Kisah Fraser-Pryce: Dulu Miskin, Kini Tumpuan Jamaika Raih Emas Olimpiade 2020

30 Juli 2021 14:11 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Shelly-Ann Fraser-Pryce, sprinter asal Jamaika. Foto: Giuseppe Cacace/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Shelly-Ann Fraser-Pryce, sprinter asal Jamaika. Foto: Giuseppe Cacace/AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ratu sprint Jamaika, Shelly-Ann Fraser-Pryce, mewarnai lintasan lari Olimpiade 2020. Memiliki masa lalu yang sulit, pelari wanita tercepat kedua di dunia itu kini memiliki misi untuk menolong anak-anak yang kurang mampu.
ADVERTISEMENT
Atlet yang lahir pada 27 Desember 1986 adalah sprinter trek dan lapangan Jamaika yang berkompetisi di nomor 60 meter, 100 meter, dan 200 meter. Ibu dari anak lelaki bernama Zyon ini meraih sukses di level dunia selama akhir 2000-an dan 2010-an serta berkontribusi mengangkat atletik Jamaika di mancanegara.
Di nomor 100 meter yang merupakan nomor spesialisasinya, Fraser-Pryce adalah peraih medali emas Olimpiade dua kali (2008 & 2012) serta juara dunia empat kali. Dalam nomor 200 meter, dia juga telah memenangi medali perak Olimpiade dan emas Kejuaraan Dunia.
Sebagai kekuatan dominan dalam sprint wanita, Fraser-Pryce telah memenangi lebih banyak gelar lari di nomor 100 meter daripada sprinter wanita lainnya dalam sejarah.
Sprinter Shelly-Ann Fraser-Pryce dari Jamaika beraksi di Olimpiade 2020. Foto: Lucy Nicholson/Reuters
Dijuluki Pocket Rocket karena perawakannya yang mungil dan tumpuan larinya yang mudah 'meledak', Fraser-Pryce memiliki catatan lari terbaik 10,63 detik yang menjadikannya wanita tercepat kedua sepanjang masa.
ADVERTISEMENT
Itu juga merupakan waktu terbaik keempat dalam sejarah. Hanya Florence Griffith yang tercatat melaju lebih cepat; 10,49, 10,61 dan 10,62; yang semuanya terjadi pada 1988.
Fraser-Pryce pun telah mencatatkan 16 rekor di bawah 10,80 detik, paling banyak untuk sprinter wanita, dan mencatat clocking sub-11 terbanyak kedua dengan lebih dari 50.
Shelly-Ann Fraser-Pryce, sprinter asal Jamaika. Foto: Javier Soriano/AFP
World Athletics memuji Fraser-Pryce sebagai "sprinter wanita terhebat di generasinya." Pada 2019, nama atlet yang mengantongi gelar Master of Science dalam psikologi terapan ini masuk dalam daftar 100 wanita inspiratif dan berpengaruh di dunia versi BBC.
Sayang, dunia akan segera kehilangan sosoknya karena Fraser-Pryce telah mengumumkan bahwa dia akan pensiun setelah Kejuaraan Atletik Dunia 2022.
Kini, Fraser-Pryce bakal mengincar medali emas ketiganya pada nomor 100m pada Olimpiade 2020, Sabtu (31/7). Apabila berhasil, ia bisa menyamai rekor rekan senegaranya, Usain Bolt, yang meraih emas pada tiga gelaran Olimpiade berturut-turut (Beijing 2008, London 2012, dan Rio 2016).
Sprinter Shelly-Ann Fraser-Pryce dari Jamaika beraksi di Olimpiade 2020. Foto: Kai Pfaffenbach/REUTERS
Selain jadi inspirasi di dalam lapangan, Shelly-Ann Fraser-Pryce juga jadi panutan di luar lapangan. Ia memiliki misi mulia untuk membantu anak-anak kurang mampu. Hal tersebut lahir dari pengalaman masa kecilnya.
ADVERTISEMENT
Fraser-Pryce tumbuh di Waterhouse, daerah miskin yang berada di Ibu Kota Jamaika, Kingston. Kala itu saat masih SD, ia mengaku berjalan ke mana-mana tanpa memiliki alas kaki.
Sang sprinter pun mengaku dibantu oleh seseorang untuk bisa sukses. Hal tersebutlah yang mendorongnya melakukan hal serupa.
Melalui yayasan miliknya yang diberi nama sama dengan julukannya, Pocket Rocket, Fraser-Pryce memberikan beasiswa yang meliputi uang sekolah, buku, seragam, akomodasi, dan uang makan siang kepada anak-anak Jamaika yang memiliki kekurangan.
"Ketika saya mulai sekolah menengah pada 1999, saya mendapat hak istimewa dan diberkati pada saat yang sama untuk bertemu dengan seorang wanita bernama Jeanne Coke," ucap Fraser-Pryce, dikutip dari laman resmi Olimpiade.
"Dia melihat sesuatu dalam diri saya dan mulai mendanai pendidikan saya, buku-buku saya, seragam saya, makan siang saya dan segalanya. Dia menunjukkan kasih sayang dan cinta kepada saya dalam banyak cara. Dan dari situlah saya tergerak."
ADVERTISEMENT
Fraser-Pryce pun dinobatkan jadi Duta Niat Baik Nasional UNICEF untuk Jamaika (sejak Februari 2010) dan jadi Duta Niat Baik untuk Perdamaian pada tahun yang sama berkat aksi sosialnya tersebut.
****