Kisah Atlet Taekwondo Muslim: Kecil Di-bully, Kini Tanding di Olimpiade 2020

30 Juli 2021 14:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Atlet taekwondo Inggris Raya, Mahama Cho. Foto: Javier Soriano/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Atlet taekwondo Inggris Raya, Mahama Cho. Foto: Javier Soriano/AFP
ADVERTISEMENT
Inggris Raya mengirim lima atlet taekwondo ke Olimpiade 2020, salah satunya adalah Mahama Cho yang merupakan seorang muslim. Bagi atlet kelahiran Pantai Gading ini, Islam dan taekwondo merupakan bagian penting dalam hidupnya.
ADVERTISEMENT
Saat masih kecil, Cho mengalami pengalaman tak mengenakkan. Bersekolah di Abidjan, Pantai Gading, ia mengaku kerap mengalami perundungan.
"Kami memanfaatkan sebagian besar sumber daya yang kami miliki, tetapi Afrika adalah daerah yang sulit berkembang. Dulu saya sering di-bully, saya dihajar setiap hari sepulang sekolah hanya karena saya kuat dan pulang dengan memar," kisahnya kepada BBC.
"Saya memanfaatkan rasa sakit dan kesulitan yang saya alami sejak kecil sebagai motivasi setiap hari," lanjutnya.
Atlet taekwondo Inggris Raya, Mahama Cho. Foto: Javier Soriano/AFP
Beruntungnya, Mahama Cho memiliki ayah yang seorang mantan juara taekwondo Afrika. Namanya Zakaia, yang setelah kariernya menjadi pengemudi taksi di London, Inggris. Sang ayah lalu mengajaknya ke London pada 1997.
"Saya bahkan tak tahu akan pergi. Ayah saya biasanya datang berkunjung dan lalu pergi dan saya sangat sedih, tetapi kali itu berbeda dan semua orang bertingkah seolah-olah itu hari ulang tahun saya," jelas atlet kelahiran 16 Agustus 1989 itu.
ADVERTISEMENT
"Saya ingat naik pesawat dan hanya menatap ayah saya sambil berpikir 'Wow, saya akan tinggal bersamanya'. Tiba dan diterpa udara dingin, yang tidak kita alami di Afrika, sungguh menakjubkan," lanjutnya.
Cho pertamanya di Kennington sebelum menetap dengan pasangan baru ayahnya dan keluarganya di Stockwell, London Selatan. Ayahnya awalnya enggan mengajari Cho taekwondo, tetapi dengan cepat menyadari bahwa dia membutuhkan keterampilan bela diri.
Kota Tokyo, Jepang, Olimpiade 2020. Foto: REUTERS/Tyrone Siu
Sebab, Mahama Cho juga rentan di-bully selama di Inggris. Terlebih, saudara tirinya yang bernama David pun rentang akan hal serupa.
"Kami adalah belahan jiwa, tetapi orang-orang tidak akan menerimanya karena dia (David) berkulit putih dan saya berkulit hitam dan mereka akan menandai kami," kenangnya.
"Orang-orang biasa mencekiknya dan membuatnya tertidur dan meskipun dia lebih tua, saya lebih kuat, sehingga saya akan berlari dan melindunginya sepanjang waktu. Saya pikir taekwondo mungkin menyelamatkan saya lebih dari apa pun, disiplin menempatkan saya di jalan yang lurus," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Selain taekwondo, Cho juga sangat menyandarkan hidupnya dengan ajaran agama Islam. Baginya, Islam juga memberinya kekuatan di tengah kalutnya hidup.
Ilustrasi berdoa umat islam. Foto: Shutterstock
"Agama adalah hal besar bagi saya, itu satu hal selain taekwondo yang mungkin membuat saya bertahan karena kekuatan yang diberikannya kepada saya," terang Mahama Cho.
"Inggris adalah negara [mayoritas penganut] Kristen dan hanya ada minoritas kecil dari agama saya. Jadi, saya selalu ingin menunjukkan citra yang baik. Ini (Islam) bukan kebencian dan perkelahian, ini lebih tentang peduli satu sama lain dan berbagi kedamaian dan saya ingin membawa perdamaian di mata anak-anak," tambahnya.
Salah satu sosok yang membantunya dalam menjalani hidup sebagai muslim di Inggris adalah Kolo Toure dan Yaya Toure, pesepak bola Pantai Gading yang pernah membela klub Liga Inggris.
ADVERTISEMENT
"Kolo akan datang untuk salat bersama kami di masjid lokal di Peckham. Anda tidak akan berpikir seorang bintang akan datang dan salat bersama kami, tetapi saya melihatnya sebagai orang normal," tuturnya.
Yaya Toure dan Kolo Toure. Foto: PAUL ELLIS & DAMIEN MEYER / AFP
"Dia biasa memberi saya nasihat untuk menjadi rendah hati, tidak membiarkan menjadi terkenal membuat Anda besar kepala, dan bahwa saya harus selalu mendengarkan orang tua saya," lanjutnya.
Olimpiade 2020 adalah Olimpiade kedua bagi Mahama Cho. Sebelumnya di Rio 2016, ia gagal meraih medali karena hanya menjadi peringkat 5. Kini di Tokyo 2020, ia kalah di babak pertama dari atlet China, Sun Hongyi.
***