Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Mustahil jika batin Katie Sowers tak bergolak malam itu. Mustahil jika hati kecilnya tak memberontak.
ADVERTISEMENT
Lengan kiri Sowers penuh dengan rajah yang bisa terlihat dengan jelas tiap kali dia mengenakan kaus berlengan pendek. Seperti malam itu. Seperti ketika dia menemani anak-anak asuhnya berjibaku di arena Super Bowl LIV.
Lewat rajah itu, terlihat jelas untuk siapa hati Sowers berpihak. Di lengan kirinya, tergambar pemandangan langit Kansas City yang di bawahnya terdapat tulisan 'Home'. Rumah.
Sowers lahir dan besar di negara bagian Kansas, tepatnya di Hesston, sebuah kota mungil yang populasinya tak sampai 4 ribu orang. Namun, Kansas City, Missouri, adalah tempat Sowers mengupayakan mimpinya.
Itulah mengapa, mustahil jika tidak ada bagian dari hati Sowers yang diam-diam berharap Kansas City Chiefs meraih kemenangan atas San Francisco 49ers , meskipun Niners adalah tempatnya mengabdi saat ini.
ADVERTISEMENT
Super Bowl 2020 yang dihelat di Miami, Florida, Minggu (2/2/2020) malam waktu setempat itu memang spesial. Chiefs yang sudah puasa gelar selama setengah abad bersua dengan Niners sudah tidak juara 25 tahun.
Chiefs akhirnya jadi pemenang berkat keterampilan Patrick Mahomes dan eksplosivitas Damien Williams. Skor akhirnya 31-20. Padahal, memasuki kuarter keempat, Chiefs masih tertinggal 10-20.
Di Super Bowl itu sosok Mahomes jadi bintang utamanya. Pemuda 24 tahun itu berhasil menunjukkan kepada dunia bahwa quarterback seperti dirinya sekarang lebih berharga dibanding quarterback macam Jimmy Garoppolo.
Jika Garoppolo adalah quarterback klasik yang banyak bertumpu pada kekuatan dan akurasi lemparan, Mahomes lebih komplet. Tak cuma melempar, dia juga bisa melewati lawan-lawannya untuk mencetak touchdown.
ADVERTISEMENT
Selain quarterback, para pelatih kepala juga mencuri perhatian. Andy Reid dari Chiefs akhirnya menjadi juara setelah gagal di kesempatan pertama bersama Philadelphia Eagles.
Sementara itu, dari kubu Niners, keberhasilan menjejak Super Bowl punya arti penting bagi pelatih mereka, Kyle Shanahan. Dengan begitu, dia sukses mengikuti jejak sang ayah, Mike, yang dulu sudah pernah berada di titik puncak itu.
Bagi Shanahan junior, keberhasilan mencapai Super Bowl jelas tidak bisa dipisahkan dari keberadaan Sowers di staf kepelatihannya. Kebersamaan dua orang ini sendiri bisa dilacak sampai 2016 silam.
Jalan bagi Sowers sebenarnya tidak pernah benar-benar terbuka lebar. Sejak berumur 8 tahun dia memang sudah menggemari football, tetapi sebagai seorang perempuan kesempatan baginya memang teramat minim.
ADVERTISEMENT
Di Amerika Serikat, tidak ada kompetisi football profesional untuk perempuan. Bahkan, para perempuan yang ingin berlaga di sebuah liga harus mengeluarkan uang dari kantong mereka sendiri.
Inilah yang dulu sempat dilakukan Sowers. Kecintaan pada football dia tumpahkan di ajang Women's National Football Alliance, di mana dia tak cuma bermain tetapi juga menjadi pelatih.
Namun, berlaga di kompetisi itu hanyalah aktivitas sampingan bagi Sowers. Ketika itu, pada medio 2000-an, dia masih aktif belajar ilmu olahraga di Universitas Geshon.
Selama berkiprah di Women's Football Alliance, Sowers memperkuat dua tim, yaitu West Michigan Mayhem dan Kansas City Titans. Bersama Titans, Sowers juga kemudian dipanggil ke Timnas Putri Amerika Serikat.
Sowers berhenti bermain football pada 2016 karena cedera pinggul. Namun, saat itu pun, berbekal gelar master dari Central Missouri University, dia sudah memiliki pekerjaan tetap sebagai pelatih basket di sebuah SD di Kansas City.
ADVERTISEMENT
Di SD itulah Sowers bertemu dengan sosok yang memberinya kesempatan berkiprah di football. Namanya Scott Pioli dan ketika itu dia menjabat sebagai general manager Kansas City Chiefs.
Sowers ketika itu melatih putri Pioli yang bernama Mia dan dari situ potensi besarnya tampak. Pioli, yang belakangan pindah ke Atlanta Falcons sebagai asisten general manager, kemudian terpikir mengenai Bill Walsh Diversity Coaching Fellowship.
Bill Walsh Diversity Coaching Fellowship sendiri merupakan sebuah program yang dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah pelatih minoritas di NFL. Pioli membujuk pelatih Falcons saat itu, Dan Quinn, untuk memasukkan Sowers di kelas 2016.
Pada 2016 itu karier mengajar Sowers sendiri sudah berkembang. Dia tak lagi melatih bocah-bocah SD tetapi sudah menjadi direktur atletik di sebuah SMA setempat.
ADVERTISEMENT
Ilmu football Sowers pun sudah berkembang pesat dan pemicunya, lagi-lagi, muncul dari dunia basket.
Pada 2014, Sowers sedikit tercengang melihat keberadaan Becky Hammon, mantan bintang WNBA, di staf kepelatihan San Antonio Spurs. Keberhasilan Hammon itu memicu dirinya untuk terus belajar dan belajar.
Sampai akhirnya, pada 2016 tadi, Sowers diterima di Falcons lewat Bill Walsh Diversity Coaching Fellowship. Perannya saat itu adalah pelatih magang untuk posisi wide receiver.
Di Falcons inilah Sowers pertama kali berjumpa dengan Shanahan. Saat itu Shanahan masih menjabat sebagai koordinator serangan dan Sowers bekerja di bawah komandonya.
Menyelesaikan pendidikan singkat dengan hasil memuaskan, Sowers kemudian ditawari untuk menjadi pemandu bakat magang. Namun, di sinilah keraguan sempat muncul dalam dirinya.
ADVERTISEMENT
Sebab, dengan menjadi pegawai magang, Sowers hanya akan menerima 10 dolar per jamnya. Selain itu, dia juga cuma boleh bekerja 40 jam per pekan. Padahal, dia memiliki tanggungan yang harus dibayar.
Sempat muncul pikiran dalam benak Sowers untuk kembali ke pekerjaan tetapnya di SMA tadi tetapi Pioli kemudian mengintervensi. Oleh Pioli, biaya hidup Sowers ditanggung sehingga dia bisa fokus membuka karier di NFL.
'Perjudian' Sowers tadi akhirnya terbayar. Setelah merampungkan program magang di Falcons, Sowers kemudian dipanggil oleh Shanahan untuk bergabung dengannya di San Francisco 49ers.
Di musim pertamanya, Sowers belum mendapat tanggung jawab penuh, tetapi kehebatannya sebagai pelatih membuat perempuan 33 tahun ini dipromosikan sebagai asisten pelatih serangan (offensive assistant) pada 2019.
ADVERTISEMENT
Hasilnya sudah jelas. Berkat keberadaan Sowers di dalam tim, Niners akhirnya sukses kembali ke Super Bowl walau akhirnya kalah dari Chiefs. Namun, bagi Sowers, ini semua baru permulaan.
Sebagai seorang pelatih, Sowers terkenal mengasyikkan. Kelebihan utamanya ada pada bagaimana dia menjalin hubungan personal dengan para pemain. Ditambah dengan etos kerja yang bagus, Sowers pun makin bersinar.
Minggu (2/2) malam di Miami itu, Sowers menjadi pelatih NFL perempuan pertama yang bisa menjejak Super Bowl. Dia juga menjadi pelatih gay pertama yang bekerja di kompetisi konservatif itu.
Sowers sebenarnya bukan sosok yang benar-benar baru karena NFL sebelumnya sudah ada perempuan-perempuan yang terlibat di sana, yaitu Jen Welters, Callie Brownson, Lori Locust, dan Maral Javadifar. Namun, bisa dibilang, Sowers-lah yang paling sukses di antara mereka.
ADVERTISEMENT
Lima hari sebelum Super Bowl digelar, Sowers sempat berbicara banyak pada para jurnalis yang hadir di acara media day. Di situ, dia menyampaikan sebuah keinginan. "Jangan sampai aku jadi yang terakhir," ucapnya sambil tersenyum.