Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
India Open 2018 menjadi kali pertama Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti menjejak partai final sebagai pasangan ganda campuran. Di ajang yang sama satu tahun berselang, mereka kembali menjejakkan kaki ke laga pemungkas.
ADVERTISEMENT
Namun, mereka kembali gagal meraih gelar juara di dua kesempatan itu. Tren menjadi runner-up lantas berlanjut di tiga kejuaraan lain tahun ini, New Zealand Open 2019, Australia Open 2019, dan Japan Open 2019.
Mampu menembus lima laga final yang semuanya gagal diselesaikan dengan raihan gelar juara bikin predikat spesialis runner-up sempat disematkan kepada Praveen/Melati.
Kesempatan Praveen/Melati memutus tren buruk di laga final kembali hadir di Denmark Open 2019. Anggapan ajang ini bakal berakhir dengan raihan runner-up mencuat lantaran mereka menghadapi wakil China, Wang Yi Lyu/Huang Dong Ping.
Bukan tanpa pasal. Wang/Huang adalah sosok yang pernah mengalahkan mereka di tiga partai final sebelumnya (India Open 2019, Australia Open 2019, dan Japan Open 2019). Namun, Praveen/Melati secara heroik berhasil mengalahkan pasangan nomor dua dunia itu untuk meraih gelar perdana.
ADVERTISEMENT
Kemenangan dalam tiga gim dengan skor 21-18, 18-21, dan 21-19 yang mengantarkan ke podium tertinggi untuk pertama kali diakui Praveen/Melati memberi kelegaan besar. Misi menghapus label spesialis runner-up akhirnya berhasil dilakukan.
"Kemarin-kemarin sudah lima kali masuk final dan jadi runner-up. Sampai ada yang memberi cap sebagai pasangan (spesialis) runner-up, kami cuma ingin buktikan saja, sih," kata Praveen saat ditemui di pelatnas Cipayung, Jakarta Timur, Kamis (31/10/2019).
"Sebenarnya tidak ada kepikiran soal spesialis runner-up. Saya merasanya itu semua sebagai proses, tidak gampang jadi juara. Alhamdulilah, sekarang sudah bisa tembus," tutur Melati menambahkan.
"Juara (di Denmark Open) itu senang banget, lega. Biasanya runner-up terus, akhirnya bisa juara. Lebih plong, lebih enjoy, lebih percaya diri. Jadi sudah 'pecah telur' semuanya, Zheng Siwei/Huang Yaqiong dan Wang Yi Lyu/Huang Dong Ping juga sudah kami kalahkan," ujar Melati lagi.
ADVERTISEMENT
Bukan cuma memutus status spesialis runner-up, Praveen/Melati melanjutkan tren positif dengan meraih gelar satu minggu berselang di French Open 2019. Gelar didapatkan usai mengalahkan pasangan nomor satu dunia, Zheng/Huang.
Keberhasilan merengkuh dua gelar beruntun BWF World Tour 750 tak lantas bikin Praveen/Melati puas. Motivasi dan kepercayaan diri mereka melambung, turnamen-turnamen ke depan pun ditatap dengan target meraih gelar juara lagi.
Terdekat, ada Fuzhou China Open 2019 dan Hong Kong Open 2019 sebagai turnamen yang bakal dilakoni Praveen/Melati .
"Mempertahankan gelar 'kan lebih sulit. Tapi, kami usahakan semaksimal mungkin untuk bisa raih gelar lagi," ucap Melati.
"(Gelar) ini mengartikan bahwa saya dengan Melati bisa dan targetnya harus lebih tinggi lagi. Jangan mau juara 750 dua kali, menurut saya masih terlalu kecil. Ke depannya masih banyak turnamen besar, puncaknya Olimpiade 2020," sahut Praveen.
ADVERTISEMENT
"(Di Fuzhou China Open) target juara. Di turnamen sebelumnya bisa, masa tak bisa nanti. Mau seberat apa pun, paling penting melakukan yang terbaik dan pasti hasilnya baik," pungkasnya.