Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Kuatnya Cinta Ukun Rukaendi Pada Bulu Tangkis, Kalahkan Lemahnya Kaki
27 September 2018 11:30 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
Ukun Rukaendi adalah potret dari pejuang bangsa yang tak kenal usia. Dia yang kini sudah berumur 48 tahun terus melangkah berjuang demi Merah Putih. Ukun terus berlaga di arena meski kakinya mengalami keterbatasan.
ADVERTISEMENT
Sedari usia 2 tahun, kaki Ukun tak berkembang sebagaimana anak-anak lainnya. Kaki kanannya tiba-tiba lemah hingga sulit digerakkan. Saat bersua kumparan pada awal September lalu, dia menyebut kaki kanannya layu.
Namun bagi Ukun keterbatasan bukanlah hambatan. Dia mantap berlaga di kejuaraan bulu tangkis sejak 2006. Kala itu usianya tak lagi muda, yaitu 36 tahun. Meski begitu, dia tak terlalu mengambil pusing. Bulu tangkis adalah cinta pertamanya dan dia akan berjuang dengan cintanya itu untuk mengharumkan nama Indonesia.
Dari 2006 hingga saat ini prestasi pria kelahiran Garut, 15 Januari 1970, itu bisa dibilang komplet. Dari kejuaraan dunia hingga Asian Para Games telah berhasil dia juarai. Hal itu membuatnya saat ini bertengger di peringkat 1 dunia untuk nomor ganda putra dan peringkat 5 untuk kategori tunggal putra.
ADVERTISEMENT
Deretan prestasinya itu diraih dengan penuh perjuangan. Ukun terkadang harus menahan sakit saat berlaga karena memang satu kakinya tak berfungsi optimal. Saat bertanding, Ukun hanya bertumpu pada satu kaki.
“Justru saya ini kan (kaki kanan) layu. Kalau pindah pun saya pindahkan. Kalau ini (kaki kanan) karena digusur sama ini tumpuannya yang ini (kaki kiri),” jelas Ukun saat berbincang dengan kumparan di Hartono Trade Center Sukaharjo.
Dengan kondisi demikian Ukun terkadang merasa kesulitan. Sebagai atlet penyandang disabilitas dengan kelemahan di kaki, dia hanya diperbolehkan bermain sebelah lapangan di nomor yang diikuti. Bagi Ukun, kondisi tersebut membuatnya sulit mematikan lawan karena bidang lawan terbilang sempit. Alhasil pertandingan yang dia lalui pun seringkali ulet. Dia kerap dibuat jenuh oleh pertandingan yang melelahkan dan memakan waktu.
ADVERTISEMENT
Pernah dalam suatu pertandingan dia habiskan lebih dari dua jam. Hal itu sempat membuat kakinya kram dan harus mendapat pengobatan. Ukun memutuskan untuk istirahat sebentar. Namun, dia kemudian memilih melanjutkan pertandingan. Ukun bertekad berjuang demi negara sampai tubuhnya tak mampu lagi.
“Enggak masalah namanya juga Paralympic. Masing-masing punya keterbatasan,” imbuh dia.
Ukun tak menyesalkan kondisi fisiknya yang terbatas. Dia justru terus menerus bersyukur kepada Sang Khalik.
“Tapi saya seperti ini syukur alhamdulillah dari kekurangan, kata orang kekurangan, kalau menurut saya sih saya alhamdulillah dari seperti ini saya bisa lebih mengenal dunia ini. Alhamdulillah lah saya sudah tahu luar negeri. Bisa menghasilkan untuk saya pribadi dan keluarga,” ungkap Ukun.
ADVERTISEMENT
Ukun menyebut, banjir dukungan mengalir kepadanya kala memutuskan terjun menjadi pebulu tangkis. Mulai dari keluarga, teman, hingga orang-orang di lingkungannya semua mendukung. Bahkan, dua anak kecilnya, Najwa Ken Luthfianti (8) dan Muhammad Kun Al Faqih (5) sesekali bermain bulu tangkis menirukan ayahnya.
Namun, ada kalanya keluarganya yang tinggal di Tasikmalaya begitu merindukan sosok Ukun. Maklum sebagai seorang atlet nasional Ukun harus mengikuti pemusatan latihan di Solo. Pemusatan itu bisa berlangsung berbulan-bulan bahkan hampir satu tahun.
Untuk mengatasi rindu itu, kadang sang istri Enur Latipah bersama dua anaknya datang menjenguk Ukun. Pun sebaliknya, kala Ukun mendapat hari libur dia pulang kampung ke Tasikmalaya.
Semangat Menggebu Setelah Bertemu Sesama Atlet Disabilitas
ADVERTISEMENT
Terlepas dari rasa sakit dan rindu yang didera, Ukun mengaku lebih semangat kala bergabung di pelatnas bulu tangkis. Melihat rekan-rekan sesamanya yang berjuang dalam keterbatasan membuat semangatnya meletup-letup.
Bersama mereka, porsi latihan selama di pelatnas menjadi terasa kurang. Dia pun sering meminta latihan tambahan kepada pelatihnya.
“Lebih semangat lebih bagaimana ya kayak hidup itu lebih termotivasi. Masing-masing kan sharing, pengalaman hidupnya untuk tujuan hidupnya justru ya saya juga menambah semangat karena teman-teman juga,” terang Ukun.
Ukun pun kembali mensyukuri kondisinya saat ini. Dia melihat, ada banyak orang yang bernasib jauh lebih malang. Walau sebelum bisa berkata demikian dirinya dahulu sempat merasa minder. Ukun kecil pernah merasa kecewa dan minder dengan keadaannya.
ADVERTISEMENT
Namun, perjumpaannya dengan bulu tangkis mengubah hidupnya. Hidup Ukun setelah berjumpa bulu tangkis berada dalam garis bahagia.
Ukun yang kini menjabat sebagai ketua NPC Jawa Barat berpesan agar para penyandang disabilitas tetap semangat dan memperjuangkan asa yang telah digantungkan.
“Jangan patah semangat lah karena hidup itu ada dua perjuangan dan pengorbanan. Yang dua itu pasti ada dan kalau hemat saya kalau memiliki bakat minat, fokus konsentrasi di olahraga karena melalui olahraga itu bisa memberikan pengalaman yang lebih dari profesi yang lain,” tutup Ukun dengan nada semangat.
kumparan akan menyajikan story soal atlet-atlet penyandang disabilitas kebanggaan Indonesia dan hal-hal terkait Asian Para Games 2018 selama 10 hari penuh, dari Kamis (27/9) hingga Sabtu (6/10). Saksikan selengkapnya konten spesial dalam topik ‘Para Penembus Batas ’.
ADVERTISEMENT