Kisah Susy Susanti di Piala Uber: 45 Menit Terjebak di Lift, Oksigen pun Tipis

14 Oktober 2021 11:07 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penampilan Susy Susanti di Piala Uber. Foto: PETER PARKS/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Penampilan Susy Susanti di Piala Uber. Foto: PETER PARKS/AFP
ADVERTISEMENT
Piala Uber selalu punya kesan tersendiri bagi Susy Susanti. Namun, pengalaman sang legenda bulu tangkis Indonesia itu tak melulu manis.
ADVERTISEMENT
Salah satu peristiwa pahit yang masih melekat di benak Susy adalah ketika berlaga di Piala Uber 1992 di Malaysia. Puluhan tahun berlalu, wanita 50 tahun ini mengaku masih mengingat detail kejadian itu hingga kini.
"Ada pengalaman unik Piala Uber yang pasti tidak mungkin terlupakan adalah di tahun 1992 di Malaysia. Waktu itu, kami tim Uber Indonesia terjebak di dalam lift selama 45 menit," kenang Susy dalam wawancara khusus bersama kumparan.
"Cuma, bukan nostalgia bagus ya, tetapi nostalgia yang menyeramkan dan menakutkan. Waktu itu, akan bertanding di semifinal, kalau tidak salah itu melawan Korea Selatan. Kami terjebak di lift kira-kira mungkin dua jam sebelum pertandingan," sambungnya.
Susy Susanti. Foto: Getty Images
Kejadian nahas itu bermula dari rencana tim Uber Indonesia untuk melakukan pertemuan sebelum partai melawan Korea Selatan. Mereka berencana berkumpul di kamar manajer tim sebelum berangkat ke Stadium Negara yang menjadi lokasi pertandingan.
ADVERTISEMENT
Menurut Susy, seluruh tim Uber Indonesia terjebak dalam satu lift yang sama. Bahkan, ada dua wartawan yang juga ikut terjebak.
"Biasanya kita kan selalu kumpul kalau pertandingan beregu itu. Biasanya akan berdoa, lalu juga ada briefing sedikit. Karena kami tidak di satu lantai, jadi kumpulnya di tempat manajer," jelas Susy.
"Satu tim terjebak semua. Kalau tidak salah 13 orang, termasuk ada wartawan dua orang," tambahnya.
Situasi pun menjadi genting karena oksigen di dalam lift menipis. Menurut Susy, 13 orang yang terjebak di lift berinisiatif mencari jalan keluar sendiri dengan membuka pintu dan memanjat.
"Oksigen sempat menipis waktu itu. Akhirnya dipaksa buka pintu dan kami harus manjat waktu itu [untuk keluar], karena tidak bisa [berhenti] di lantai yang sama," ungkap Susy.
Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI, Susy Susanti, usai konferensi pers Blibli Indonesia Open 2019 di Jakarta, Rabu (26/6). Foto: Karina N. Shabrina/kumparan
"Jadi cuma setengah badan, mungkin enggak sampai setengah. Sekadar cuma orang bisa lewat saja waktu itu. Mungkin salah satu wartawan yang ikut itu juga luar biasa sekali. Dia berkorban untuk jadi pijakan kami untuk bisa keluar duluan," sambung dia.
ADVERTISEMENT
Buntut kejadian itu, tim Uber Indonesia terlambat sampai ke venue pertandingan. Bahkan, partai semifinal lainnya, antara China melawan Swedia, sudah berjalan.
"Lepas dari situ kami tetap bertanding. Meskipun mungkin itu agak terlambat. Ketika kami datang sebetulnya sudah main [partai] yang lain," kata Susy.
"Tetapi, karena tahu situasinya bukan kesalahan kami, akhirnya panitia memberikan kelonggaran," tambah dia.
Sayangnya, kejadian itu tampaknya berimbas pada performa tim Uber Indonesia di lapangan. Wakil 'Merah Putih' kalah 1-4 dari Korea Selatan.
Susy Susanti di semifinal Piala Uber lawan Camilla Martin (Denmark). Foto: PETER PARKS/AFP
Satu-satunya poin Indonesia hadir lewat Susy di nomor tunggal putri yang berhasil mengalahkan Bang Soo-hyun dua gim sekaligus. Sementara, Finarsih/Lili Tampi, Sarwendah Kusumawardhani, Rosiana Tendean/Susy Susanti, dan Yuliani Santosa menelan kekalahan.
Meski demikian, kekalahan plus momen horor di Piala Uber 1992 tampaknya menjadi modal berharga untuk tim Indonesia. Susy dan kolega berhasil bangkit pada dua edisi selanjutnya dengan meraih gelar juara di Piala Uber 1994 dan 1996.
ADVERTISEMENT
***
Ikuti survei kumparan Bola & Sport dan menangi e-voucher senilai total Rp 3 juta. Isi surveinya sekarang di kum.pr/surveibolasport.