mereka berhasil mencetak 32 gol (2,46 gol per laga). Sedangkan, saat ini mereka baru mengemas 25 gol (1,92 gol per laga). Adapun, kualitas pertahanan mereka tidak berubah karena baik musim ini maupun musim lalu, setelah 13 pertandingan, mereka baru kemasukan 11 gol.
Dari angka-angka di atas, bisa ditarik sebuah hipotesis bahwa sejatinya, Real Madrid mendulang poin yang lebih sedikit dibanding musim lalu karena daya gedor mereka menurun.
ADVERTISEMENT
Musim ini, Real Madrid memang kehilangan dua sosok pemain ofensif andal dalam diri Alvaro Morata dan James Rodriguez. Morata dilepas ke Chelsea, sementara James dipinjamkan selama dua musim ke Bayern Muenchen. Tak cuma itu, Los Blancos juga praktis hampir tidak pernah mendapat jasa dari Gareth Bale yang terus berkutat dengan cedera.

Celakanya, hal tersebut justru berbarengan dengan mandulnya Ronaldo serta Karim Benzema di ajang La Liga. Hingga titik ini, Ronaldo dan Benzema baru mengemas empat gol.
Kombinasi antara kehilangan pemain-pemain tadi serta macetnya keran gol Ronaldo dan Benzema ini jelas sangat menyakitkan. Pasalnya, sampai 13 jornada musim lalu, kelima pemain ini bertanggung jawab atas terciptanya 24 atau 75% gol yang diciptakan oleh Real Madrid.
ADVERTISEMENT
Dari sini, kemudian muncullah sebuah keyakinan, yakni bahwa Real Madrid telah melakukan blunder besar pada bursa transfer lalu. Namun, apakah benar demikian?
Tidak ada jawaban yang simpel untuk pertanyaan itu. Akan tetapi, apa yang dikatakan Ronaldo usai Real Madrid dikalahkan Tottenham Hotspur di Liga Champions awal November lalu bisa dijadikan sebuah pertimbangan.
Ketika itu, Ronaldo memang berusaha bersikap diplomatis tetapi pesan yang terkandung tidak bisa disembunyikan dengan kata-kata manis.

"Saya pikir pemain yang kami tambahkan ke skuat adalah pemain-pemain penuh potensi dan mereka akan menjadi masa depan Real Madrid, tetapi jika Anda bertanya kepada saya, maka, ya, semua tim besar butuh pemain besar pula," kata Ronaldo kala itu seperti dilansir ESPN.
ADVERTISEMENT
Pada bursa transfer musim panas lalu, selain Morata dan James, Real Madrid juga kehilangan beberapa figur senior lain seperti Pepe, Danilo, serta Fabio Coentrao. Tak cuma itu, mereka juga memutuskan untuk melego Mariano Diaz yang kini bersinar bersama Olympique Lyonnais.
Sebagai gantinya, Real Madrid hanya mendatangkan pemain-pemain berusia muda. Theo Hernandez dibeli dari Atletico Madrid dan Dani Ceballos didatangkan dari Real Betis. Kemudian, Jesus Vallejo, Marcos Llorente, dan Borja Mayoral kembali dari masa peminjaman. Terakhir, Achraf Hakimi dipromosikan dari Castilla.
Nama-nama itu, seperti yang Ronaldo bilang, memang potensial dan suatu hari nanti bakal menjadi figur penting di Real Madrid. Namun, suatu hari itu tentunya tidak akan datang dalam satu atau dua bulan ke depan, melainkan dua, tiga, atau empat tahun yang akan datang. Sementara, apa yang Real Madrid butuhkan adalah pelapis sepadan bagi para pemain inti untuk musim ini.
ADVERTISEMENT

Pada musim lalu, rotasi menjadi salah satu alasan mengapa Real Madrid bisa beprestasi di dua front sekaligus, La Liga dan Liga Champions. Hal itu bisa dicapai karena Zidane memang memiliki pemain-pemain macam Morata dan James untuk melakukannya.
Sementara, untuk musim ini, Ceballos dan Borja Mayoral masih belum bisa diandalkan sepenuhnya. Total, Ceballos dan Mayoral baru turun sebanyak 12 kali dengan 9 di antaranya sebagai pengganti di La Liga. Dari sana, hanya tiga gol yang berhasil mereka lesakkan.
Keberhasilan rotasi itulah yang kemudian membuat Real akhirnya harus kehilangan Morata serta James. Pasalnya, acapkali diturunkan, mereka selalu mampu menunjukkan yang terbaik. Morata bahkan sanggup mengalahkan ketajaman Benzema meski hanya berstatus sebagai pelapis. Artinya, di sini Real Madrid menjadi korban dari kesuksesan mereka sendiri.
ADVERTISEMENT
Zinedine Zidane sendiri, sebelum akhirnya dipromosikan ke tim utama, adalah pelatih tim junior Real Madrid. Maka dari itu, menjadi bisa dipahami jika mendatangkan dan membentuk pemain muda menjadi insting pertamanya. Lagipula, pemain-pemain muda yang didatangkan Real Madrid pun bukan pemain muda sembarangan. Namun, ada gap yang terlampau jauh di situ dan Zidane, sampai titik ini, belum berhasil menyambung gap tersebut.
Lalu, apakah dengan demikian itu bisa disebut sebagai blunder? Well, tentu tidak serta merta begitu. Mendatangkan pemain-pemain muda itu, biar bagaimana juga, adalah bentuk investasi cerdas. Apalagi, yang mengincar mereka juga tak sedikit.

Hanya saja, Real Madrid seharusnya bisa lebih serius dalam mempertahankan pelapis-pelapis hebatnya seperti Morata dan James. Mereka seharusnya paham bahwa kesuksesan yang diraih musim lalu itu takkan ada tanpa sumbangsih kedua nama itu.
ADVERTISEMENT
Kini, opsi Real Madrid ada pada bursa transfer Januari. Hanya saja, itu tidak akan mudah. Masalahnya, semua orang tahu bahwa mereka sedang kepepet dan mereka pun memiliki cukup uang untuk mendatangkan pemain dengan harga mahal. Artinya, mereka bisa dengan mudah dipermainkan klub lain yang pemainnya mereka incar. Padahal, pemain-pemain yang didatangkan pada pertengahan musim amat rentan menjadi pembelian gagal. Transfer Thomas Gravesen di tahun 2005 bisa jadi contoh.
Tak sampai di situ saja kesulitan yang dihadapi Zidane. Pasalnya, Real Madrid nantinya tentu tidak akan menjadi satu-satunya pemain di bursa transfer musim dingin. Di situ, mereka pun berpotensi kehilangan pemain seperti Gareth Bale yang kian gencar dikaitkan dengan Manchester United. Bukannya membaik, bursa transfer musim dingin nanti juga berpotensi membuat skuat mereka kian kempis.
ADVERTISEMENT
Dengan begitu, Zidane pun tidak bisa begitu saja mengandalkan bursa transfer untuk membenahi timnya dalam waktu singkat. Sebagai sosok yang berpengalaman menangani pemain muda, opsi yang lebih realistis bagi Zizou adalah mengeluarkan kemampuan terbaik para penggawa mudanya secepat mungkin sembari berharap kasus-kasus seperti cedera Bale atau penyakit jantung Dani Carvajal tidak lagi terjadi.