Kisah Fabio Quartararo: Dulu Dipandang Sebelah Mata, Kini Juara Dunia MotoGP

24 Oktober 2021 22:09 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Selebrasi Fabio Quartararo usai MotoGP Emilia Romagna di Sirkuit Dunia Misano Marco Simoncelli, Misano, Italia, Minggu (24/10/2021). Foto: Jennifer Lorenzini/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Selebrasi Fabio Quartararo usai MotoGP Emilia Romagna di Sirkuit Dunia Misano Marco Simoncelli, Misano, Italia, Minggu (24/10/2021). Foto: Jennifer Lorenzini/Reuters
ADVERTISEMENT
Fabio Quartararo resmi mengunci gelar juara dunia MotoGP 2021 pada Minggu (24/10). Sebelum sampai titik ini, pebalap Prancis itu pernah ada pada fase hanya dikenal sebagai pebalap medioker.
ADVERTISEMENT
Ya, Quartararo berbeda dari Valentino Rossi, Jorge Lorenzo, ataupun Marc Marquez. Nama-nama yang disebutkan ini adalah pebalap bertitel juara dunia kelas utama MotoGP, yang sebelumnya juga pernah menjadi juara sebelum naik ke kelas utama.
Sejatinya, Quartararo telah menunjukkan bakat luar biasa di dunia balap motor sejak masih kecil. Mulai menjajal sepeda motor di usia 4 tahun, pebalap kelahiran 20 April 1999 ini telah meraih sejumlah titel juara level junior pada kejuaraan-kejuaraan yang dihelat di Spanyol.
Spanyol adalah salah negara kiblat balapan motor. Bisa berprestasi di sana adalah langkah bagus menuju Kejuaraan Dunia MotoGP.
Fabio Quartararo di MotoGP Italia 2021. Foto: REUTERS/Ciro De Luca
Petualangannya di Kejuaraan Dunia MotoGP baru dimulai pada 2015. Fabio Quartararo mengawalinya dari kelas Moto3 bersama Team Estrella Galicia 0,0 yang menggunakan motor Honda.
ADVERTISEMENT
Tak jelek-jelek amat, pada musim perdananya, Quartararo sanggup dua kali naik podium, masing-masing juara dua pada seri balapan Moto3 di Amerika Serikat dan Belanda. Ia menyudahi musim di urutan 10 klasemen akhir Moto3 2015.
Kemudian, Quartararo kian jauh dari podium. Ia menjadi pebalap medioker di Moto3 dan juga Moto2. Barulah pada 2018, ia naik podium lagi usai finis pertama di seri Moto2 Catalunya (Barcelona) dan finis kedua di seri Belanda (Assen).
Umumnya, sulit bagi pebalap mana pun bisa menembus kelas utama MotoGP dengan curiculum vitae seperti itu di Moto2 dan Moto3. Namun nyatanya, Petronas Yamaha Sepang Racing Team (SRT) merekrutnya untuk balapan di kelas utama pada 2019.
Momen Rider Yamaha SRT, Fabio Quartararo, mengikuti sesi latihan bebas MotoGP Jerman 2019. Foto: Dok. Twitter @sepangracing
“Sejujurnya, Fabio adalah pebalap Moto2 yang biasa-biasa saja (medioker),” kata bos tim Petronas Yamaha, Johan Stigefelt, kepada The Race.
ADVERTISEMENT
“Dia bukan seorang superstar. Dia bisa beruntung berkat hasil-hasilnya di Assen dan Barcelona. Tentu saja, saya tahu dia berbakat, tetapi apa yang dia lakukan di sana sangat bagus dan pada waktu yang tepat," lanjutnya.
Intinya, keputusan tim asal Malaysia yang bekerja sama dengan Yamaha itu untuk merekrut Fabio Quartararo adalah perjudian. Mereka berani melakukan itu karena sudah mengamankan tanda tangan Franco Morbidelli yang pada musim 2018 membalap bersama EG 0,0 Marc VDS (Honda) di kelas utama MotoGP.
"Itu adalah perjudian, dan semua orang mengatakan kepada kami bahwa kami tidak boleh melakukannya, tetapi kami merekrut Frankie [Morbidelli] dan kami dapat mengambil risiko pada seorang rookie,” jelas Stigefelt.
Pebalap Petronas Yamaha SRT Fabio Quartararo saat bertanding di MotoGP Thailand di Buriram International Circuit pada 6/10/2019. Foto: AFP/LILLIAN SUWANRUMPHA
Lebih miris lagi, fakta lain Petronas SRT merekrut Fabio Quartararo adalah karena mereka gagal merekrut pebalap senior. Mereka gagal memboyong Jorge Lorenzo yang memilih ke Repsol Honda pada 2019 dan Dani Pedrosa yang pensiun di akhir 2018.
ADVERTISEMENT
“Kami tidak pernah benar-benar berdiskusi dengan Jorge. Ada fantasi awal, tetapi ada terlalu banyak uang yang terlibat, sehingga tidak pernah menjadi kenyataan," terang Stigefelt.
“Namun, Dani, ya. Itu adalah pilihannya untuk pensiun, tetapi jika dia tidak berhenti, segalanya akan berbeda. Petronas menginginkan pebalap terkenal, mereka menginginkan nama besar. Dani juga tertarik dengan Yamaha, dia selalu melihatnya dan bertanya-tanya apa yang bisa dia lakukan dengan motor itu,” lanjutnya.
Pada akhirnya, Quartararo bukan pilihan yang buruk-buruk amat. El Diablo bisa 7 kali naik podium di musim debutnya.
Pebalap Petronas Yamaha SRT Fabio Quartararo di atas podium usai bertanding di MotoGP Thailand di Buriram International Circuit, Minggu, (6/10/2019). Foto: AFP/LILLIAN SUWANRUMPHA
Performanya meningkat. Quartararo memenangi dua balapan pertama di MotoGP 2020 (seri Spanyol dan Andalusia) dan seri kedelapan (seri Catalunya). Namun, inkonsistensi performa membuatnya gagal jadi juara dunia dan harus puas menempati di urutan 8 klasemen.
ADVERTISEMENT
Pada 2021, Quartararo sudah menjadi lebih dewasa. Dengan tim pabrikan Yamaha, ia sudah 10 kali naik podium (5 kemenangan) dan membuatnya kokoh di puncak klasemen hingga jadi juara dunia MotoGP saat musim masih menyisakan dua seri lagi setelah seri Emilia Romagna.
Jadi, publik kini sudah tak bisa lagi menyebut Fabio Quartararo sebagai pebalap medioker. Dulu biasa-biasa saja, ia kini menjelma jadi luar biasa.
Selebrasi Fabio Quartararo usai MotoGP Emilia Romagna di Sirkuit Dunia Misano Marco Simoncelli, Misano, Italia, Minggu (24/10/2021). Foto: Jennifer Lorenzini/Reuters
***
Ikuti survei kumparan Bola & Sport dan menangi e-voucher senilai total Rp 3 juta. Isi surveinya sekarang di kum.pr/surveibolasport.
***
Jangan lewatkan informasi seputar Festival UMKM 2021 kumparan dengan mengakses laman festivalumkm.com. Di sini kamu bisa mengakses informasi terkait rangkaian kemeriahan Festival UMKM 2021 kumparan, yang tentunya berguna bagi para calon dan pelaku UMKM.
ADVERTISEMENT